Pilpres 2024

Soal Wacana Ganjar Akan Diduetkan dengan Nasaruddin Umar, Begini Penjelasan Romahurmuziy

Kabar terbaru, tokoh yang masuk dalam 10 kandidat Cawapres Ganjar Pranowo ini adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Net
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Hingga saat ini belum ada pengumuman resmi dari partai pengusung Ganjar Pranowo terkait dengan sosok bakal calon wakil presiden (Bacawapres) yang akan mendampingi Gubernur Jawa Tengah tersebut di Pilpres 2024.

Megawati menyebutkan ada 10 kandidat cawapres yang sudah masuk radar untuk mendampingi Ganjar Pranowo.

Kabar terbaru, tokoh yang masuk dalam 10 kandidat Cawapres Ganjar Pranowo ini adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

Informasi soal masuknya nama Nasaruddin Umar sebagai kandidat cawapres Ganjar Pranowo ini disampaikan oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy.

Menurutnya, tokoh Nahdlatul Ulama itu memiliki kriteria untuk menjadi calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo.

Sosoknya yang moderat dan bisa diterima oleh banyak kalangan menjadi beberapa alasan Nasaruddin Umar masuk dalam kandidat cawapres Ganjar Pranowo.

"Kiai Nasaruddin Umar termasuk tokoh bangsa yang sedang kami elus-elus untuk menjadi cawapres Mas Ganjar," ujar Rommy seperti yang dikutip dari Tribun Jateng.

"Karena kiai Nasar memiliki kriteria yang sesuai, yaitu tokoh luar Jawa, memiliki warna keagamaan yang moderat, Rais Syuriah PB Nahdlatul Ulama, dan bisa diterima luas banyak kalangan," lanjutnya.

Sementara itu Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) menilai wacana untuk menduetkan Ganjar Pranowo dengan Imam Masjid Istiqlal itu merupakan hal yang wajar.

"Selalu ada indikasi antara presiden-wakil presiden ini berbeda. Berbeda supaya kalau bisnis pasarnya lebih luas. Jadi bukan hanya NU," kata JK, di kediamannya, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (15/5).

Menurut dia, perbedaan itu juga terjadi di era JK menjadi wakil dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Dulu saya dan Pak SBY, satu Jawa, dan luar Jawa," ungkapnya.

JK menuturkan, PDI Perjuangan menginginkan wakil dari Ganjar Pranowo adalah sosok yang mempunyai ciri keagamaan.

"Dan pilihan seperti Pak Nasaruddin Umar itu juga sesuatu, karena sebagai partai nasional tentu ingin wakilnya dari yang mempunyai ciri keagamaan. Selalu begitu, Dan mudah-mudahan itu tetap terjadi. Dan itu untuk menambah dan memperluas ya (pemilih-Red)," paparnya.

Meski demikian, JK menegaskan, soal siapa yang akan mendampingi Ganjar Pranowo tetap menjadi wewenang PDI Perjuangan.

"Tapi itu urusan PDIP. Saya tidak ikut campur sama sekali. Saya tidak mencampuri urusan partai lain," tegas politisi senior Partai Golkar itu.

Baca juga: Saat Jusuf Kalla Sebut AHY Cocok Dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024

Tidak Pernah Bermimpi

Teka-teki sosok bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan menjadi pendamping Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di ajang kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024 masih menjadi misteri.

Meski demikian, kini santer beredar nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang digadang-gadang cocok menjadi cawapres Ganjar.

Nasaruddin Umar pun menyikapi santai soal kabar tersebut dengan menyatakan kalau dirinya tidak pernah bermimpi untuk bisa maju sebagai cawapres.

"Saya enggak pernah bermimpi ke arah situ (maju sebagai cawapres-Red)," katanya, saat dihubungi awak media, Selasa (16/5/2023).

Sejauh ini, ia mengaku, hanya ingin bekerja untuk bangsa Indonesia dari balik layar. Dalam artian, Nasaruddin hanya ingin menciptakan kesejukan, ketenangan, dan kedamaian di antara umat dan bangsa.

"Saya hanya ingin bekerja di balik layar. Prinsip saya tidak mungkin akan ada prestasi bangsa di atas konflik dan ketegangan yang menguras energi," ucapnya.

Terkait dengan soal ada atau tidaknya jalinan komunikasi antara dirinya dengan PDI Perjuangan, Nasaruddin menyebut, hal tersebut belum pernah ada. Sebab, tokoh NU itu mengaku baru pulang dari Jeddah, dan sama sekali tidak melihat perkembangan politik yang ada di Indonesia.

"Iya enggak, saya baru tiba ini, belum lihat ada perkembangan. Handphone saya di sana enggak aktif," tukasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved