Pengamen Angklung Minta Bisa Kembali Mentas di Pedestrian Malioboro, Ini Tanggapan UPT Cagar Budaya

Para seniman maupun musisi yang biasa ngamen di pedestrian harus bersedia dipindah ke panggung hiburan Teras Malioboro 1 dan 2

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Wisatawan sedang menikmati suasana di Malioboro Yogyakarta belum lama ini. 

"Termasuk kapan mereka bisa pentas, kami belum bisa matur (sampaikan) karena harus lapor ke pimpinan dulu," tuturnya. 

Diberitakan sebelumnya, dua grup angklung tersohor di Malioboro, Carekhal dan Calungfunk, mengadu ke Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Yogyakarta, terkait kepastian pentas para pengamen angklung Malioboro.

Mereka datang ke kantor DPRD dengan didampingi Kuasa Hukum Class Action Carekhal dan Calungfunk dari Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Pandawa, Muhammad Endri.

"Para musisi Carekhal dan Calungfunk ini sudah tampil di Malioboro sejak 20215. Pas pandemi Covid-19 mereka libur, cuman sekarang sudah dilonggarkan tapi kenapa belum ada kepastian kapan bisa main," kata Endri, di ruang audiensi, Rabu (8/3/2023).

Dia menjelaskan, pihaknya sudah melakukan audiensi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Malioboro.

Akan tetapi sampai dengan saat ini belum ada kepastian apakah pedestrian Malioboro dapat kembali digunakan para grup angklung pentas seperti dulu.

"Dua grup ini malah dikurasi, dan itu sudah dilakukan. Yang kurasi dari Institut Musik Jalanan (IMJ). Mereka merekomendasikan sudah oke untuk pentas," ungkapnya.

Sebagai informasi, kurasi dari IMJ sebagai bentuk standarisasi pengamen jalaman yang lebih berkelas dan patut dinikmati.

Akan tetapi pihak UPT sampai dengan saat ini belum mengeluarkan kepastian apakah para pengamen angklung dibolehkan pentas.

"Makanya kami meminta UPT Cagar Budaya Malioboro supaya memberikan ruang kepada seniman grup musik angklung Carekhal dan Calungfunk seperti sebelum pandemi," ujarnya.

Ia juga mendesak DPRD Kota Yogyakarta untuk melalukan komunikasi politik kepada pemangku kebijakan di kawasan Malioboro.

"Karena angklung ini bagi mereka mata pencaharian satu-satunya," terang dia.

Koordinator grup Angklung Carekhal, Adi Setiadi mengaku kehilangan pekerjaan sejak pandemi Covid-19 sampai dengan saat ini.

Suasana riuh jalanan Malioboro yang biasanya akrab dengannya, kini perlahan tak dirasakan lagi.

"Saya sejak 2015 akhirnya berhenti pas pandemi. Tapi ini kan sudah longgar, kok kami gak dibolehkan pentas lagi," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved