WHO Pastikan Darurat Pandemi Covid-19 Usai, Epidemiolog UGM: Sudah Tidak Bebani Sistem Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memutuskan situasi penularan Covid-19 bukan lagi sebagai kedaruratan kesehatan global.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Apalagi setelah cakupan pemberian vaksin ke masyarakat luas.
Masyarakat bisa memiliki kekebalan dan memori kekebalan pada tubuh.
Tanda-tanda berakhirnya pandemi, menurut dia, memang mendekati kenyataan.
Penyakit tidak lagi menimbulkan orang sakit dan tidak membebani sistem kesehatan sehingga pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah.
Di DI Yogyakarta, kasus Covid-19 ada 264 orang per pekan, mulai 29 April hingga 4 Mei 2023.
Sepanjang periode tersebut, lima pasien dilaporkan meninggal dunia.
Angka tersebut terlihat kecil dibandingkan dengan angka di awal pandemi, dimana bisa ada 260 lebih orang terjangkit Covid-19 dalam satu hari.
“Artinya kita terinfeksi tetapi kita tidak sakit, kan tidak perlu ngapa-ngapain tho. Kita tetap beraktivitas, tidak harus ke rumah sakit dan seterusnya. Hal-hal semacam itu tidak lagi menjadi beban rumah sakit, puskesmas, atau sistem kesehatan secara luas," terangnya.
Baca juga: Ini Langkah Kemenkes Seusai WHO Turunkan Status Pandemi Covid-19
Dikatakannya, saat ini, evolusi virus secara alami mengalami penurunan keparahan.
Virus yang menyebabkan keparahan dan kematian tidak dapat berkembang biak.
Sebab, mereka akan mati ketika penderita diisolasi atau karena meninggal.
Dengan demikian, Covid-19 kini sudah berubah selayaknya penyakit flu biasa.
"Setiap varian baru agar bisa menjadi varian yang dominan, harus lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Kalau tidak lebih menular, mereka tidak bisa berkompetisi dengan varian yang ada," ungkapnya.
Meski begitu, masyarakat yang berisiko tinggi seperti mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan dan warga berusia lanjut, virus ini tetap berpotensi menimbulkan keparahan dan kematian.
Apalagi bagi mereka belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.
"Sehingga upaya vaksinasi perlu ditargetkan untuk kelompok-kelompok risiko tinggi tersebut. Bukan lagi kepada seluruh populasi," tambahnya. ( Tribunjogja.com )
Modus Ngaku Polisi, Tiga Pria Rampas Ponsel Milik Pelajar di Wates Kulon Progo |
![]() |
---|
Ratusan Orang Tua di DIY Antusias Ikuti Sosialisasi PIP 2025 |
![]() |
---|
Curi Poin Penuh di Markas Persebaya Surabaya, Pelatih PSIM Yogyakarta: Ini Standar Baru Kita |
![]() |
---|
Mural One Piece di Temuwuh Kidul Dihapus, Kini Berganti Graffiti Kekecewaan |
![]() |
---|
Pendapatan Pajak Kendaraan Gunungkidul Menurun Pascapenerapan Pajak Opsen, Ini Sebabnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.