Pakar Universitas Widya Mataram: PTM Katrol Ekonomi Warga, tapi Momentum PJJ Juga Harus Dijaga
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) berdampak positif bagi perekonomian daerah karena kehadiran para mahasiswa dari dalam maupun luar kota bisa
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) berdampak positif bagi perekonomian daerah karena kehadiran para mahasiswa dari dalam maupun luar kota bisa menggerakkan berbagai sektor ekonomi.
Namun, momentum Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) juga harus dijaga demi meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) calon mahasiswa.
“PTM bagi daerah tertentu, seperti di Yogyakarta, akan berdampak positif untuk pemulihan ekonomi lokal,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, Rabu (31/8/2022).
Edy menjelaskan, interaksi secara tatap muka antarpelajar dan mahasiswa tidak hanya berlangsung di lingkungan kampus.
Baca juga: Remaja 18 Tahun Nekat Mencuri Mobil Taksi Online di Godean Sleman
Di berbagai tempat lain, mereka akan berinteraksi sekaligus belanjakan uang mereka.
Transaksi yang mereka lakukan akan mendorong perekonomian melalui belanja barang-barang konsumsi, seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
“Ketika konsumsi di masyarakat meningkat, itu akan mendorong pemulihan ekonomi ya,” jelasnya.
Sesuai indikator, langkah strategis percepatan pemulihan ekonomi melui tiga jalur, peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter.
Kegiatan berbagai kampus di Yogyakarta yang mulai berlangsung secara normal sejak beberapa bulan belakangan, telah menunjukkan dampak positif untuk perekonomian lokal.
Mengutip data BPS, menurut ahli ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi Yogyakarta, quarter to quarter, berangsur pulih hingga triwulan II 2022.
“Data dari BPS menyatakan adanya fluktuasi selama triwulan I 2020 hingga triwulan II 2022. Angka tertinggi pada data ini adalah pada Triwulan II 2021 sebesar 11 persen namun turun kembali hingga angka 2 persen pada Triwulan III 2021. Data terakhir menunjukkan Triwulan II 2022 berada di angka 5,2 persen,” jelasnya.
Dengan membaca situasi tersebut, menurut, UWM ikut mendorong ke arah situasi Yogyakarta yang makin kondusif secara ekonomi dengan peran menyelenggarakan PTM secara luring.
“Proporsi kuliah luring bisa saja 75 persen, selebihnya online maupun hibrida antara online dan luring,” terangnya.
Namun, ia tidak ingin kampus terlalu percaya diri menghadapi era pascapandemi ini.
Protokol kesehatan tetap harus dilakukan agar keselamatan civitas akademika tetap terjamin.
Meski banyak kampus mulai menggelar PTM, tapi Edy berharap pemerintah tetap menjaga momentum positif kehadiran Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Konsep PJJ ini, kata dia, sebenarnya sudah diamanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang masih berlaku sampai sekarang.
Sayangnya, itu tidak maksimal dijalankan oleh pemerintah sebagai pemegang anggaran.
Ia melihat insan perguruan tinggi masih berbelit mengurus persyaratan untuk mendirikan universitas siber (Cyber University) yang bisa menjangkau daerah dan calon mahasiswa yang lebih luas.
Baca juga: UPDATE Pemain Masuk & Keluar Liga Inggris: Wolves Resmi Rekrut Sasa Kalajdzic
“Orang sekarang semakin melek computer, melek hp. Walaupun tingkat aksesibilitas pada jaringan dan sarana masih sangat rendah terutama di pedesaan. Nah, ini momentum yang harus dijaga pemerintah,” katanya.
Kehadiran PJJ yang mampu menembus tempat yang tidak terjangkau, menurut Edy menjadi pintu masuk bagi pemerintah untuk mengatasi hilangnya proses pembelajaran atau learning loss selama pandemi.
“Saya kira, dengan semakin mempermudah dan memperluas jaringan untuk perkuliahan daring, akan semakin meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) kita di perguruan tinggi. Sampai sekarang, APKnya hanya mencapai 30 persen, kalah jauh dari Malaysia yang menyentuh 60 persen,” tegasnya. (Ard)