Berita Pendidikan Hari Ini
Resah dengan Perubahan Iklim, 2 Mahasiswa ITB Ciptakan Aplikasi Mobile YESA!
Aplikasi mobile YESA! akan dikembangkan dengan memanfaatkan SAP Analytics Cloud guna memberikan solusi berbasis data untuk hadapi perubahan iklim.
Penulis: Gaya Lufityanti | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com - Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar yang dihadapi bumi pada saat ini, satu di antara pemicunya adalah penggunaan listrik yang berlebihan.
Untuk mengendalikan perubahan iklim maka diperlukan serangkaian upaya untuk memangkas penggunaan listrik berlebihan dan tidak efisien.
Hal ini menjadi perhatian Muhammad Fijar Aswad dan Rini Nur Fatimah, dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam tim Matrix Explorer dan mendorong mereka membuat dan mengembangkan inovasi aplikasi YESA! (Your Electricity Saving Assistant).
Ide inovasi ini mereka tawarkan dalam kompetisi ASEAN Data Science Explorer (ASEANDSE) 2022, yang diselenggarakan ASEAN Foundation bekerja sama dengan perusahaan software multinasional terkemuka, SAP (NYSE: SAP SE) yang mengantar mereka menjadi Juara Pertama di tingkat nasional.
Baca juga: Aplikasi Baktiku Diluncurkan, Dukung KPK Cegah dan Tangkal Korupsi
Selanjutnya, ide inovasi ini akan dikompetisikan di tingkat ASEAN pada 12 Oktober 2022 mendatang.
Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro mengapresiasi ide yang dikembangkan dua pemenang tersebut.
“Di kompetisi ASEANDSE tingkat nasional, tim SAP dan ASEAN Foundation memilih juara yang memiliki semangat keberlanjutan yang luar biasa. Isu keberlanjutan ini memang perlu menjadi perhatian utama bersama. SAP Indonesia mendukung siapapun yang berupaya menciptakan inovasi yang mendorong penerapan dan pencapaian keberlanjutan, sesuai dengan semangat dan misi perusahaan kami,” ujarnya.
Pada peringatan Hari Bumi Sedunia bulan April lalu Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menegaskan bahwa sekarang kita berada pada titik di mana pemanasan global berjalan dua kali lipat lebih cepat daripada sebelumnya.
Kenaikan suhu hingga tiga derajat membuat dunia mengalami kekeringan parah di berbagai belahan dunia dalam beberapa dekade terakhir.
Perkiraan yang dikaji ASEAN State of Climate Change menyebutkan jika krisis iklim tidak diatasi dengan baik dan tepat, maka pada tahun 2100, 5 dari 10 negara di Asia Tenggara akan mengalami curah hujan ekstrem, 6 dari 10 negara di Asia Tenggara akan mengalami kebanjiran, dan 5 dari 10 negara di Asia Tenggara akan mengalami kekeringan.
Listrik ditengarai menjadi salah satu kontributor terbesar perubahan iklim, padahal kebutuhannya diprediksi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan listrik saat ini memang kebanyakan diperuntukkan bagi sektor industri dan rumah tangga, namun semakin besar pemanfaatan listrik di berbagai sektor semakin besar juga pengaruhnya pada perubahan iklim.
Baca juga: Aplikasi PINTU Bersama Bappebti Tingkatkan Literasi dan Edukasi Crypto di Vokasi UGM Yogyakarta
Dari data yang telah dikaji, tim Matrix Explorer sepakat bahwa permintaan energi listrik menjadi lebih besar daripada sebelumnya.
“Saat ini bisa dikatakan bahwa penggunaan energi listrik menjadi kebutuhan pokok setiap sektor kehidupan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menanggulangi dampaknya dan mengurangi karbon dioksida adalah dengan menggunakan listrik dengan efisien. Berangkat dari kesepahaman mengenai hal tersebut, kami memutuskan untuk bekerja sama menciptakan solusi untuk membuat alat penghemat penggunaan listrik yang kami namakan YESA!,” tutur Fijar melalui siaran resmi yang diterima Tribunjogja.com .
YESA! merupakan sebuah aplikasi yang mereka kembangkan untuk membantu masyarakat menghemat penggunaan listrik.
