Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Sejarah Pendopo Royal Ambarrukmo, Dibangun Sultan HB II hingga Jadi Tempat Tinggal Sultan HB VII

Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo dikabarkan akan digunakan sebagai lokasi pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
IST
Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo berada di antara Hotel Royal Ambarrukmo dan Plaza Ambarrukmo 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo belakangan ini menjadi sorotan publik.

Pasalnya pendopo yang berada di antara Hotel Royal Ambarrukmo dan Plaza Ambarrukmo tersebut dikabarkan akan digunakan sebagai lokasi pernikahan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI, Joko Widodo dengan Erina Sofia Gudono. 

Tidak hanya bergaya Jawa, rupanya pendopo tersebut merupakan bangunan yang dibangun pada zaman pemerintahan Sultan HB II sekitar tahun 1972.

Kemudian pembangunan dilanjutkan oleh Sri Sultan HB III, dan disempurnakan oleh Sri Sultan HB VII. 

General Manager Royal Ambarrukmo , Herman Courbois menerangkan awalnya Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo merupakan tempat singgah Sultan dan sebagai tempat menyambut tamu-tamu penting sebelum menuju ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Baca juga: Pernikahan Kaesang dan Erina, Bila Digelar di Pendopo Royal Ambarrukmo Maka Wajib Pakai Adat Jawa

"Sejak dulu memang sudah dipakai untuk VIP datang atau keluarga (Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat). Kalau di sini Pingitan sama Ageng Ndalem memang hanya untuk VIP atau keluarga. Kalau mau masuk ke belakang ke Gadri itu hanya untuk keluarga saja, keluarga dari raja," katanya, Selasa (01/11/2022). 

Ia melanjutkan, Pesanggrahan Ambarrukmo kemudian beralih fungsi sebagai tempat tinggal sejak 1921, ketika Sri Sultan HB VII turun tahta, hingga wafat pada 1941. 

Bangunan tersebut rupanya pernah menjadi markas tentara Belanda, perumahan sementara pegawai kantor pos, menjadi tempat Pendidikan Kepolisian Republik Indonesia, dan kantor Administrasi Bupati Sleman. 

"Pada 27 Oktober 1920, Sri Sultan HB VII mundur dari jabatan Sri Sultan. Kemudian setelah resmi turun tahta, beliau menetap dan tinggal di Pesanggrahan Ambarrukmo. Mengingat yang menempati kawasan Ambarrukmo adalah Sri Sultan HB VII, penyebutannya berubah menjadi Kedhaton Ambarrukmo. Beliau tinggal di Kedhaton Ambarrukmo sampai wafat," lanjutnya. 

Tidak hanya kaya nilai sejarah, bangunan 200 tahun lebih tersebut juga mengandung makan dan filosofi pada setiap bentuk,struktur, dan ornamennya.

Misalnya hiasan yang bernama Putri Mirong di pilar penyangga Pendopo yang menandakan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan serta sebagi visualisasi kehadiran sosok Ratu Pantai Selatan, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul.

Baca juga: Sempat Ditinjau Jokowi untuk Pernikahan Kaesang-Erina, Hotel Royal Ambarrukmo Masih Tunggu Kepastian

Hiasan Ceplok Melati atau Wajikan yang terdapat di langit-langit Pendopo juga menyimbolkansifat kejujuran. Ornamentasi pada Pendopo umumnya melambangkan kesuburan, keindahan,dan juga kebaikan.

Meski kini Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo boleh dikomersialkan, namun Royal Ambarrukmo tetap menghidupi nilai histori yang ada.

Selain untuk aktivitas pelestarian budaya, bangunan tersebut bisa digunakan untuk venue pernikahan.

Hanya saja ia mensyaratkan harus menggunakan adat Jawa. 

"Setiap hari ada aktivitas budaya, sering digunakan untuk menari, gamelan, oleh komunitas dan lainnya. Sehingga budaya Jawa tetap terjaga. Boleh untuk wedding, tapi satu syaratnya, harus dengan suasana Jawa,"imbuhnya. ( Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved