Merti Umbul Manten, Merawat Mata Air Gunung Merapi yang Mengalir Deras

Merti Umbul Manten digelar warga tiga kelurahan, Umbulharjo, Hargobinangun dan Kepuharjo di Cangkringan Sleman. Umbul Manten ini dua mata air Merapi.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga
Tokoh Kaliurang Mbah Bejo Wiryanto dan Lurah Umbulharjo Danang Sulistyo memimpin acara tradisi b udaya Merti Umbul Manten di dasar Kali Kuning, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY, Selasa (24/1/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tiga kendi tanah liat itu dibenamkan di kolam mata air Umbul Wadon. Setelah terisi penuh, ketiga kendi itu dibawa ke bawah tenda terpal biru yang terpasang di dekatnya.

Setelah tiga kendi itu diletakkan di tikar di dekat Mbah Bejo Wiryanto, tokoh sepuh Hargobinangun, dan Lurah Umbulharjo Danang Sulistyo, upacara merti umbul pun dimulai pukul 09.00 WIB, Selasa (24/1/2023).

Puluhan warga tiga kelurahan, Umbulharjo, Kepuharjo, dan Hargobinangun, duduk melingkar. Turut hadir Bhabinkamtibmas dan Babinsa dari ketiga kelurahan.

Letak Umbul Wadon ini ada di dasar jurang sisi kanan alur Kali Kuning, Dusun Pangukrejo, Kelurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman.

Airnya sangat bening, permukaannya tenang. Kolam itu terlindung di dalam rumah beratap rendah mirip bunker.  

Sementara di tepi barat Kali Kuning, berseberangan dengan Umbol Wadon terdapat Umbul Lanang. Keberadaan kedua umbul ini menjadikan lokasi ini dikenal juga sebagai Umbul Manten.

Debit air dari kedua sumber alam itu cukup besar. Di Umbul Lanang, air mengalir begitu derasnya dari kaki tebing Kaliurang timur, yang membentuk seperti terowongan.

Baca juga: Warga Kaliurang Timur Ramai-ramai Bikin Benteng Alami Hadapi Kera Merapi

Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi di Kawasan Kaliurang

Baca juga: Jip Wisata Jadi Favorit Pelancong di Kaliurang

Merti Umbul Manten kali ini merupakan yang keempat kali digelar melibatkan tiga kelurahan yang menikmati air  dari mata air ini.

Menurut Lurah Umbulharjo, Danang Sulistyo, seharusnya Merti Umbul Manten ini digelar bulan lalu. “Tapi karena padat kegiatan, kita gelar bulan ini, Januari,” kata Danang di lokasi acara.

Mbah Bejo Wiryanto, sesepuh Kaliurang yang juga abdi dalem Keraton Yogyakarta menjelaskan, Merti Umbul ini acara tradisi dan budaya untuk menjaga dan melestarikan alam.

Saat memberi pengantar acara di bawah tenda terpa biru, Mbah Bejo berpesan supaya orang tidak melihat sisi klenik atau mistisnya.

Sebagai manusia bertuhan, acara Merti Umbul ini harus dilihat dari usaha manusia untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan.

“Pertama kita berdoa pada Tuhan, kedua melestarikan tradisi, ketiga melestarikan alam,” kata Mbah Bejo yang merupakan keluarga perintis jadah tempe Mbah Carik Kaliurang.

“Melestarikan alam lewat cara kita menanam pohon pule di lokasi, dan sebagai pengingat minimal setahun sekali kita lakukan,” lanjut Mbah Bejo.

“Ini supaya kita ingat, air yang kita minum itu tidak serta merta datang sendiri, karena harus kita usahakan tetap lestari,” kata Mbah Bejo Wiryanto.

Seusai acara, Lurah Umbulharjo Danang Sulistyo menjelaskan, tradisi merti umbul ini awalnya dimulai ketika warga Umbulharjo melakukan acaa dandan kali.

Ini kegiatan bersih-bersih dan memperbaiki lingkungan di sekitar Kali Kuning yang jadi lokasi keluarnya mata air besar di lereng Merapi.

Persisnya kapan kegiatan ini dilakukan, Danang sudah tidak tahu lagi. Sekarang kegiatan diperluas melibatkan warga di dua kapanewon atau kecamatan, Pakem dan Cangkringan.

“Harapan kita, lewat Merti Umbul Manten ini debit tetap besar dan mencukupi masyarakat, dan lebih banyak lagi masyarakat di Kota Yogya dan Sleman yang menikmati,” kata Danang.  

Ia juga berharap tradisi budaya seperti ini diikuti seluruh warga, sehingga memahami betapa pentingnya mata air ini bagi kehidupan sekitar.

Pemilihan pohon Pule sebagai tanaman yang digunakan untuk penghijauan, menurut Danang karena tanaman ini dikenal kuat menyimpan air.

Dari kedua mata air besar inilah sesungguhnya Gunung Merapi mengalirkan sumber kehidupan bagi ribuan penduduk dari lereng hingga kakinya.

Lebih jauh lagi ada ribuan warga di Kota Yogya dan Sleman yang menikmati air dari kedua umbul ini karena PDAM dan perusahaan air minum daerah (PT Anindya) di DIY turut menangguk berkahnya.

Lokasi mata air ini cukup mudah didatangi, meski jalurnya cukup berat karena harus menuruni tebing timur Kali Kuning yang tingginya sekira 100 meter.

Tebing berpasir ini sangat curam. Tapi ada dua jalur setapak yang biasa digunakan warga untuk naik turun kawasan ini, terutama untuk mencari rumput atau kayu bakar.

Jalur pertama yang agak landai namun panjang rutenya ada di sisi barat Dusun Pangukrejo. Jalur setapak kedua ada di hutan pinus Taman Nasional Gunung Merapi di sisi barat Dusun Ngrangkah.

Jalur kedua ini curam, tapi jauh lebih dekat dan lebih cepat sampai ke Umbul Manten. Keduanya cocok untuk rute treking alam bebas untuk pemula.

Bagi yang belum tahu, dari mata air Umbul Manten inilah aliran air sungai Kali Kuning tidak pernah putus dan kering.

Di spot lava tour Merapi, ribuan jip wisata dan para wisatawan setiap hari turut menikmati “mandi air” di area  lava tour Kali Kuning.

Terus menghulu di aliran Kali Kuning, air dari Umbul Lanang dan Umbul Wadon dinikmati warga kiri kanan sungai, baik untuk pertanian, wisata maupun keperluan sehari-hari.

Secara keseluruhan, Merti Umbul Manten di Umbulharjo diawali pengantar singkat sesepuh Hargobinangun dan Kaliurang, lalu mendaraskan doa-doa, diakhiri makan nasi gurih dan ingkung ayam bersama-sama.

Sementara tiga kendi berisi air dri Umbul Wadon, dibawa perangkat Desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Hargobinangun, pulang ke balai kelurahan sebagai simbol lestarinya mata air Umbul Manten.(Tribunjogja.com/xna)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved