Berita Bantul Hari Ini
Kampung di Pleret Bantul Ini Kenalkan Mesin Pencetak Konblok Berbahan Residu Sampah Plastik
Koordinator Kampung Bijak Sampah, Megan Dwi Pramudia mengungkapkan, bahwa sebelumnya komunitas ini memiliki banyak kegiatan bersih
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Komunitas Bijak Sampah Indonesia ajak masyarakat untuk mengelola sampah dari rumah tangga.
Salah satu bentuk kampanye agar permasalahan sampah dapat terkelola dengan baik adalah dengan membentuk Kampung Bijak Sampah yang berada di Kampung Kanggotaan, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul.
Koordinator Kampung Bijak Sampah, Megan Dwi Pramudia mengungkapkan, bahwa sebelumnya komunitas ini memiliki banyak kegiatan bersih-bersih sampah, misalnya di Malioboro dan area publik lainnya.
Namun karena dinilai kegiatan itu tidak efektif, maka mereka berkoordinasi dengan beberapa lurah agar permasalah sampah ini dapat terselesaikan dari lingkup paling terkecil.
Baca juga: Cerita Popi Patmawati yang Kini Sukses Buka Usaha Persewaan Pakaian Adat di Yogyakarta
"Kampung Bijak Sampah adalah prakarsa warga untuk bersama-sama dan sadar merawat bumi sebagai gerakan kebudayaan," ujarnya Kamis (18/8/2022).
Ia menyebut bahwa permasalahan sampah di Indonesia belum terkelola optimal. Dari masih minimnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dari rumah tangga serta terbatasnya sarana dan prasarana
pengelolaan sampah. Permasalahan sampah yang lain adalah ketersediaan teknologi pengolahan yang tidak sederhana dan berbiaya tinggi serta pelaksanaan aturan yang belum
optimal.
Maka dari itu, pihaknya dalam kesempatan itu juga memperkenalkan mesin yang dapat mengolah sampah plastik menjadi bahan bangunan seperti konblok, batako dan sejenisnya.
"Setelah dilakukan pemilahan sampah, sampah tersebut akan masuk di mesin cacah, hasilnya kemudian dimasukkan ke mixer, dicampur dengan pasir, lalu kemudian hasil campuran pasir dan sampah tersebut dipres, selesai," ungkapnya.
Sampah plastik berupa residu seperti tas plastik kresek, bungkus mie instan, bungkus minuman ringan dan lain-lain selama ini menjadi salah satu persoalan yang belum ditemukan solusinya.
Dari keresahan tersebut, Agung Wisda, Surisyono dan Tri Setyawati berinovasi dengan menciptakan mesin pengolah sampah yang mampu menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi seperti konblok, batako atau bahkan pemecah ombak.
Wakil Ketua Komunitas Bijak Sampah sekaligus salah satu inventor mesin ini, Tri Setyawati mengatakan masih banyak residu sampah yang tidak dikelola pemulung atau bank sampah karena tidak laku dijual.
Walaupun diakuinya ada beberapa pihak yang mencoba mengolah residu plastik menjadi produk berdaya guna lainnya. Namun hal itu juga kemudian menimbulkan persoalan baru. Misalnya ketika mengkonversi sampah menjadi minyak tanah, dalam prosesnya terjadi proses pembakaran yang menyebabkan pencemaran udara.
Maka dari itu, melalui berbagai percobaan akhirnya tim mereka mampu menciptakan teknologi yang dapat mengolah residu sampah plastik.
Prinsip kerja dari alat tersebut cukup sederhana yaitu pertama dengan menggiling residu plastik menjadi lebih halus berukuran serat.
Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencampuran, di mana ada pencampuran pasir dengan residu plastik yang telah dihaluskan.
Di dalam mesin pencampuran tersebut, terjadi proses pemanasan residu plastik tersebut sehingga mencair dan mampu berfungsi menjadi perekat pasir.
"Bisa dikatakan plastik ini menggantikan semen. Setelah pasir dan plastik tercampur langsung bisa kita cetak," ungkapnya.
Agung Wisda menambahkan, selain tidak memerlukan pembakaran, keunggulan alat yang mereka ciptakan ini adalah dapat mencetak konblok, batako atau benda lain secara cepat.
"Hanya dibutuhkan waktu 5 sampai 10 menit untuk membuat batako dan langsung bisa digunakan. Kalau yang umumnya, perlu waktu dua minggu karena harus dijemur di bawah sinar matahari," ungkapnya.
Adapun untuk pembuatannya, dibutuhkan perbandingan 70 persen pasir dan 30 persen sampah residu. Dengan adanya sifat plastik tersebut, maka produk yang dihasilkan pun tahan lama dan tidak mudah pecah meski dibanting.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, Ari Budi Nugroho menyatakan apresiasinya atas gerakan Kampung Bijak Sampah ini. Menurutnya ini adalah inovasi untuk menyelesaikan permasalahan sampah, khususnya sampah anorganik.
"Sampah ini akan jadi masalah kalau kita tidak mulai menyelesaikannya dari sumber sampah. Apalagi setiap hari kita menghasilkan sampah. Bantul dengan jumlah penduduk 1 juta memiliki potensi sampah mencapai 300 ton per hari. Kalau itu tidak dikelola akan mencemari lingkungan. Ada yang dibuang di saluran irigasi, sungai, pinggir jalan, laut dan sebagainya," ungkapnya.
Maka dari itu, perlu adanya perubahan pola pikir, dimana sampah harus jadi komoditas, sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Baca juga: Dua Keluarga Peserta Program Transmigrasi Asal Kulon Progo Siap Berangkat ke Mahalona
Baik sampah organik maupun anorganik.
Ia pun berharap Kampung Bijak Sampah dapat bersinergi dengan Pemkab Bantul agar kedepan masalah sampah di Bumi Projotamansari dapat terselesaikan.
"Bupati sudah mencanangkan Bantul Bersih Sampah 2025 (Bantul Bersama). Bersih sampah bukan berarti tidak ada sampah, tapi sampah itu dapat terkelola dengan baik dari rumah tangga sampai TPS. Di Bantul ada BUMKal, dari 75 kalurahan ada 24 yang bergerak mempunyai unit usaha pengelolaan sampah. Ini yang didorong ke depan agar sampah bisa selesai dari tingkat kalurahan," pungkasnya. (nto)