Pembunuhan Qassem Soleimani

Hassan Nasrallah : Soleimani dan Muhandis Lawan Tangguh AS

Pemimpin Hezbollah Lebanon Seyyed Hassan Nasrallah memuji Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al Muhandis sebagai lawan tangguh AS di Asia Barat.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Al Jazeera
Mayor Jenderal Qassem Soleimani 

TRIBUNJOGJA.COM, BEIRUT – Pemimpin Hezbollah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah menyatakan, pembunuhan Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis oleh AS bertujuan merusak Asia Barat.

AS menurut Hassan Nasrallah memiliki proyek merusak di Asia Barat melalui hegemoni dan mengendalikan sumber daya alam kawasan itu, seperti minyak dan gas alamnya.

Pernyataan Sayyed Hassan Nasrallah dipublikasikan situs Al Mayadeen, Selasa (3/1/2023) waktu Beirut, Lebanon.

Pernyataan Sayyed Nasrallah ini muncul bertepatan peringatan tiga tahun meninggalnya Qassem Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak, Abu Mahdi Al-Muhandis.

Pemimpin perlawanan Lebanon itu meyakinkan pengikutnya, dia baik-baik saja mengingat media Israel dan Teluk melaporkan hidupnya tengah dalam bahaya karena kondisi kesehatan.

"Pihak-pihak tertentu mencoba menggambarkan kekuatan nasional dan gerakan perlawanan yang berafiliasi dengan Iran, tetapi kenyataannya justru sebaliknya," kata Sayyed Nasrallah.

"Proyek AS di kawasan itu adalah hegemoni dan penjarahan sumber daya kawasan, dari gas ke gas alam," katanya.

“Hal pertama yang menjadi martir Soleimani dan para komandan dan martir lainnya adalah prototipe pertama proyek baru untuk Timur Tengah di Lebanon dan Palestina,” tambahnya.

Ia mencatat serangan 11 September mendorong proyek AS untuk memasuki Afghanistan dan Irak sambil semakin dekat dengan Iran dan Suriah.

Baca juga: Qassem Soleimani, Tokoh Sentral di Balik Kekalahan ISIS di Irak dan Suriah

Baca juga: Kisah Washington Melabeli Iran dan Qassem Soleimani Sebagai Teroris Global

Baca juga: Balas Dendam Kematian Jenderal Qassem Soleimani, Iran Rencanakan Serang Markas Angkatan Darat AS

“Seandainya perang Israel di Lebanon berhasil, itu akan berlanjut ke Suriah. Tapi itu tidak terjadi, dan di situlah martir Soleimani berperan,” tegas Sayyed Nasrallah.

"Suriah dan Iran berdiri teguh dalam menghadapi tekanan AS dan perlawanan Irak melakukan operasi penting terhadap pasukan AS," katanya.

"Perlawanan Irak mengalahkan Amerika dan memaksa mereka mundur dari Irak, mengubah wajah kawasan itu," tambahnya.

“Mereka yang meluncurkan perlawanan di Irak adalah faksi dan gerakan politik, dan Soleimani menawarkan pelatihan dan bimbingan kepada mereka bersama Abu Mahdi Al-Muhandis,” tegas Nasrallah.

"Jika Suriah tidak tangguh, jika perlawanan di Irak tidak tergoyahkan, dan jika tidak ada Soleimani atau (Imad) Mughniyeh, Amerika Serikat akan menduduki wilayah tersebut," katanya.

Hal terburuk yang digunakan AS dalam versi kedua dari proyek baru untuk Timur Tengah kata Nasrallah, adalah sektarianisme dan takfirisme.

Ia menggarisbawahi tidak ada keraguan Washington secara menyeluruh merencanakan pembunuhan publik terhadap Qassem Soleimani dan Al-Muhandis.

“Tujuan pembunuhan itu adalah untuk meneror warga Irak, melemahkan pihak-pihak yang mendukung poros perlawanan di Suriah, Iran, Lebanon, dan Palestina, serta menghilangkan ancaman strategis terbesar bagi Israel,” tegas Sayyed Nasrallah.

Pada 3 Januari 2020, AS melakukan serangan pesawat tak berawak yang disahkan oleh Presiden AS Donald Trump yang menargetkan mobil yang membawa kedua tokoh.

Soleimani sedang dalam kunjungan resmi ke Irak dan diangkut dengan mobil bersama al-Muhandis dari Bandara Internasional Baghdad pada saat kedatangannya sebelum dibunuh oleh AS.

Beberapa hari setelah kesyahidannya, jenazah ikon anti-teror dipindahkan ke Iran dan dimakamkan di kampung halamannya di Kerman.

Pada Sabtu, kepala komite khusus yang bertanggung jawab atas kasus tersebut, Abbas-Ali Kadkhodaei, mengonfirmasi Iran sedang dalam tahap akhir mengeluarkan dakwaan resmi atas pembunuhan Komandan Pasukan Quds IRGC.

Dia mencatat, setelah kesyahidan Soleimani, komandan tersebut menjadi ikon perlawanan dan sumber inspirasi, dengan pemakamannya menjadi yang terbesar dalam sejarah.

Selain itu, kesepakatan abad ini (diinisiasi Presiden Trump) jadi tersendat, dan Lebanon menarik aturan keterlibatan, sementara Suriah menetapkan aturan diplomasi.

Sayyed Nasrallah menyinggung pemerintahan pendudukan Israel yang baru, menyebutnya sebagai campuran antara penjahat korup dan ekstrimis dan orang gila.(Tribunjogja.com/Almayadeen/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved