Kasus Antraks di Gunungkidul
Antisipasi Antraks, Warga Gunungkidul Diimbau Tak Lakukan Brandu untuk Ternak Sakit
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan kebiasaan brandu ini salah satu pemicu Antraks muncul
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) terus berupaya mencegah Antraks muncul kembali. Salah satunya dengan mengedukasi masyarakat tanpa henti agar tidak melakukan "brandu".
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan kebiasaan brandu ini salah satu pemicu Antraks muncul berulang kali.
"Ya karena brandu ini yang membuat kasus Antraks di Gunungkidul sulit berhenti," kata Retno, Minggu (09/07/2023).
Brandu merupakan bentuk kebiasaan warga Gunungkidul.
Caranya dengan membeli ternak milik warga secara patungan agar tak merugi, lalu ternak disembelih dan dagingnya dibagikan.
Menurut Retno, brandu justru kerap dilakukan pada ternak yang sakit.
Hal ini menjadi masalah karena ternak yang sakit bisa berdampak ke manusia jika dagingnya dikonsumsi.
"Kami kerap sampaikan ke warga kalau brandu itu ya ternak sehat, jadi tidak berbahaya jika dikonsumsi," ujarnya.
Lebih lanjut, Retno mengatakan penyebaran Antraks dari ternak yang sakit bisa berawal ketika proses pemotongan.
Antraks yang awalnya berupa bakteri dalam darah, saat mengalir keluar bisa berubah jadi spora.
Spora Antraks inilah yang bisa bertahan puluhan tahun lamanya, baik di tanah tempat pemotongan hingga menempel di badan manusia. Spora ini bisa menyebar lagi ke ternak lainnya.
"Spora ini juga bisa masuk ke manusia ketika terhirup, dagingnya dikonsumsi, atau kontak dengan cairan dari daging ke luka terbuka di tubuh," jelas Retno.
Kasus Antraks yang terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu awalnya juga dari kebiasaan brandu ini.
Tercatat ada 6 sapi dan 6 kambing yang mati dan positif Antraks.
Adapun ternak yang mati ini dikonsumsi oleh warga setempat. Dari sinilah sekitar puluhan warga terjangkit Antraks, di mana salah satunya meninggal dunia karena positif Antraks.
Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan kebiasaan brandu ini perlu diubah.
Apalagi Gunungkidul dikenal sebagai wilayah endemik Antraks, di mana potensi penyebarannya masih sangat besar.
"Perilaku masyarakat yang harus berubah, untuk tidak mengonsumsi daging ternak yang sakit atau mati," kata Dewi.(*)
Pemkab Gunungkidul Belum Berlakukan Status KLB Antraks |
![]() |
---|
DPKH Gunungkidul Rampungkan Vaksinasi Antraks di Zona Merah dan Kuning |
![]() |
---|
Tangani Antraks, DPKH Gunungkidul Programkan Vaksinasi Ternak Selama 10 Tahun |
![]() |
---|
Sampel Tanah Negatif Antraks, Warga Semuluh Lor Semanu Tetap Diminta Waspada |
![]() |
---|
Hasil Sampel Tanah Semuluh Lor Semanu Gunungkidul Negatif Antraks |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.