Saat Puluhan Ayah Difabel di Jogja Dikumpulkan dan Saling Mencurahkan Isi Hati
Sedikitnya 70 ayah difabel dari Yogya dan beberapa daerah di Jawa Tengah turut hadir dalam gelaran ini.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjadi seorang ayah sama saja memikul tugas dan tanggung jawab yang tentunya tak dapat dikatakan ringan.
Namun, bagaimana jika para ayah tersebut merupakan penyandang disabilitas?
Dengan kondisi tubuh yang tak utuh, beban yang mereka pikul pun otomatis semakin berat.
Melalui sebuah program Ramadan, Yayasan Rumpun Nurani yang bergerak di bidang sosial, coba mengajak para difabel pencari nafkah, sekaligus ayah, untuk saling berbagi kisah.
Berlangsung di Kolektif Co. Space Yogyakarta, pada Sabtu (1/4/2023) sore, sedikitnya 70 ayah difabel dari Yogya dan beberapa daerah di Jawa Tengah turut hadir dalam gelaran ini.
"Jadi, di sini mereka kami pertemukan, kami fasilitasi untuk saling berbagi keluh kesah hidup. Terkadang hal semacam itu diperlukan, agar bebannya semakin ringan," ungkap Ketua Program Ramadan Yayasan Rumpun Nurani, Gilang Ardie Pangestu.
"Rata-rata mereka driver difabel dan antusias sekali buka bersama di sini, ya, sembari berbagi cerita terkait pengalaman hidup selama ini. Kemudian, ada sesi pengajian dan motivasi juga," lanjutnya.
Adapun alasan dipilihnya para penyandang disabilitas ini adalah, karena di tengah keterbatasan mereka masih terus berjuang untuk menafkahi keluarga.
Dirinya pun menandaskan, para ayah difabel tidak sebatas saling mencurahkan isi hati sembari menanti buka puasa, karena beragam bantuan pun turut digelontorkan.
"Kami berikan sembako juga, sebagai tali kasih. Sejak awal, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menunjukkan kepedulian kepada mereka yang sedang berjuang, terutama para pencari nafkah," urainya.
"Selain itu, itu tentunya kami juga ingin mempererat tali persaudaraan antar umat muslim, khususnya yang ada di DIY dan sekitarnya," tambah Ardie. (*)
| Bir Jawa Hingga Secang Latte, Misi Andrianto Soeristyo Melestarikan Minuman Tradisional |
|
|---|
| Menapaki Jejak Gempa Bantul 2006 Bersama Geotrek Jogja di Sesar Opak |
|
|---|
| Menembus Batas Lewat Warna: Cerita Seniman Difabel di 'Together Beyond Limits' |
|
|---|
| Kisah Roro Widya, Lulus Doktor dalam Waktu 2 Tahun 10 Bulan di UGM |
|
|---|
| Limbah Kain Disulap Jadi Boneka, Serunya Anak-anak Belajar di Teman Perca di Yogyakarta |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.