Berita Kesehatan
Apa yang Dimaksud Blackout Seperti yang Dialami Wakil Ketua Banggar DPR RI Muhidin Mohamad Said?
Apakah yang dimaksud blackout seperti yang dialami Muhidin Mohamad Said saat rapat paripurna? Penyebab hipertensi serta Tips kesehatan cara mengatasi
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Muhidin Mohamad Said, Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, mengalami blackout saat jatuh tak sadarkan diri di tengah Rapat Paripurna ke-26 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2021-2022, Kamis (30/6/2022). Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR Indra Iskandar mengatakan Muhidin memiliki riwayat hipertensi, menurut informasi dokter yang menangani.
Apakah yang dimaksud blackout seperti yang dialami Muhidin Mohamad Said saat rapat paripurna? Berikut penjelasan tentang blackout dan penyebab hipertensi serta Tips kesehatan cara mengatasi tekanan darah tinggi.

Baca juga: Punya Riwayat Hipertensi, Inilah Penyebab Wakil Ketua Banggar DPR RI Muhidin Ambruk saat Rapur
Tribun Jogja mengutip dari laporan kompas.com, disebutkan bahwa sebelum kehilangan kesadaran, seseorang biasanya akan terjatuh, pandangan kabur, merasa kebingungan dan mengalami kehilangan memori sementara.
Menurut dunia medis blackout atau pingsan atau sinkop adalah kejadian saat kurangnya pasokan darah/oksigen ke otak.
Pasokan darah menuju otak yang berkurang inilah yang membuat seseoarang dapat mengalami pusing, sakit kepala, pandangan gelap/kabur/berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan dan hingga terjatuh atau pingsan.
Kejadian ini bisa terjadi kapan saja, ketika sedang kepanasan, merasa tertekan, sakit parah, atau bahkan mencium aroma yang tidak menyenangkan.
Kadang-kadang, penyebab blackout dialami seseorang saat berdiri terlalu cepat. Ini terjadi karena tekanan darah tiba-tiba turun. Padahal setiap orang memiliki adaptasi kekuatan pompa jantung yang berbeda-beda.
Pasokan darah menuju ke otak dapat berkurang cepat, apabila berdiri dipaksakan secara cepat. Akibatnya orang tersebut pusing, sakit kepala, pandangan gelap atau berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, terjatuh, bahkan pingsan.
Baca juga: Hati-hati Bila Hipertensi & Kolesterol Tinggi Tak Terdeteksi, Tahu-tahu Stroke, Hasil Penelitian
Blackout sebenarnya tidak berbahaya. Tapi jatuh karena blackout itu amat membahayakan. Apalagi sampai pingsan berkepanjangan, kejang, atau mereka yang memiliki riwayat sakit jantung, riwayat cedera kepala, atau perempuan hamil.
Blackout juga bisa terjadi apabila menggunakan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol berlebih.
Seperti disampaikan Sekjen DPR RI Indra Iskandar, ia mengungkapkan Muhidin mengalami blackout saat jatuh.
Indra mengatakan berdasarkan informasi dari dokter yang menangani, Muhidin memiliki riwayat hipertensi. Saat ini, Muhidin tengah diobservasi lebih lanjut oleh klinik Setjen DPR.
"Pak Muhidin tadi blackout (tidak sadar) sebentar dan jatuh namun bisa berdiri kembali. Untuk memastikan kesehatan tentu harus dengan MCU (medical check up)," ujar Indra saat dikonfirmasi, Kamis (30/6/2022).
Baca juga: Tips Kesehatan: Daftar Buah Kaya Serat Ini Berkhasiat Turunkan Gula Darah dan Hipertensi
Hipertensi
Adapun penyakit tekanan darah tinggi biasanya tidak muncul dalam sehari, tapi muncul perlahan-lahan seiring berjalannya waktu.
Penyebab hipertensi bisa berasal dari kebiasaan gaya hidup tidak sehat sampai penyakit tertentu. Berikut beberapa penyebab hipertensi:
1. Penuaan
Risiko hipertensi pada lansia bakal meningkat seiring bertambahnya usia, laporan Mayo Clinic dikutip Tribun Jogja via kompas.com.
Risiko ini bakal naik terutama pada pria, ketika usia 64 tahun ke atas. Pada wanita, risiko ini bakal meningkat ketika usia 65 tahun ke atas.
2. Keturunan
Faktor keturunan juga bisa memengaruhi hipertensi.
Orang yang terlahir dan tumbuh bersama keluarga penderita hipertensi, juga berisiko terkena hipertensi.
3. Kelebihan berat badan atau obesitas
Berat badan yang berlebih atau obesitas juga jadi faktos penyebab hipertensi.
Semakin banyak selisih kelebihan berat badan dari atas ambang batas normal atau ideal, risiko seseorang terkena hipertensi juga semakin tinggi.
Kondisi ini disebabkan jantung butuh bekerja lebih keras untuk memasok oksigen dan nutrisi ke pembuluh darah.
4. Jarang olahraga
Orang yang jarang bergerak, terlalu banyak duduk, sering rebahan, dan tidak pernah olahraga cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat.
