Update Berita Gunung Merapi
Aktivitas Gempa Vulkanik Dalam Gunung Merapi Meningkat Dua Pekan Terakhir, Pertanda Apa?
Dalam laporan mingguan periode 26 Agustus-1 September 2022, Gunung Merapi terpantau mengeluarkan 589 kali Gempa Vulkanik Dalam.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
“Tidak, korelasi itu tidak bisa dikatakan kalau gempanya banyak terus erupsinya besar. Pada tahun 2021, jumlah gempa banyak, tapi letusannya tidak besar. Dugaan para ahli memang akan terjadi erupsi besar, eksplosif, tapi saya tidak setuju, karena tidak ada indikasi lain yang mendukung itu,” paparnya.
Ia menekankan, besarnya letusan dapat terlihat dari banyaknya volume gas yang ada di dalam.
Apabila volumenya tinggi, maka bisa saja erupsi akan eksplosif.
“Memang harus dibaca dengan data gas itu. Untuk menentukan sifat erupsi ya yang dilihat unsur gasnya. Indikasi gasnya tinggi atau tidak, itu harus terukur. Bisa ditanyakan ke balai,” terangnya.
Subandriyo mengungkapkan, masyarakat kini tidak perlu panik terlebih dahulu.
Baca juga: Hingga Minggu Siang, Gunung Merapi Tercatat Luncurkan 5 Kali Guguran Lava ke Barat Daya
Namun, aktivitas Gempa Vulkanik Dalam yang meningkat tetap harus dijadikan catatan karena catatan ini belum pernah terjadi di sejarah erupsi Gunung Merapi dalam pemantauan modern.
Dijelaskannya, terkait Kubah Tengah dengan volume 2.772.000 meter kubik, itu sudah mendekati volume kritis dan memang biasanya sudah terjadi longsor. Hanya, sampai saat ini, kubah itu belum longsor.
“Kalau ada dorongan, suplai magma baru sekarang berproses dan akan keluar menyundul kubah yang sudah ada di atasnya. Volume itu sudah mendekati kritis. Penahannya, di lava yang terbentuk tahun 1888 juga sudah bergerak 15 meter dan itu sudah tidak stabil,” bebernya.
Salah satu kekhawatirannya adalah, kubah itu akan runtuh dan muncul kubah lava baru serta gangguan lain.
“Maka, saya sempat usulkan, di lereng barat Merapi, di Kali Senowo dan Kali Trising itu, perlu diadakan pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat. Sehingga, suatu saat, tiba-tiba mendadak ada runtuhan itu, masyarakat bisa ambil keputusan seperti saat pelatihan. Tidak mungkin lancar jika tanpa pelatihan,” tutupnya. ( Tribunjogja.com )