Menengok Sentra Pembuatan Emping Melinjo Khas Dusun Jamus Pasar di Kabupaten Magelang

Pembuatan emping Melinjo di Dusun Jamus Pasar di Kabupaten Magelang ini sudah berlangsung sejak berpuluh-puluh tahun.

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Perajin emping di Dusun Jamus Pasar Magelang saat memperlihatkan produksinya, Selasa (18/10/2022) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Di wilayah Kabupaten Magelang terdapat suatu dusun yang terkenal sebagai sentra produksi panganan emping Melinjo bernama Dusun Jamus Pasar, Desa Jamus Kauman, Kecamatan Ngluwar.

Pembuatan emping Melinjo di Dusun Jamus Pasar ini sudah berlangsung sejak berpuluh-puluh tahun.

Bahkan, beberapa perajin sudah dijalankan oleh generasi penerusnya.

Rumah produksi pembuatan emping Melinjo yang masih eksis yakni milik Mbah Tumbuk (67), tetapi saat ini usahanya itu lebih banyak diambil alih oleh anaknya yakni Munthofi'ah (43).

Munthofi'ah merupakan anak perempuan dari Mbah Tumbuk. Bisa dibilang, dirinya merupakan generasi kedua penerus pembuatan emping.

"Sebenarnya, dulu ibu saya yang bikin terus kami meneruskan saja. Kalau, nenek-nenek dulu belum, jadi baru generasi kedua ini. Ini dari ibu saya (pembuatan emping) sudah berjalan sekitar 35 tahun lalu,"ujarnya saat ditemui di rumah produksinya, pada Selasa (18/10/2022).

Pembuatan emping Melinjo, lanjutnya, masih mempertahankan cara tradisional seperti proses memipihkan Melinjo yang masih menggunakan batu tumbukan.

Di mana Melinjo yang sudah lepas dari kulit luarnya harus digetok satu per satu dengan batu.

"Semuanya masih manual, awalnya Melinjo yang dari pohon harus dikeringkan dulu. Lalu, digetok pakai batu tidak memakai mesin. Setelah digetok itu namanya emping basah, untuk ukurannya menyesuaikan dari melinjonya. Kalau melinjonya besar hasilnya pun (emping) akan besar begitupun sebaliknya,"ungkapnya.

Setelah Melinjo berubah menjadi emping basah, tambahnya, proses selanjutnya dilakukan penjemuran.

Proses penjemuran inipun masih dilakukan manual hanya mengandalkan panas dari matahari.

"Penjemuran juga mengandalkan matahari kalau cuaca cerah palingan hanya setengah jam sudah bisa digoreng. Namun kalau di musim penghujan harus dibantu dengan proses njarang (mendekatkan melinjo ke tungku api untuk mendapatkan hawa panas), tapi itupun tetap harus mendapatkan sinar matahari juga,"terangnya.

Dalam sekali produksi biasanya ia membutuhkan hingga 30-35 kilogram Melinjo.

Dengan perbandingan, hasil menjadi emping setengah dari banyaknya bahan baku utama.

"Kalau bahan bakunya Melinjo didapat dari Yogyakarta, Banten, bahkan Sumatera. Itu biasanya dibawa sama bakul langganan ke sini. Jadi, hitungannya satu kilogram Melinjo itu bisa menghasilkan emping setengah kilogram,"bebernya.

Menariknya lagi, ia mengatakan, di Dusun Jamus Pasar itu hanya dirinya seorang yang membuat emping Melinjo dengan varian rasa.

Adapun, rasa varian emping yang dibuatnya yakni emping manis dan emping manis pedas.

"Kalau emping itu kan, kalau yang cuma digoreng saja namanya emping tawar. sebenarnya kami juga menjualnya. Tetapi, kami pun buat yang varian ada manis dan manis pedas dengan menambahkan rempah-rempah seperti ketumbar, cabai merah, bawang putih, sama gula pasir. Di sini, cuma kami yang produksi itu,"ungkapnya.

Banyaknya varian rasa yang ditawarkan membuat pembeli emping produksinya pun datang dari berbagai daerah. Bahkan, ada yang sudah jadi pelanggan tetap.

"Tiap dua Minggu sekali ada bakul dari Malang, dalam sebulan sudah  order 9 kuintal. Itu yang rutin belum yang lain ada juga yang  diambil oleh bakul-bakul lainnya,"terangnya.

Sementara itu, ia mengatakan, kelebihan dari emping produksinya itu memiliki rasa yang lebih gurih dan enak.

"Kalau kata pembeli kelebihanya di rasanya. Nek orang bilang lebih enak lah,"ungkapnya.

Untuk harga, ia hanya mematok untuk emping tawar seharga Rp58 ribu per kilogramnya.

Lalu, untuk emping varian dibanderol seharga Rp45 ribu per kilogramnya.

"Kenapa harga yang tawar lebih mahal karena dia polosan. Kalau, yang varian itu kan beratnya sudah tercampur dengan berat gula atau rempah-rempah tadi,"ujarnya.

Terpisah, Camat Ngluwar Rohmad Zani mengatakan meskipun di wilayahnya terdapat sentra UMKM pembuat emping Melinjo, namun masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mendorong perajin berkembang.

"Kami baru sebatas melakukan taraf pembinaan.Karena para perajin melinjo ini masih dititipi dari pengusaha lain. Maksudnya dititipi kertas jadi bukan pakai merek dari sini lagi, itu kan sangat disayangkan. Ya, ini kami baru akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dengan  Dinas Kesehatan agar dibina  buatan sini ya merek sini,"tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved