Mengenal Metode Hipnoparenting, Pola Pengasuhan Dengan Mensugesti Hal-hal Positif ke Anak

Hipnoparenting bisa menjadi pola asuh yang digunakan orang tua untuk mendidik anaknya.

Screnshoot tayangan Youtube DP3AP2 DIY
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi (kiri) dan Anggota Komisi D DPRD DIY, Sofyan Setyo Darmawan (kanan) berbincang terkait dengan Hipnoparenting 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hipnoparenting bisa menjadi pola asuh yang digunakan orang tua untuk mendidik anaknya.

Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan pola asuh hipnoparenting dapat dilaksanakan dengan memberikan sugesti positif kepada anak-anak.

"Hipnoparenting ini terkait bagaimana orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak, melakukan metode untuk memberikan sugesti positif. Artinya mempengaruhi si anak untuk melakukan hal-hal positif," katanya, Minggu (11/06/2023). 

Erlina menjelaskan, hipnoparenting akan efektif jika dilakukan berulang-ulang dan diterapkan sejak anak masih kecil.

Sehingga sugesti positif yang diberikan kepada anak secara terus-menerus akan tertanam di pikiran anak. Selanjutnya akan menggerakkan simpul-simpul otak, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku anak. 

Namun untuk menerapkan hipnoparenting membutuhkan proses panjang. Di mana frekuensi anak dan orangtua harus sama. 

"Frekuensi ini penting, karena sering kali orang tua memaksakan kehendak, sehingga anak sulit menerima perkataan orang tua. Karena antara orang tua dan anak punya keinginan yang berbeda. Padahal syaratnya adalah kesamaan frekuensi, sehingga ada penerimaan anak terhadap orangtuanya,"terangnya. 

Ia menyebut hipnoparenting hampir sama seperti perintah, hanya saja dengan menggunakan kalimat yang halus dan bernada positif.

Untuk memberikan sugesti positif, orang tua bisa melihat kondisi kenyamanan anak. Ketika anak sudah merasa nyaman, maka sugesti positif yang diberikan orangtua bisa lebih diterima.

Baca juga: Peringati Hari Persaingan Usaha, KPPU DIY Ajak Warga Aktif Awasi Persaingan Usaha di Lingkungannya

Namun jika frekuensi orang tua dan anak sulit terbangun, Erlina menyarankan untuk memanfaatkan bantuan profesional. 

"Pemerintah juga ada layanan konsultasi keluarga. Di klinik swasta juga ada layanan psikologi, puskesmas dan RS ada psikolog. Ini dibutuhkan konseling, mediasi, konseling bersama,"bebernya. 

Menyamakan frekuensi orang tua dan anak memang bukan perkara mudah. Sehingga kesabaran orang tua sangat dituntut sebelum menerapkan hipnoparenting. 

Sementara itu anggota Komisi D DPRD DIY, Sofyan Setyo Darmawan mengungkapkan orang tua juga harus banyak belajar tentang dunia anak. Menurut dia, kedekatan bisa terbangun jika orang tua mengenal dunia anak. 

Metode hipnoparenting pun dirasa baik. Pasalnya dapat meminimalkan konflik yang terjadi di dalam keluarga. 

"Karena hipnoparenting ini kan ngomongnya halus, tidak teriak-teriak. Sehingga komunikasinya baik, dan minim konflik. Misal orang tua ngajak salat, tetapi anak sedang main gadget. Pesannya kan positif sebenarnya. Tetapi kalau disampaikan dengan teriak-teriak, mau diulang berkali-kali juga susah diterima. Tetapi kalau anak didekati, diajak komunikasi baik-baik, malah lebih efektif,"ungkapnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved