Berita Purworejo

Mengunjungi Masjid Tiban Jenar di Purworejo, Konon Dibangun Sunan Kalijaga pada 1460-an Masehi

Masyarakat sekitar percaya, bahwa konon masjid tersebut di bangun oleh Sunan Kalijaga saat mengunjungi daerah itu sekitar 1460-an Masehi.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
Masjid Tiban Jenar di Dusun Kauman, Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang konon dibangun oleh Sunan Kalijaga pada 1460-an Masehi, Kamis (31/3/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Masjid Tiban Jenar di Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah, termasuk satu di antara tempat ibadah tertua yang diyakini memiliki nilai sejarah di daerah itu.

Masyarakat sekitar percaya, bahwa konon masjid tersebut di bangun oleh Sunan Kalijaga saat mengunjungi daerah itu sekitar 1460-an Masehi.

Dulu, tempat itu masih berupa hutan belantara  sebelum dibangun masjid dan menjadi ramai seperti sekarang. 

Pantauan di lapangan, Masjid Tiban Jenar berada tepat di tengah persimpangan jalan Dusun Kauman RT 02 RW 02, Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah.

Terletak sekitar 300 meter dari Jalan Panembahan Senopati, Pasar Jenar. 

Gerbang Masjid Tiban Jenar terbuat dari batu bata merah yang disusun membentuk seperti gerbang pura dengan arsitektur khas Jawa.

Kini gerbang tersebut dicat dengan warna dominasi putih, hijau, dan kuning pada bagian atas atau ujungnya. 

Di halaman masjid ada menara pengeras suara bercat putih dan tempat parkir sepeda atau sepeda motor dengan cat hijau tua.

Masjid itu memiliki serambi atau teras cukup luas yang biasa digunakan untuk kegiatan pengajian atau tadarus.

Di teras itu terdapat bedug kecil yang dibunyikan saat masuk waktu salat. 

Arsitektur bangunan Masjid Tiban Jenar menyerupai bangunan Masjid Agung Demak.

Jika masuk ke bangunan utama masjid, akan terlihat ada empat buah saka guru atau tiang penyangga masjid.

Tiang itu terbuat dari tatal atau potongan balok kayu jati yang diikat menggunakan lempengan besi.

Saka guru yang berwarna putih itu berbentuk bulat dengan diameter sekitar 50 cm dan tinggi 7 meter saling bertaut dengan pasak kayu lainnya, menyerupai arsitektur tiang penyangga di Masjid Agung Demak. 

Selain arsitekturnya mirip Masjid Agung Demak, bangunan Masjid Tiban Jenar juga masih kental nuansa Hindu.

Hal itu terlihat dari umpak (pondasi) saka guru Masjid Tiban Jenar yang terbuat dari batu lingga dan yoni, khas bangunan zaman kerajaan Hindu. 

Takmir Masjid Tiban Jenar, Haji Sudarno (74), mengisahkan, konon orang tua pendahulunya tidak mengetahui awal mula pembangunan masjid tersebut. 

Lalu, pada suatu hari secara tiba-tiba masyarakat menemukan bahwa masjid tersebut sudah berdiri kokoh. Maka dinamakanlah Masjid Tiban, yang dalam bahasa Indonesia tiban berarti tiba-tiba. 

"Ternyata yang membangun adalah Sunan Kalijaga yang kala itu dikenal dengan nama Kyai Udan Baring. Jaman dulu, katanya lingkungan sini masih berupa hutan belantara. Lokasi ini dianggap strategis untuk dibangun masjid di bagian selatan karena dekat dengan Pantai Selatan. Konon disinilah dakwah Islam dimulai," cerita Sudarno kepada Tribunjogja.com , Kamis (30/3/2023). 

Ia menyebut, waktu pembangunan Masjid Tiban Jenar bersamaan dengan pembangunan Masjid Agung Demak.

Oleh karena itu ada kemiripan arsitektur dan konstruksi di kedua masjid.

Menurutnya, sejak berdiri hingga saat ini, bangunan utama Masjid Tiban Jenar masih terpelihara keasliannya.

Ia menyebut, masyarakat tidak pernah merubah bentuk dan struktur asli tiang penyangga. 

Hanya melakukan pengantian genting masjid, pemugaran serambi atau teras masjid, dan penambahan menara pengeras suara. 

"Sebenarnya tiang penyangga masjid sudah mulai rapuh. Dan kami sudah mengusulkan ke pemerintah untuk direhab. Tapi masih dalam pembahasan di Pemda, mereka belum yakin kalau ini peninggalan purbakala. Padahal kalau menurut sejarahnya ini termasuk peninggalan purbakala seperti Demak, peninggalan Sunan Kalijaga. Prasasti pembangunan Masjid Tiban juga ada, sekarang disimpan di Museum Tosan Aji," paparnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan di sebelah kanan masjid (utara) ada sebuah sumur yang juga dinamakan sumur tiban, karena tiba-tiba ada berbarengan dengan pembangunan masjid. 

Kemudian, pada bagian selatan atau kiri masjid, terdapat sebuah batu andesit hitam yang konon merupakan bongkahan batu hajad aswad yang dibawa Sunan Kalijaga ke Purworejo .

Batu itu tertanam di halaman masjid dan kini dipagari menggunakan tatanan batu keramik.

Selain itu, Masjid Tiban Jenar juga memiliki sebuah kolam dari bejana yang bernama As-Syifa.

Katanya, air dalam kolam dan sumur itu tidak akan surut meski musim kemarau datang. 

"Warna airnya juga tidak akan berubah saat musim pancaroba datang. Jadi airnya tetap bersih dan jernih," ujarnya.

Selama bulan ramadan 1444 Hijriah, kegiatan di Masjid Tiban Jenar hampir sama dengan masjid-masjid lainnya.

Kegiatan buka bersama, pengajian, tadarus Al-Quran, dan salat tarawih berjamaah tetap dilaksanakan. Masjid tersebut memiliki kapasitas sekitar 400 orang. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved