Kasus Antraks di Gunungkidul

Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul Nilai Persoalan Antraks Menyangkut Nyawa Manusia

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul turut bersuara terkait kemunculan kasus Antraks di Semanu. Apalagi kasus ini sudah beberapa kali

|
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Petugas Balai Besar Veteriner Yogyakarta saat akan mengambil sampel tanah yang tercemar Antraks di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu, Rabu (05/07/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul turut bersuara terkait kemunculan kasus Antraks di Semanu. Apalagi kasus ini sudah beberapa kali terjadi di Bumi Handayani.

Anggota Komisi D, DPRD Gunungkidul, Ery Agustin menilai Antraks merupakan persoalan yang cukup serius.

"Sebab sudah menyangkut nyawa manusia, sudah membahayakan," kata Ery pada Rabu (05/07/2023).

Itu sebabnya, ia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul mengambil langkah cepat. Termasuk sejumlah kebijakan strategis dalam menyikapi kasus Antraks ini.

Baca juga: Sukseskan Program Non Tunai, BPD DIY Fasilitasi Pelaku Usaha di Altar dengan QRIS

Ery tak menampik jika terkuaknya kasus ini ke publik bisa berdampak pada penjualan ternak di Gunungkidul. Namun dampak tersebut bisa dikesampingkan dulu.

"Memang banyak hal yang perlu dipertimbangkan, tapi nyawa manusia tetap jadi prioritas," ujarnya.

Kasus Antraks di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu terungkap usai ada warga meninggal dunia dan positif Antraks. Rupanya, warga sempat mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya sakit dan mati mendadak.

Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto menyatakan pihaknya akan fokus pada penanganan Antraks di Pedukuhan Jati. Berbagai langkah dan upaya pengendalian sudah berjalan sejak kasusnya diketahui.

"Sesuai kesepakatan, kami fokus penanganan di sana dulu, dan terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak," kata Heri.

Pihaknya belum akan mengeluarkan kebijakan radikal seperti penutupan pasar hewan atau penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebab temuan antraks sejauh ini hanya terjadi di Padukuhan Jati.

Heri pun berharap kejadian ini jadi pelajaran bagi warganya. Terutama untuk tidak menyembelih dan mengonsumsi ternak yang sakit atau bahkan sudah mati mendadak.

"Jaga kebersihan lingkungan juga, terutama di sekitar kandang, mengingat spora antraks ini bisa bertahan di tanah," ujarnya. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved