Berita Purworejo

Jaga Harga Gabah, DKPP Purworejo Jembatani Kemitraan Petani dengan Stakeholder Pemasaran

Prihatin dengan harga gabah dan beras yang sering anjlok ketika musim panen. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Purworejo menggelar

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Dewi Rukmini
Belasan perwakilan Gapoktan di Kabupaten Purworejo mengikuti sosialisasi kemitraan pemasaran gabah/beras petani di Aula A DKPP Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (03/08/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Prihatin dengan harga gabah dan beras yang sering anjlok ketika musim panen. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Purworejo menggelar sosialisasi kemitraan pemasaran gabah dan beras bagi petani, pada Kamis (3/8/2023). 

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula A DKPP Kabupaten Purworejo itu, diikuti oleh belasan perwakilan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Dengan menghadirkan narasumber dari Perum Bulog dan Sistem Resi Gudang (SRG).

Baca juga: Luberan Sampah Tutup Ruas Jalan Sastrodipuran Yogyakarta, Pj Wali Kota: Besok Pagi Eksekusi

Kepala DKPP Kabupaten Purworejo, Hadi Sadsila, mengatakan kegiatan itu termasuk upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo dalam menjaga kestabilan harga gabah dan beras.

Agar petani dan pedagang di Kabupaten Purworejo bisa sama-sama untung dengan adanya kemitraan. 

Melalui sosialisasi itu, pihaknya ingin menjembatani kemitraan antara petani atau gapoktan dengan stakeholder pendukung pemasaran beras, semisal Bulog, SRG, dan toko modern.

Karena sejauh ini belum banyak petani yang memanfaatkan kemitraan dengan stakeholder tersebut. 

Sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo masih menerapkan pola pemasarna konvensional.

Yakni langsung menjual gabah atau beras secara langsung dengan proses penanganan pasca-panen minimal. 

"Diharapkan petani jadi tahu bagaimana mekanisme pemasaran beras. Setelah pertemuan ada output yang dihasilkan berupa realisasi kemitraan atau kerja sama antara petani dengan Bulog, SRG, juga toko modern. Sebab, dengan kemitraan itu akan lebih meningkatkan produktivitas petani sebagai produsen," ungkap Hadi kepada Tribunjogja.com, Kamis (3/8/2023). 

Hadi melanjutkan bahwa Kabupaten Purworejo mendapat julukan sebagai salah satu lumbung pangannya Jawa Tengah, yang didominasi komoditas padi.

endati demikian, sebagian besar hasil panen padi para petani dijual keluar daerah. 

Menurutnya, jika gabah/beras dominan dibawa keluar daerah, maka dikhawatirkan ketersediaan pangan di Kabupaten Purworejo bisa terganggu. Padahal pihaknya memiliki satu tugas dan fungsi untuk menjaga ketersediaan pangan di Kabupaten Purworejo.

"Makanya dengan kemitraan yang dibangun para petani lokal dan Bulog, SRG, toko modern, bisa mempertahankan beras Purworejo di Kabupaten Purworejo, agar tidak hanya keluar (daerah). Kalau diolah di sini dan menjadi brand, maka beras Purworejo akan punya daya saing di kancah pemasaran beras," jelasnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved