Kumpulan Kata

246 KUMPULAN Kata-Kata Bijak Fiersa Besari, Buat Kamu Sadar Akan Realita yang Ada

Berikut sederet kata-kata bijak dari Fiersa Besari yang telah dirangkum Tribunjogja.com dari berbagai sumber:

Instagram @fiersabesari
PROFIL Fiersa Besari yang Semalam Duet dengan Danar di Grand Final X Factor Indonesia 

42. “Beberapa orang tinggal dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau menghargai hidupmu.” - Garis Waktu

43. “Jika panas, keringkan lukamu. Jika hujan, nikmati rindu. Jika gelap, biarkan harapan menuntunmu. Mentari akan selalu terbit, juga senyumanmu.” - Garis Waktu

44. “Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu.” - Garis Waktu

45. “Perjuangkan sebelum pergi.” - Garis Waktu

46. “Hidup adalah serangkaian kebetulan. Kebetulan adalah takdir yang menyamar.” - Garis Waktu

47. “Di dunia paralel, keadaannya akan jauh berbeda. Walau begitu, kau tahu aku akan tetap menjadi orang yang sama, yang merindukanmu dengan sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa, dan menyakitimu dengan mustahil.” - Garis Waktu

Baca juga: PROFIL Fiersa Besari yang Semalam Duet dengan Danar Widianto di Grand Final X Factor Indonesia

48. “Beberapa penyair sibuk bersembunyi di balik senja, hujan, gemintang, ufuk, gunung, pantai, jingga, lembayung, kopi, renjana, juga berbagai kata romantis lainnya, untuk kemudian lupa pada fakta bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Hingga akhirnya kata-kata hanyalah hiasan semata.” - Garis Waktu

49. “Aku tidak mahir melawak, tapi aku tahu cara membuatmu bahagia.” - Garis Waktu

50. “Tidak perlu pelit ilmu. Semua orang bisa memegang gitar yang sama, tidak semuanya akan memainkan lagu yang sama.”

51. “Hal yang paling menyebalkan dari petualangan adalah: sekali kau terkena racunnya, kau akan kecanduan. Kau akan mencari cara untuk kembali berkelana, meski harus menumpang mobil, tidur mengemper. Dan ketika kau tiba di destinasi impianmu, kau tahu semua pengorbanan itu sepadan.”

52. “Meng-copast tulisan idolamu tanpa mencantumkan namanya, itu bukan bentuk rasa kagum. Itu bentuk ingin menyerupai, gagal, lalu memakai jalan pintas agar dibilang keren oleh orang lain.”

53. “Tidak perlu bersama selamanya. Selamanya terlalu lama. Seumur hidup saja. Untukku, itu sudah lebih dari cukup.” - Garis Waktu

54. “Jika kita berjodoh, walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu, kita pasti akan tetap dipertemukan dengan cara yang lain.” - Garis Waktu

55. “Sudahlah. Aku dan kamu tak usah di gembar-gembor. Yang hening-hening syahdu itu yang biasanya langgeng. Bukan yang di pamer-pamer.” - Garis Waktu

56. “Menangis tidak membuktikan kau lemah, itu mengindikasikan kau hidup. Apa yang kau lakukan setelah menangislah penentu lemah atau tidaknya dirimu.” - Garis Waktu

57. “Aku tidak mahir berkata-kata, tapi aku tahu cara mendoakanmu.” - Garis Waktu

58. “Dan aku hilang, bukan berarti tak ingin dicari.” - Garis Waktu

59. “Biarlah yang terluka menikmati waktunya. Biarlah yang bahagia lupa bahwa kelak mereka akan kembali terluka. Dan disela - sela itu semua, bersyukurlah.” - Catatan Juang 285

60. “Tak perlu repot-repot menyamakan diri dengan orang lain. Kau diciptakan untuk menjadi unik. Sudah terlalu banyak orang yang sama seperti kebanyakan orang.” - Garis Waktu

61. “Kalau hidup kamu dipenuhi dengan makan engga teratur, asap rokok, serta bergadang, kamu cuma punya dua pilihan: bikin asuransi jiwa, atau mulai berolahraga. Jangan sampai nyusahin keluarga dan orang-orang terdekatmu cuma karena kamu senang menghancurkan diri sendiri.” - Catatan Juang 61

62. “Tidak semua yang bersandar, berlabuh. Tidak semua yang singgah, betah.”

63. “Aku tidak mahir memberi saran, tapi aku tahu cara mendengarkanmu.” - Garis Waktu

64. “Dijaga, bukan dikekang. Dipeluk, bukan dicekik. Dipercayai, bukan dicurigai. Diperjuangkan, bukan dipaksakan.”

65. “Kakimu bisa kau taruh di tempat tertinggi,tapi apakah hatimu bisa kau taruh di tempat terendah?” - Garis Waktu

66. “Tak perlu kekinian, karena yang kekinian akan alay pada waktunya.” - Garis Waktu

67. “Kalau saja aku tahu waktu itu adalah kali terakhir aku melihatmu, aku akan mengucapkan hal yang lebih baik.” - Garis Waktu

68. “Sehebat-hebatnya seseorang menunggu, akan kalah oleh yang menunjukan.” - Garis Waktu

69. “Senyum saja. Tidak perlu banyak marah-marah. Nanti cepat tua. Daripada tua sendiri, lebih baik tua berdua bareng saya.”

70. “Kadang, yang terindah tak diciptakan untuk dimiliki. Cukup dipandangi dari jauh, lalu syukuri bahwa ia ada di sana untuk dikagumi dalam diam.”

71. “Kau boleh lari dari kenyataan, asalkan tahu jalan pulang. Pergi dengan kekanakan, pulang dengan pendewasaan.”

72. “Pelajari sebelum berasumsi.” - Garis Waktu

73. “Karenamu, saya mendefinisikan ulang kata aku menjadi tidak boleh egois, kau menjadi alasan untuk tetap melangkah, dan kita menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan.”

74. “Aku tidak mahir memimpin, tapi aku tahu cara menuntunmu.” - Garis Waktu

75. “Komitmen berarti komunikasi. Komitmen berarti mementingkan satu sama lain di atas ego kita sendiri.” - Catatan Juang 84

76. “Sekuat-kuatnya seseorang memendam, akan kalah oleh yang menyatakan.” - Garis Waktu

77. “Rasa yang tidak berbatas takan mempermasalahkan ketika tidak berbalas.” - Garis Waktu

78. “Baik, buruk, rupawan, jelek, semua bagaimana persepsi dan dari sudut mana kau berdiri untuk memandang.”

79. “Kebaikan pada alam bisa dilakukan dengan hal yang paling sederhana, jangan buang sampah sembarangan, misalnya, terlepas ada yang melihat atau pun tidak.” - Catatan Juang 136

80. “Gunung bukanlah tempat untuk pamer, tempat untuk berhitung ketinggian, apalagi tempat untuk menambah jumlah puncak yang sudah kita daki.” - Catatan Juang 74

81. “Ketika seseorang yang tak kukenal membaca tulisanku, lalu merasakan apa yang ku sampaikan, aku telah bersahabat dengannya.” - Catatan Juang 29

82. “Ternyata, bangun lebih pagi adalah pembunuh gerutu. Karena kita punya waktu untuk secangkir kopi, setampuk lamunan, dan secarik rindu.”

83. “Hidup ini bukan sinetron di mana yang baik selalu teraniaya, dan yang jahat selalu berbicara sendiri sambil melotot-melotot. Manusia sulit ditebak. Alangkah disayangkan jika kebencianmu membabi buta dan kecintaanmu fanatik, seolah yang benar takkan pernah salah, pun sebaliknya.”

84. “Jangan sembarangan menyerahkan hati ketika patah, karena hanya di tangan mekanik yang tepat hati kita akan sembuh. Jadi, tidak perlu terburu-buru.” - Catatan Juang 193

85. “Menurut saya, istilah “pelakor” yang berarti “perebut lelaki orang” terasa kurang tepat. Hati seseorang tidak bisa direbut kalau ia tidak ingin direbut. Selingkuh itu butuh persetujuan minimal dua orang.”

86. “Jangan memikat jika kau tak berniat mengikat.” - Garis Waktu

87. “Dan aku hanya bisa menjadi pendosa sementara engkau terus menjadi pendoa.” - Catatan Juang 9

88. “Sebab kopi mengingatkanku pada cinta yang bertepuk sebelah tangan. Pahit, namun kita tak bisa berhenti menikmatinya.” - Catatan Juang 177

89. “Aku marah, bukan berarti tak peduli.” - Garis Waktu

90. “Beberapa pergi tak mengenal pulang. Beberapa salah tak mengenal maaf. Beberapa belum tak mengenal sudah. Beberapa lara tak mengenal rela.”

91. “Apakah kota masih untuk manusia, jika kita lahir, sekolah, kuliah, bekerja, lantas mati bagai robot yang tak mengerti alasan sebenarnya kenapa diutus ke muka bumi?”

92. “Dengarkan sebelum memaki.” - Garis Waktu

93. “Mengerti sebelum menghakimi.” - Garis Waktu

94. “Cara terburuk untuk patah hati adalah dengan memperlihatkan pada orang yang sudah membuat kita patah hati bahwa kita semenyedihkan itu. Jangan! Buktikan bahwa hidup kita lebih baik tanpa dia. Bekerja lebih keras, berkarya lebih banyak.”

95. “Kau tahu apa yang membedakan raja dengan pejuang? Raja sibuk mempertahankan tahta, bersabda, mengumpulkan rakyat dan membela diri seolah ia paling benar. Pejuang diam-diam menyerang, menjatuhkan sang raja dari singgasana. Jangan lupa, dalam catur, raja adalah yang terlemah.”

96. “Rasakan sebelum menyakiti.” - Garis Waktu

97. “Awal kita berbeda, paham kita berbeda, pemikiran kita berbeda, karya kita berbeda, rasa kita berbeda, kita berbeda, lalu untuk apa kau memaksaku menjadi apa yang engkau mau? Tak perlu repot-repot. Aku telah tiba di titik kesadaran di mana hidupku adalah milikku, bukan milikmu.”

98. “Aku adalah ganjil yang kau genapkan. Kau adalah teka-teki yang kulengkapi. Kita adalah dua masa lalu berbeda, dengan satu masa depan yang sama.”

99. “Enak atau tidaknya ucapan selamat malam dan selamat pagi itu tergantung siapa yang mengucapkan.”

100. “Hidup ini keras, buktikan dirimu kuat. Yang membedakan pemenang dan pecundang hanya satu: pemenang tahu cara berdiri saat jatuh, pecundang lebih nyaman tetap ada di posisi jatuh.” - Catatan Juang 44

101. “Aku tidak mahir untuk rela mati, tapi aku tahu cara hidup denganmu.” - Garis Waktu

102. “Bagi beberapa orang, move on tidak semudah itu. Ada pengalaman pahit dan trauma yang membuat seseorang enggan membuka hati untuk orang baru. Kita pernah merasakan itu. Alangkah tidak baiknya memaksa seseorang move on jika kita tidak tahu latar belakangnya.”

103. “Cinta memang tak butuh alasan, tapi sebuah komitmen butuh alasan.” - Catatan Juang 84

104. “Untuk apa mention-mentionan mesra? Selama ada pulsa, aku lebih memilih kita berkomunikasi di chatbox, sms, atau telepon.” - Garis Waktu

105. “Ah, Ibu. Tiap ulang tahunmu datang, aku membenci hari tersebut, sungguh. Mengetahui uban dan keriputmu semakin banyak, sementara waktu kita semakin sedikit. Dan aku hanya bisa menjadi pendosa, sementara engkau terus menjadi pendoa.” - Catatan Juang

106. “Pentingkan introspeksi, bukan interpretasi; wawas diri, bukan harga diri; toleransi, bukan arogansi; amanah, bukan amarah; meminta maaf, bukan meminta perhatian.”

107. “Lucu, kita membentuk pola pikir anak kecil agar tumbuh menjadi seperti kita. Padahal, diam-diam kita rindu menjadi anak kecil lagi.”

108. “Tak perlu menyeragamkan diri dengan kebanyakan orang.” - Garis Waktu

109. “Apalah artinya jarak jika dibandingkan dengan jempol yang saling mengetik, suara yang saling menyapa, langit yang saling tertatap, dan doa yang saling terhatur?”

110. “Petualangan mungkin akan menyakitimu. Tapi, terjebak dalam rutinitas–yang tidak kau sukai- akan membunuhmu perlahan. Terkadang, kita hanya perlu menghilang.”

111. “Ada manusia yg senang menghakimi tanpa pernah mau mengerti sudut pandang orang lain.”

112. “Berani bertindak tapi tidak berani berpikir kritis sama saja dengan berjalan tapi tidak tahu ke mana harus mengambil belokan yang tepat.”

113. “Mampukah kekasihmu setangguh aku? Menunggu tapi tak ditunggu. Bertahan tapi tak ditahan.”

114. “Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus.”

115. “Sehebat apa pun kau rasa profesimu, tidak ada yang istimewa. Kita semua sama-sama bernapas dan berdarah. Hari ini menggenggam kehidupan, esok mungkin menggenggam kematian.”

116. “Kita adalah apa yang kita pikirkan, bukan apa yang mereka pikirkan. Kita adalah apa yang kita inginkan, bukan apa yang mereka inginkan. Tak usah berhenti melangkah. Jatuh dan terluka itu hal yang biasa. Semua akan menang pada waktunya.” - Catatan Juang 67

117. “Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka, menulislah. Entah itu di buku tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan media sosial, menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai oleh siapa dan senilai berapa.” - Catatan Juang 198

118. “Tidakkah menakutkan untuk bosan pada keseharian, lalu menjadikan internet pelarian? Saat membuka situs pertemanan, orang-orang berlomba diperhatikan. Kau pun muak memperhatikan dan mencoba mencari perhatian. Oh, ternyata lupa pada kenyataan itu menyenangkan. Tidakkah menakutkan?”

119. “Setahuku, bercanda itu seharusnya lucu, bukan menyakitkan.” - Catatan Juang 202

120. “Aku tertawa sendiri. Kadang sesuatu yang terbaik datang tidak tepat waktu, setelah kita puas bercengkerama dengan rasa kesal dan rasa sesal terlebih dahulu.” - Catatan Juang 71

121. “Kalaupun harus gagal, setidaknya gagal dengan cepat dan tegas. Daripada berputar-putar, masuk friendzone, jadi teman curhat, menunggu dia putus, main kode, berusaha jujur, eh sudah begitu gagal-gagal juga.”

122. “Karena yang paling menyebalkan dari sebuah janji adalah: membuat seseorang menanti dan berekspektasi.” - Catatan Juang 78

123. “Jangankan dipaksa melupakan, dipaksa tidur saja tidak enak.”

124. “Sudah sama-sama dewasa, tidak lelah main kucing-kucingan?”

125. “Betapa menyedihkan melihat anak-anak muda takut mengungkapkan pendapatnya pada orang-orang yang mereka idolakan, hanya karena takut idolanya marah, menyebarluaskan opini mereka, lalu berujung memblokir. Padahal, kritik adalah salah satu bahan baku berkarya, bukan hanya sanjungan.”

126. “Apa artinya pergi, jika engkau tak menjadi tempatku pulang?” - Catatan Juang 10

127. “Orang besar, harus siap dikerdilkan. Orang hebat, harus siap dikucilkan. Orang berani, harus siap dibungkam. Orang benar, harus siap dibunuh.”

128. “Dulu, pada suatu ketika, senja pernah indah, seindah janji-janji yang berujung menjadi sumpah serapah.” - Catatan Juang

129. “Kelak, akan kau rasakan, patah hati bukan melulu persoalan pacar, mantan, atau selingkuhan. Patah hati bisa dikarenakan tanggung jawab yang tak terselesaikan, juga kerluarga yang dikecewakan.”

130. “Lebih baik memastikan biarpun menyakitkan, daripada selamanya bertahan dalam ketakutan.”

131. “Bahasa kita berbeda, agama kita berbeda, budaya kita berbeda, bukankah itu indah? Acungkan kepalmu, Kawan. Lawan ketidakadilan. Satukan semangat kita, anak semua bangsa.”

132. “Beberapa orang terpejam saat melihat, terpenjara padahal merdeka, menunduk walau harusnya menengadah, mati meski masih bernapas.”

133. “Hidup dapat sangat mengecoh. Yang kita percaya bisa menikam dari belakang. Yang kita hindari malah mampu jadi penyelamat.”

134. “Karena kita masih bernapas, semoga tidak lupa untuk bersyukur sebelum mengeluh, memberi sebelum meminta, berdoa sebelum berjuang.”

135. “Kadang, kita terlalu banyak berpikir dan terlalu sedikit merasakan, sampai-sampai kita lupa kalau kebahagiaan itu dirasakan bukan dipikirkan.”

136. “Tunjukkan kegelapan dan aku bisa melihat cahaya. Tunjukkan semua keburukanmu dan aku masih bisa melihat kebaikan yang tersisa.”

137. “Jangan terlalu dipikirkan. Bagian tersulit dari mengerjakan sesuatu adalah memikirkannya terlalu lama.” - Catatan Juang 187

138. “Seiring waktu, kita akan mengerti mana yang betulan baik dan mana yang sekadar pencitraan.”

139. “Ada yang bernapas tapi tidak bersyukur; merdeka tapi memilih dipenjara; tersenyum tapi tidak bahagia; bernyawa tapi tidak benar-benar hidup.”

140. “Cinta adalah harapan yang membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.” - Catatan Juang 299

141. “Kalau sampai rindu, aku tidak akan bilang-bilang, aku akan datang. Tidak ada yang berat, selama hati kita masih erat.”

142. “Lebih baik bilang duluan, daripada keduluan orang lain.”

143. “Tidak perlu semuanya diceritakan pada dunia. Tetap sisakan misteri. Bukankah rasa penasaran yang membuat mereka terus menggali lebih dalam tentangmu?”

144. “Tidak usah memedulikan cibiran orang-orang. Nanti, pada masanya, mereka akan mengerti mengapa hati kita begitu keras kepala memperjuangkan.”

145. “Yang sepele bagimu, bisa berarti segalanya bagi orang lain. Ada baiknya mulai menghargai perbedaan sudut pandang.”

146. “Kita adalah titik-titik kecil yang terkorelasi oleh Alam Semesta. Duka mereka, duka kita. Sakit mereka, sakit kita. Doa mereka, doa kita.”

147. “Dan jangan lupa bahwa Tuhan menciptakanmu berjalan di muka bumi ini untuk sesuatu yang baik, maka berbuat baiklah untuk sesama, melebihi kau berbuat baik untuk dirimu sendiri.” - Catatan Juang 173

148. “Hujan dan gebetan itu mirip. Ada yang mengaku suka, tapi hanya memandangnya dari tempat duduk yang hangat, berkata-kata romantis tanpa pernah mau bersinggungan. Ada yang betulan suka, mengalahkan rasa tidak nyaman, langsung berinteraksi dengannya meski berisiko sakit.”

149. “Kalau tiap hari dipamerkan, mungkin ada baiknya mulai dipertanyakan: itu pasangan atau pajangan?”

150. “Dan untukmu yang baru saja akan mulai menulis, selalu ingat ini: menulis adalah terapi. Dan kita tidak perlu melakukannya agar terlihat keren dihadapan orang lain, atau berekspektasi punya buku yang diterbitkan penerbit besar.” - Catatan Juang 198

151. “Ada manusia yg senang diperhatikan tanpa tahu caranya memperhatikan.”

152. “Orang pandai takkan memaksakan keyakinannya pada orang lain; orang yang pandai akan menerima perbedaan dan mampu berjalan beriringan dengan mereka yang tidak berprinsip sama.” - Catatan Juang 144

153. “Bukankah, perjalanan yang seru itu dilihat dari persahabatan yang kita jalin dengan orang-orang baru? Bukankah, perjalanan yang hebat itu diukur dari seberapa banyak pelajaran yang kita ambil dan seberapa banyak kebaikan yang kita berikan?” - Catatan Juang 74

154. “Mau dibungkam dengan cara apa pun, mau disudutkan dengan isu apa pun, kebenaran tetaplah kebenaran. Ia akan hadir dengan caranya sendiri.”

155. “Ia sudah terbiasa menunduk, hingga lupa untuk menikmati langit yang kian merah.” - Catatan Juang

156. “Jangan terlalu dalam, nanti susah keluar. Jangan terlalu terikat, nanti susah lepas. Jangan terlalu jatuh, nanti susah berdiri. Jangan terlalu bergantung, nanti susah mandiri. Saling menguatkan, bukan melemahkan.”

157. “Apa artinya sakit jika engkau tak menjadi malaikat penyembuhku?” - Catatan Juang 10

158. “Saya masih saya yang sama. Caramu menilai saja yang mungkin berbeda.”

159. “Membenci dan mencemburui masa lalu adalah hal yang melelahkan. Kita takkan pernah bisa mengubahnya, kita hanya bisa belajar darinya.”

160. “Tidak ada pencinta alam senior atau junior. Semua sama di mata semesta; sama-sama harus mawas diri, sama-sama harus rendah hati.”

161. “Ternyata betul, semakin kita memandang segala sesuatu dengan negatif, semakin dunia memandang kita dengan negatif pula. Semakin kita berbagi kebaikan, semakin banyak pula kebaikan yang kita dapatkan. Teori ini tidak penah terlalu tua.”

162. “Hati kita buatan Tuhan, bukan buatan Taiwan. Bisa rusak berulang kali, dan bisa betul berulang kali tanpa perlu dibawa ke bengkel. Jangan khawatir, bahkan badai terhebat pun pasti akan reda.” - Catatan Juang 285

163. “Hujan tidak pernah turun dengan maksud yang buruk. Waktu dan keadaanlah yang membuatnya terasa buruk.” - Catatan Juang 70

164. “Perjuangan tidak melulu soal maju dan menyerang. Terkadang juga soal berdiri dan bertahan.”

165. “Wahai yang berpasangan, tidak perlu mengejek yang sendirian. Yang sendirian belum tentu akan berpasangan. Tapi yang berpasangan suatu saat nanti pasti akan sendirian.”

166. “Tidak pernah terlalu pagi untuk berbahagia. Tidak pernah terlalu siang untuk memaafkan.”

167. “Ia sudah terbiasa menunduk, hingga lupa untuk menikmati langit yang kian merah.” - Catatan Juang

168. “Hatimu tempat berlibur. Indah, tapi banyak pengunjungnya. Dan aku harus rela menjadi salah satunya, yang datang sejenak lalu pergi untuk seterusnya mengenang.”

169. “Cobaan bukan alasan untuk berhenti mencoba.”

170. “Jangan lupa bahwa manusia mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih, bukan dibunuh atas nama tuntutan hidup.” - Catatan Juang 173

171. “Nyatakan perasaan, hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.”

172. “Bertualang itu tidak harus selalu berpasangan, karena yang terpenting adalah menjadi rumah untuk satu sama lain.”

173. “Dan aku selalu sibuk dengan ke akuan ku sementara kau selalu sibuk merindukanku.” - Catatan Juang 9

174. “Ponsel kita canggih. Kita pakai untuk bermain twitter, tapi malas googling. Buka instastory, tapi malas cek info di feed Instagram. Tanya cara edit, tapi malas menonton tutorial di youtube. Instal begiga games, tapi malas instal KBBI untuk mengenal bahasa sendiri. Kita memang semalas itu.”

175. “Beberapa orang menganggap Sabtu dan Minggu adalah hari kerja sementara lima hari lainnya untuk berlibur.”

176. “Dari mana kita akan belajar kalau sedikit saja sakit hati inginnya cepat-cepat melupakan?” - Catatan Juang 172

177. “Kita takkan hidup di planet ini untuk selamanya. Perjuangkan hari esok, berhenti menyesali hari kemarin, tetap tersenyum, bagikan kebaikan.”

178. “Latar belakang kita berbeda-beda. Yang kita suka pun tidak selalu sama. Kenapa memaksa seluruh dunia untuk memandang dengan matamu?”

179. “Dan apa artinya aku jika tak mampu lagi membuatmu tersenyum?” - Catatan Juang 10

180. “Hari yang buruk hilang begitu saja oleh sentuha suara sang ibu.” - Catatan Juang 11

181. “Kalau mantanmu yang hobi menghancur-hancurkan itu meminta maaf, kasih saja. Asa hatimu kau simpan baik-baik. Tak perlu kau kassih lagi. Nanti dihancurkannya lagi.”

182. “Dan percayalah, cara terkeren untuk menjadi keren adalah dengan tidak berpikir ingin menjadi keren. Karena, takkan mati kau dicaci, takkan kenyang kau dipuji.” - Catatan Juang 265

183. “Kapan-kapan adalah tidak akan yang dihaluskan.”

184. “Terasa meski tidak ingin merasa. Terpikirkan tanpa berniat memikirkan. Terkenang meski tidak mengenang. Terjadi tanpa pernah menjadi.”

185. “Tidak semua yang makin berisi makin menunduk. Beberapa harus menengadah dan melawan.”

186. “Lucu, kita membentuk pola pikir anak kecil agar tumbuh menjadi seperti kita. Padahal, diam-diam kita rindu menjadi anak kecil lagi.” - Catatan Juang 15

187. “Hidup adalah tentang hilang, datang, dan segala di antaranya.”

188. “Sebuah kepastian yang pahit akan jauh lebih baik daripada keplin-planan yang manis.” - Catatan Juang 244

189. “Selalu ada hari baru untuk setiap napas. Selalu ada kesempatan baru untuk kembali tersenyum. Patah hati tidak harus selamanya, kan?”

190. “Semoga kekurangajarannya mengajarimu sesuatu.”

191. “Kalau pacarmu terus-terusan kau bentuk menjadi sesuai imajinasimu; kau paksa ia menjadi apa yang kau mau; kau larang ia mengejar impiannya, bukankah lebih baik kau berpacaran dengan dirimu sendiri saja.”

192. “Di dunia ini, ada yang jika diselingkuhi akan pergi meski sakit, lalu memulai hidup baru dengan orang lain. Ada juga yang jika diselingkuhi akan membalas dendam dengan karya, lalu sukses. Ada juga yang jika diselingkuhi akan mencoba bunuh diri.”

193. “Pembenci adalah pengagum yang sedang menyamar.” - Catatan Juang 203

194. “Saya rasa, manusia yang beruntung itu bukan yang punya segalanya, tapi yang bisa mensyukuri ke-apa-adaannya.”

195. “Ada manusia yg senang mendengar hanya demi menunggu kesempatan untuk mematahkan pendapat orang lain.”

196. “Beberapa orang takut mengutarakan pendapat karena takut kehilangan pendapatan.”

197. “Dan bukankah harta yang paling tak ternilai adalah persahabatan?” - Catatan Juang 29

198. “Ibuku sayang, di hari istimewamu, aku masih bingung harus memberi apa. Engkau yang selalu mensyukuri segala karunia-Nya, tidak pernah merasa berkekurangan meski di saat sulit.” - Catatan Juang

199. “Karena, yang menyenangkan dari menjadi orang dewasa adalah berbagi cerita dan pengalaman pada generasi muda.” - Catatan Juang 268

200. “Makanya, aku selalu percaya, orang-orang sukses di dunia ini bukanlah orang-orang berbakat; Melainkan orang-orang yang berjuang tanpa kenal menyerah.” - Catatan Juang 66

201. “Cinta tidak hadir untuk memuaskan rasa kesepian; cinta hadir untuk menuntaskan pencarian.” - Catatan Juang 193

202. “Dalam hidup ini, ada beberapa hal yang tidak ingin saya lakukan, tapi ketika sudah melakukannya, saya bisa sebahagia itu. Berenang bersama pari Manta adalah salah satunya.”

203. “Lain kali main ke hatimu, aku mau bawa spidol permanen supaya bisa menulis namaku di sana.”

204. “Menamai, tapi lupa memaknai. Memenangkan, tapi enggan menenangkan. Mendewakan, tapi lupa saling mendewasakan. Mencintai, tapi gemar mengintai.”

205. “Menyalahkan pengakuan orang lain itu mudah. Mengakui kesalahan sendiri itu yang sulit.”

206. “Semakin kuat dirimu, semakin banyak yang ingin melemahkanmu. Semakin besar dirimu, semakin banyak yang ingin mengerdilkanmu. Semakin bebas dirimu, semakin banyak yang ingin mengekangmu. Semakin kau menjadi dirimu, semakin banyak yang ingin menjadi dirimu.”

207. “Zaman boleh instan, diri kita tidak boleh instan. Karena, pada akhirnya, seseorang yang tidak mencapai sesuatu dengan instan, akan selalu tahu caranya bangkit kembali saat dijatuhkan.” - Catatan Juang 95

208. “Jangan sampai bekerja, tapi malah dikerjain. Bermanfaat, tapi malah dimanfaatin.”

209. “Menolong orang tidak perlu diiming-imingi ‘Nanti dapat pahala dan rezeki berlipat ganda’ Karena ketulusan tidak mengharapkan imbalan.”

210. “Tak usah repot-repot menyisakan ruangan di hatimu untuk seseorang yang tidak mau menetap.”

211. “Jangan terlalu dipikirkan. Bagian tersulit dari mengerjakan sesuatu adalah memikirkannya terlalu lama” - Catatan Juang 186

212. “Jatuh cinta bagi beberapa orang: Saling menipu diri dengan profile picture penuh manipulasi.”

213. “Terlalu banyak pekerjaan. Terlalu sedikit waktu. Terlalu ada kamu untuk diperjuangkan.”

214. “Ada yang memandang ia yang angkuh menjulang. Ada yang menanti ia yang tak punya hati. Ada yang lupa bahwa jatuh cinta tidak diminta. Ada yang lupa bahwa rasa tidak bisa dipaksa.”

215. “Kematian tidak pernah ada bagi mereka yang tahu caranya menghargai ingatan.”

216. “Mungkin kita baru akan mengerti esensi dari sebuah perjalanan saat kita sudah tidak lagi melakukan perjalanan cuma untuk dibilang "keren" oleh orang lain; saat kita sudah tidak lagi sibuk mengingat tempat apa saja yang sudah atau belum kita kunjungi.” - Catatan Juang 74

217. “Tidak apa-apa mencoba, asal siap kecewa.”

218. “Mungkin, kita terlalu pandai berpura-pura hingga kita lupa bahwa kita sedang berpura-pura. Dan akhirnya kepura-puraan tersebut kita anggap kebenaran.”

219. “Akhir-akhir ini, aku ingin mempunyai kemampuan untuk menguasai waktu. Bukan agar mampu kembali ke masa lalu. Tak ada yang aku sesali atau perlu diubah. Aku hanya ingin waktu membeku, agar bisa lebih lama denganmu.”

220. “Betapa jarangnya aku berterima kasih atas segala perjuanganmu untuk membesarkanku hingga aku bisa menjadi diriku hari ini.” - Catatan Juang

221. “Tapi, sehebat-hebatnya pengkritik, takkan berani mengkritik pasangan yang sedang sensi. Percayalah, saya sudah mencoba, dan hasilnya buruk.”

222. “Ternyata memang benar, ketika pujian membuat seseorang besar kepala, ia tidak lagi besar hati untuk menerima saran.”

223. “Tunjukkan kegelapan dan aku bisa melihat cahaya. Tunjukkan semua keburukanmu dan aku masih bisa melihat kebaikan yang tersisa.”

224. “Cinta adalah pemutus keputusasaan.” - Catatan Juang 299

225. “Kesalahan kebanyakan orang adalah terlalu mempermasalahkan asal muasal yang berbeda, kemudian lupa menyamakan arah tujuan.”

226. “Perasaan tidak bisa dilarang-larang. Tapi, bukan berarti tidak bisa disikapi dengan bijaksana.”

227. “Rendahkan hati, bukan rendahkan diri. Dikasihi, bukan dikasihani.”

228. “Sebaik-baiknya cendera mata, bukanlah yang indah dipajang di lemari, melainkan yang indah dikenang di hati.”

229. “Diperhatikan oleh banyak orang itu memang keren. Tetapi, memperhatikan banyak hal itu jauh lebih keren.” - Catatan Juang 91

230. “Jangan cuma lihat senangnya, coba rasakan sedihnya. Hidup siapa pun tidak ada yang sempurna.”

231. “Kau unik; satu-satunya di antara tujuh miliar manusia. Tidak perlu mengklasifikasikan sifatmu dalam batas zodiak atau golongan darah.”

232. “Perasaan tidak pernah salah, tidak pernah bisa diatur. Cara menyikapi dan mengutarakannya yang menentukan apakah kita akan salah atau tidak.”

233. “Biarlah dia mirip aku, mereka mirip mereka, atau siapa mirip siapa. Yang kutahu, kau mirip jodohku.”

234. “Kalau sampai tenggelam, cari jalan untuk naik ke permukaan. Kembali bernapas, lalu temukan daratan. Jangan sampai mengambang tak tentu arah.”

235. “Menjadi produktif harus disertai hasil produksi, bukan disertai dalih.” - Catatan Juang

236. “Padahal, berinteraksi itu sebetulnya mudah: lakukan sesuatu yang jika orang lain lakukan padamu, kau takkan keberatan. Jangan lakukan sesuatu yang jika orang lain lakukan padamu, kau akan marah dan kecewa.”

237. “Saya tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, tapi saya akan membela sampai mati hak Anda untuk mengatakan itu, kalimat milik Voltaire yang pas untuk menyikapi kartu kuning.”

238. “Sebuah pertemuan anak-anak manusia yang sedang kasmaran akan selalu terasa singkat, sepanjang apa pun waktu yang dihabiskan.”

239. “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.” - Catatan Juang

240. “Tidak perlu terlalu bergantung pada orang lain. Orang lain juga punya kepentingan masing-masing.”

241. “Terlalu banyak pekerjaan. Terlalu sedikit waktu. Terlalu ada kamu untuk diperjuangkan.”

242. “Nyatakan perasaan, hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.”

243. “Cintanya yang seluas samudra telah menuntunku pada ujung pengasingan.” - Catatan Juang

244. “Jangan sampai terlalu sibuk menghidupi diri sendiri sampai lupa caranya menikmati hidup sendiri.”

245. “Kita tidak harus sependapat, bukan berarti kita mesti menghadapi perbedaan pendapat dengan makian.”

246. “Manusia: Yang sendiri ingin berdua. Yang berdua ingin sendiri. Yang sendiri ingin berdua. Yang berdua ingin orang ketiga.”


( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved