Berita Jogja Hari Ini
Bincang Kesehatan Bersama IDI Kota Yogyakarta: Cegah Kanker Serviks Lewat Vaksin HPV
Penyakit tumor ganas leher rahim atau yang kerap disebut kanker serviks umumnya menyerang bagian paling bawah uterus (rahim) pada wanita.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyakit tumor ganas leher rahim atau yang kerap disebut kanker serviks umumnya menyerang bagian paling bawah uterus (rahim) pada wanita.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Yogyakarta, dr Theressia Handayani M Biomed (AMM) menyampaikan, penyakit yang disebabkan oleh human papillomavirus atau yang kerap disebut virus HPV.
"Penyebabnya (terjadi kanker serviks) enggak cuma virus HPV menyerang ke leher rahim. Kalau ke rahimnya mungkin agak sedikit berbeda ya. Dari berbagai penelitian menunjukkan agak berbeda nih virusnya. Kalau HPV ini menyerang ke leher rahim atau serviks, vulva, vagina. Kalau pada laki-laki bisa pada penis dan juga anus. Dan yang terbaru menyerang juga di kanker nasofaring atau kanker tenggorokan," ucapnya kepada Tribun Jogja saat Bincang Kesehatan di Studio 52 Sudirman, Senin (20/2/2023).
Baca juga: Harga Beras di Sleman Masih Stabil di Harga Tinggi
Artinya virus HPV sendiri dapat menyerang organ tubuh pada kaum laki-laki maupun perempuan.
Namun demikian, virus HPV terbagi dalam virus jinak dan ganas.
Apabila virus HPV tergolong dalam kategori jinak, maka hanya menimbulkan kutil di bagian kelamin.
Sedangkan, apabila virus tersebut sudah tergolong ke dalam kategori ganas, maka dapat menimbulkan kanker.
"Semua usia bisa terkena (virus HPV). Baik itu dari anak-anak. Apabila temen-temen punya kutil di bagian muka, maka penyebabnya HPV. Tapi itu jinak dan tidak menyerang yang ganas. Atau kutil di kelamin, juga bisa (penyebabnya HPV)," tutur dr. Theressia.
Sementara itu, disampaikannya virus HPV memiliki banyak jenisnya dan bisa berjumlah ratusan jenis virus HPV.
"Orang awam mikirnya, kalau kita terkena kanker serviks itu dari jalur seksual. Padahal si human papillomavirus ini bisa kena infeksi ke kita lewat jalur non seksual juga," jelas dia.
"Non seksual itu bisa dari pakaian, gagang pintu, finger tap, atau kalau ada penderita HPV entah itu kutil, kanker kulit yang sedang aktif dan menular dari situ (pakaian, gagang pintu, finger tap) juga bisa. Bahkan bisa juga lewat rute vertikal antara ibu dan anak," imbuh dr. Theressia.
Namun, secara garis besar penyakit tersebut tidak terjadi dari genetik. Melainkan virus yang menular dari seseorang.
Maka, apabila ada seorang ibu yang memiliki kanker HPV dan sudah waktunya untuk dilahirkan, maka harus melalui prosesi caesar.
Tujuannya, untuk mencegah penularan HPV ke bayi.
"Karena, kalau sampai bayi itu terkena HPV di sela nafas, maka dia tidak bisa bernafas. (Maka, diantisipasi) dengan caesar, agar mereka tidak kontak. Tidak kontak itu benar-benar penting," tuturnya.
Walau demikian, dr Theressia berujar virus HPV itu tidak mudah menular melalui non kontak. Hanya saja, diperlukan sistem imun tubuh yang kuat untuk memradikalisasi virus HPV.
"Virus HPV ini, satu-satunya virus yang menyebabkan kanker. Saat ini, satu-satunya kanker yang dapat dicegah adalah HPV dan juga kanker-kanker yang disebabkan oleh virus HPV," jelas dia.
Untuk menangani hal tersebut, maka dapat dilakukan dengan pemberian early vaksin HPV sejak usia 9 tahun sampai 13 tahun.
Di sisi lain, pemerintah sudah memberikan rencana pemberian vaksin HPV gratis untuk siswa sekolah dasar (SD) di seluruh Indonesia.
"Di Yogya itu sebelum pandemi sudah ada programnya. Di Yogyakarta itu 9-13 tahun sudah dua kali (diberikan vaksin HPV). Cuma, untuk progam pemerintah itu (vaksin HPV dilakukan) untuk siswa kelas 5 dan 6 SD. Jadi kelas 5 sekali, kelas 6 sekali pada wanita saja," kata dr Theressia.
"Karena, si vaksin ini lumayan cukup mahal. Pemerintah merencanakan hanya untuk si kanker serviks saja," sambung dia.
Pemberian dosis satu dan dua vaksin HPV dibutuhkan jarak 6-12 bulan untuk usia 9-13 tahun. Akan tetapi, untuk usia 14-45 tahun diperkenankan melakukan tiga kali vaksin HPV dengan jarak 0 bulan, 2 bulan dan 6 bulan.
"Karena menurut penelitian, usia 9-13 tahun itu antibodinya masih terbentuk sangat bagus. Artinya hanya dibutuhkan dua kali (vaksin HPV). Tapi, untuk usia 14-45 itu harus tiga kali vaksin," tambah dr Theressia.
Baca juga: Insiden Sepeda Motor Terbakar di Jembatan Ngeplang Kulon Progo, Ini Dugaan Sumber Kobaran Api
Begitu pula bagi laki-laki. Untuk early vaksin HPV dapat dilakukan pada usia 9-13 tahun dengan dua kali pemberian vaksin. Serta vaksin HPV lanjutan dapat dilakukan pada usia 14-26 tahun dengan pemberian tiga kali vaksin.
Disampaikannya, Indonesia sendiri menjadi nomor dua tertinggi kasus kanker serviks di dunia. Bahkan, berdasarkan data yang ada pada 2018, dr Theressia menyampaikan, bahwa setiap jamnya terdapat dua orang wanita Indonesia meninggal dikarenakan kanker serviks.
"Jadi, 50 wanita meninggal setiap harinya di Indonesia. Dan Indonesia menduduki nomor 1 (kasus kanker serviks) di ASEAN," tutup dr. Theressia. (Nei)
Cara Lapor Jika Terjadi Kekerasan Anak dan Perempuan di Yogyakarta, Gratis Bebas Pulsa |
![]() |
---|
Kronologi Kasus Dugaan Monopoli BBM oleh Oknum Polairud di Pantai Sadeng Gunungkidul |
![]() |
---|
Mengenal Class Action, Cara Menuntut Pemerintah karena Kasus Keracunan MBG |
![]() |
---|
Komentar Sri Sultan HB X soal Keracunan MBG di Jogja dan Sanksi untuk SPPG Menurut Undang-Undang |
![]() |
---|
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.