Pakar Geomorfologi UGM: Ingat dan Waspada dengan Potensi Bencana di Akhir Tahun

Pakar Geomorfologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si meminta masyarakat dan pemerintah agar tetap ingat dan wa

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mobilisasi yang tinggi oleh masyarakat meningkatkan risiko kerusakan atau kerugian yang terjadi jika ada bencana.

Untuk itu, Pakar Geomorfologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si meminta masyarakat dan pemerintah agar tetap ingat dan waspada dengan adanya potensi bencana di akhir tahun 2022 ini.

“Kebencanaan itu bisa dilihat dari risikonya. Risiko menjelang akhir tahun itu akan tinggi karena semakin banyak orang berkumpul di tempat-tempat wisata dalam jumlah yang besar dan mobilitasnya tinggi,” tuturnya yang juga merupakan Dosen Fakultas Geografi UGM dan Ahli Geomorfologi di Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Jumat (30/12/2022).

Baca juga: Propam Polda DIY Periksa 20 Orang Terkait Kasus Bocah di Sleman yang Terkena Proyektil

Meski demikian, ia menegaskan, sebenarnya tidak ada hubungan antara periode akhir tahun dengan penyebab terjadinya bencana alam.

Hanya saja, dengan adanya mobilitas tinggi masyarakat, maka risiko kerusakan atau kerugian yang terjadi jika ada bencana, akan meningkat.

“Kondisi saat ini, patahan di Pulau Jawa, Sulawesi, atau Sumatera itu terlampau aktif. Terbukti di BMKG, kami melihat hampir setiap hari ada gempa yang terjadi, tapi karena mungkin titik gempanya dalam, maka magnitude nya tidak besar. Saya kira sebaiknya, kita bisa mengantisipasi akan potensi bencana ini. Tentunya di setiap stakeholder sudah harus berkoordinasi,” ujar Anggri.

Menurutnya, kondisi saat ini dapat dikatakan sebagai siaga darurat, di mana pihak berwenang membentuk rencana penanganan untuk menghadapi potensi bencana dalam risiko tertentu.

Adapun ketika bencana sesungguhnya terjadi, stakeholder diharapkan dapat bekerja secara tanggap dalam mitigasi bencana.

Tentunya, di sisi lain, masyarakat bisa lebih memperhatikan kondisi alam melalui informasi bencana dari BMKG, ataupun sumber lainnya yang kredibel.

“Situasi bencana memang biasanya tidak menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk bepergian, karena potensi bencana pasti ada dimanapun dan kapanpun. Tetapi sebagai pihak yang mempelajari tentang geografi, kami memahami bahwa bencana itu sebenarnya ada trennya. Nah, karena saat ini trennya adalah kondisi kegempaan dan cuaca dengan curah hujan tinggi, seharusnya masyarakat bisa mengantisipasi diri agar tidak berada dalam kondisi rentan,” terang Anggri.

Baca juga: Pos Kesehatan Nataru di Kota Yogyakarta Layani Vaksinasi Covid-19 Sampai Awal 2023, Ini Lokasinya

Anggri berpesan agar selalu ingat dan waspada.

Ingat bahwa negara ini memang memiliki kekayaan alam melimpah, tapi disertai dengan potensi bencana juga.

Kemudian juga waspada, apabila sudah mendapat peringatan tentang potensi bencana, sebaiknya berhati-hati dan tidak mengabaikan peringatan tersebut. (ard)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved