Konflik China Taiwan
Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan Ulang Krisis Politik Militer 1995
Krisis politik militer Selat Taiwan terjadi Juni 1995 saat Presiden Taiwan Lee Teng-hui terbang ke AS. China menggelar latihan penembakan rudal.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Dalam pidatonya di Cornell, Lee berulang kali menggunakan frasa “Republik China di Taiwan,” yang ia sebut sebagai negara saya.
Formula ini membuat marah Beijing, yang menganggapnya sebagai tantangan terhadap konsensus "Satu China" yang waktu itu baru saja disepakati Beijing dan Taipei pada 1992.
Percikan Rudal Dekat Taiwan
China menanggapi dengan gelombang uji coba rudal yang sangat dekat dengan Taiwan mulai Juli 1995.
PLA menempatkan 100.000 tentara dan sejumlah besar pesawat serang di pangkalan-pangkalan di China timur yang dekat dengan Taiwan.
Selain itu, PLA melakukan latihan serangan amfibi yang dipublikasikan secara luas pada Juli dan November 1995, dan uji coba senjata nuklir yang telah dijadwalkan sebelumnya diadakan pada 18 Agustus.
Penempatan pasukan dalam jarak serang Taiwan - dan uji coba rudal reguler - berlanjut hingga awal 1996, dengan pendaratan rudal hanya 25 mil dari kota pelabuhan Kaohsiung dan Keelung, mengganggu lalu lintas maritim dan membuat pasar saham Taiwan anjlok.
Namun, aksi paling provokatif terjadi pada 9 Maret 1996, hanya beberapa hari sebelum pemilihan Presiden Taiwan, rudal balistik jarak pendek Dong Feng 15 berkemampuan nuklir terbang langsung di atas Taipei sebelum jatuh 19 mil di lepas pantai timur Taiwan.
AS bergegas menanggapi krisis itu, mengirim dua kelompok tempur kapal induk - USS Nimitz dan USS Independence - ke wilayah tersebut.
USS Nimitz berlayar melalui Selat Taiwan pada 19 Desember 1995, manuver pertama sejak AS memutuskan hubungan formal dengan Taiwan pada 1979.
Pentagon juga memobilisasi kapal ketiga, USS George Washington, ke Laut Arab.
Ketika uji coba rudal Maret 1996 mendarat di dekat Taiwan, Menteri Pertahanan AS William Perry mengatakan kepada seorang pejabat senior militer China di Washington, Liu Huaqiu, akan ada "konsekuensi serius" jika China menyerang Taiwan.
Chas Freeman, waktu itu Asisten Menteri Pertahanan AS dan pernah mendampingi kunjungan bersejarah Presiden AS Richard Nixon ke Beijing pada 1972, mendengar China akan meluncurkan rudal nuklir ke Kalifornia jika AS campur tangan.
"Saya mengatakan Anda akan mendapatkan reaksi militer dari AS jika China menyerang Taiwan,” kata Freeman kepada Washington Post pada 1998. Rekannya dari China menjawab sebaliknya.
Freeman mengatakan kepada surat kabar itu perwira senior China lainnya, yang diyakini intelijen AS adalah Letnan Jenderal Xiong Guangkai, Wakil Kepala Staf Umum China, menyatakan China mampu membalas serangan nuklir AS.