Semakin cepat detak jantung, jantung bekerja semakin keras, sehingga tekanan darah juga semakin meningkat. Kurang gerak juga bisa memicu obesitas yang juga bisa meningkatkan risiko obesitas.
Baca juga: Penjelasan Dokter Soal Perbandingan Kadar Kolesterol pada Daging Kambing, Sapi dan Ayam
5. Kebiasaan merokok
Merokok bisa menjadi penyebab tekanan darah tinggi. Bahan kimia yang terdapat dalam rokok bisa membuat lapisan dinding pembuluh darah arteri menyempit.
Hal itu bisa membuat jantung bekerja keras, membuat tekanan darah naik, merusak pembuluh darah, sampai menyebabkan penyakit jantung.
6. Kebiasaan mengonsumsi garam dan natrium berlebihan
Kebisaan mengonsumsi garam, natrium, sodium, penyedap, makanan berpengawet, dan makanan instan berlebihan bisa menyebabkan hipertensi.
Kondisi ini disebabkan garam, natrium, dan sejenisnya bisa menahan cairan di dalam tubuh. Imbasnya, tekanan darah bisa meningkat.
7. Kekurangan kalium
Kalium adalah mineral penting yang digunakan oleh tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan, mengontrol fungsi saraf, sampai tekanan darah.
Menurut Kementerian Kesehatan, orang dewasa membutuhkan sekitar 4.700 miligram kalium. Kekurangan kalium bisa memicu hipertensi.
Untuk itu, cukupi kebutuhan kalium per hari dengan mengonsumsi kacang-kacangan, kentang, bayam, brokoli, alpukat, jeruk, pisang, air kelapa, tomat, ayam, atau ikan.
8. Konsumsi alkohol berlebihan
Kebiasaan minum-minuman keras berlebihan lambat laun bisa meningkatkan tekanan darah dan merusak jantung.
Batas aman konsumsi alkohol untuk wanita agar tekanan darah tetap ideal maksimal satu gelas per hari, untuk pria maksimal dua gelas per hari.
9. Stres berlebihan
Tingkat stres yang tinggi bisa membuat tekanan darah naik seketika.Kondisi ini apabila tidak segera dikontrol dan berkepanjangan juga bisa membuat pola makan dan gaya hidup jadi tidak sehat.
Kombinasi pola makan dan gaya hidup tidak sehat bisa berkontribusi memicu hipertensi.
10. Kehamilan
Terkadang kehamilan juga bisa menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi dalam kondisi tertentu.
Penyebab tekanan darah tinggi pada ibu hamil bisa berasal dari kehamilan pertama, faktor keturunan, hamil bayi kembar, hamil di usia 40 tahun ke atas, kelebihan berat badan saat hamil, dan tekanan darah tinggi sebelum hamil.
11. Penyakit tertentu
Penyebab hipertensi juga dapat berasal dari penyakit tertentu, seperti gangguan tidur apnea, penyakit ginjal, tumor kelenjar adrenal, penyakit tiroid, dan kelainan pembuluh darah.
12. Efek samping obat tertentu
Penyalahgunaan narkoba bisa jadi penyebab hipertensi. Selain itu, konsumsi pil KB, obat flu, dekongestan, dan obat penghilang rasa sakit tanpa pengawasan dokter juga bisa memicu tekanan darah tinggi.
Tips kesehatan: Cara mencegah hipertensi
Setelah mengenali beberapa penyebab hipertensi, jalankan juga beberapa langkah pencegahan masalah kesehatan berikut.
Berikut beberapa cara mencegah hipertensi yang bisa Anda lakukan:
- Setop merokok dan sebisa mungkin hindari paparan asap rokok
- Pastikan Anda makan buah dan sayur di setiap sesi makan
- Hindari konsumsi garam berlebihan, makanan berpengawet, makanan instan, dan minimalkan konsumsi segala jenis saus
- Batasi atau minimalkan asupan yang mengandung lemak jenuh seperti daging berlemak, gorengan, jerohan, dll.
- Jaga berat badan tetap ideal
- Olahraga secara teratur 30 menit setiap hari, atau minimal 150 menit per minggu
Fakta data tentang tekanan darah tinggi
Hipertensi adalah kondisi ketika kadar tekanan darah ajek tinggi di atas normal.
Hasil pengukuran tekanan darah hipertensi menunjukkan, angka pertama atau sistolik 140 mmHg atau lebih, dan atau tekanan diastolik (angka yang kedua) 90 mmHg atau lebih.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menunjukkan, satu dari tiga orang di dunia terkena hipertensi, diperkirakan jumlahnya sekitar 1,13 miliar orang.
Jumlah tersebut diperkirakan bakal terus meningkat dan bakal mencapai 1,5 miliar pada 2025.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, jumlah kasus atau prevalensi hipertensi pada orang dewasa mencapai 34,1 persen.
Persentasi prevalensi hipertensi tersebut mengalami kenaikan dibandingkan lima tahun sebelumnya yang mencapai 25,8 persen pada 2013.
Dari jumlah tersebut, diperkirakan hanya satu per tiga kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis dengan tepat.
Sebagian besar penderita tidak menyadari penyakitnya. Padahal, hipertensi adalah penyebab utama penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
(*/kompas.com/ Tribun Jogja )