Mbah Maridjan Putri Meninggal
KISAH Hidup Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi yang Meninggal Dalam Keadaan Sujud
Mbah Ponirah adalah sosok yang setia menemani Mbah Maridjan semasa hidup dalam menjalankan tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
Sehari-hari Mbah Maridjan adalah pria yang mencari nafkah hidup dengan mengolah ladang di lereng Merapi.
Ia adalah sosok yang sederhana, rendah hati, bersahaja, dan jauh dari kesan seorang tokoh. Jauh sebelum bulan April tahun
Abdul Karim menuliskan pernyataan Mbah Maridjan yang ia temui pada 7 November 2008.
“Saya menjadi juru kunci Gunung Merapi karena melanjutkan tugas orang tua saya yang dahulu sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta Nama Ayah saya yang diberikan Ngarsa Dalem di serat kekancingan tersebut adalah Suraksohargo," kata Mbak Maridjan.
Kala itu nominal gaji sebagai Abdi Dalem juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan mendapat gaji sebesar Rp 3.710 per bulan.
Sejak pangkatnya naik menjadi penewu, gajinya meningkat menjadi Rp 5.600 per bulan.
Ia mengatakan, “Kalau orang hanya melihat mereka yang berpendapatan besar, pasti dia akan selalu diliputi perasaan serba tidak puas. Sebaliknya, kalau orang mau melihat mereka yang kecil-kecil, berapapun besarnya gaji akan membuat kehidupan terasa nikmat. Saya lihat banyak kok orang yang berpenghasilan kecil. Jadi jangan melihat ke atas, lihatlah ke bawah.”
Mbah Maridjan juga mengkritik keras para penambang pasir yang menggunakan mesin.
Menurutnya, kelestarian alam harus dijaga dan tidak boleh diekspolitasi untuk memenuhi nafsu manusia.
“Sing sapa seneng ngerusak ketentremane alam dan lan liyan bakal dibendu deneng pangeran lan dielehake dening tumindake dhewe (Barangsiapa yang gemar merusak ketentraman alam dan hidup orang lain, niscaya akan mendapat murka Allah, dan akan digugat karena ulahnya sendiri)," kata Mbah Maridjan ditulis oleh Abdul Karim.
Meninggal dalam kondisi bersujud
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, sebelum erupsi terjadi, Mbah Maridjan masih beraktivitas seperti biasa meski Merapi berstatus awas.
Ia tetap tinggal di Dusun Kinahrejo, pemukiman tertinggi yang paling dekat dengan puncak Merapi.
Pada 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.58 WIB terjadi erupsi yang diikuti sirene panjang yang memicu kepanikan warga.
Pada pukul 17.20, bercengkerama dengan menantu dan kerabatnya, Mereka terdiam setelah mendenger gemuruh panjang dari Merapi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.