Berita Jogja Hari Ini
Waspada, Sifilis Juga Bisa Ditularkan dari Ibu ke Janin
Dokter Spesialis Anak RS Panti Rapih, Dr. dr. FX. Wikan Indrarto Sp.A menjelaskan, dari data yang ada, dua dari tiga bayi dengan sifilis lahir tanpa
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus sifilis di DI Yogyakarta meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Dinas Kesehatan DI Yogyakarta, di tahun 2020, ada 67 kasus sifilis dan itu meningkat di tahun 2021 menjadi 141 kasus.
Kemudian, di tahun 2022, ada 333 kasus. Sementara, hingga Maret 2023, ada 89 kasus sifilis yang tercatat, sejak awal Januari.
Baca juga: INI Kesaksian Perangkat Desa Lubang Sampang Purworejo yang Diringkus Polisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang ditemukan oleh oleh Fritz Schaudinn dan Erich Hoffmann pada 1905.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital.
Apa itu sifilis kongenital yang juga membahayakan ibu hamil?
Dokter Spesialis Anak RS Panti Rapih, Dr. dr. FX. Wikan Indrarto Sp.A menjelaskan, dari data yang ada, dua dari tiga bayi dengan sifilis lahir tanpa gejala.
“Gejala umum yang kemudian berkembang pada beberapa tahun pertama kehidupan meliputi hepatosplenomegali, ruam, demam, neurosyphilis, dan pneumonitis. Sifilis kongenital tahap akhir dapat terjadi pada 40 persen bayi, salah satunya muncul kelainan bentuk hidung,” jelas dia kepada Tribun Jogja, Rabu (10/5/2023).
Dia menyebut, sifilis kongenital atau bawaan dapat dicegah dan diobati.
Dengan catatan, itu dilakukan selama pemeriksaan laboratorium dan perawatan diberikan kepada wanita hamil secara lebih awal, yaitu selama perawatan antenatal.
“Risiko hasil buruk pada janin dapat diminimalkan, jika seorang wanita hamil yang terinfeksi sifilis, dapat melakukan pemeriksaan laboratorium dan menerima pengobatan yang memadai pada awal kehamilan, idealnya sebelum trimester kedua,” terangnya.
Dijelaskannya, pengobatan sifilis pertama yang efektif dengan obat Salvarsan, dikembangkan pada tahun 1910 oleh Paul Ehrlich, yang diikuti oleh penisilin dan konfirmasi keefektifannya dipastikan pada tahun 1943.
“Kecurigaan infeksi sifilis pada bayi dilakukan dengan pemeriksaan serologi titer RPR bayi pada usia 3 bulan, dan dinyatakan terinfeksi sifilis jika titer bayi lebih dari 4 kali lipat titer ibunya, misal jika titer ibu 1:4 maka titer bayi 1:16 atau lebih. Selain itu, juga bila titer bayi lebih dari 1:36,” jelas dia rinci.
Sampai sekarang, pengobatan lini pertama bagi sifilis adalah satu dosis suntikan intramuskular Penisilin G atau satu dosis Azitromisin telan.
Doksisiklin dan tetrasiklin adalah pilihan lainnya, namun karena terdapat risiko kelainan pada janin, doksisiklin dan tetrasiklin tidak direkomendasikan untuk wanita hamil. (ard)
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.