Keluarga Besar Tamansiswa Gelar Workshop Cipta Karya Lagu dan Sastra Anak
Pengurus Pusat Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) akan menggelar workshop bertajuk ‘Cipta Karya Lagu dan Sastra Anak Berbasis
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pengurus Pusat Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) akan menggelar workshop bertajuk ‘Cipta Karya Lagu dan Sastra Anak Berbasis Kearifan Lokal sebagai Media Pendidikan’.
Adapun lokakarya tersebut akan diselenggarakan di Grage Ramayana Yogyakarta, Selasa-Kamis (29-31/3/2022).
Agenda tersebut diselenggarakan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY akan menggelar serangkaian acara dalam rangka menyongsong satu abad kelahiran Perguruan Tamansiswa sebagai pilar keistimewaan Yogyakarta.
Baca juga: Balai Pertemuan di Wisata Pengklik Prambanan Sleman Ambruk Diterjang Hujan Angin
Rahmat Jatmiko, Sekretaris Panitia 1 Abad Tamansiswa menjelaskan, workshop kali ini mengedepankan pengajaran dengan memanfaatkan seni suara.
Dengan begitu, seni suara bisa digunakan secara masif, sistematia dan terstruktur, dicantumkan di silabus atau rencana pembelajaran berjangka.
“Berdasarkan fakta, maka lokakarya menyasar kepada para pamong Tamansiswa dan juga guru sekolah umum sebagai agen penyebar ajaran Ki Hadjar Dewantara,” ungkapnya, Senin (28/3/2022).
Dia menilai, lokakarya ini memantik jiwa musikalitas para pamong serta kepercayaan diri agar tidak tabu memanfaatkan metode sariswara ini di ruang-ruang kelas seperti diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional itu.
Diketahui, metode sariswara merupakan metode pendidikan kesenian yang terintegrasi dengan mata pelajaran umum dan dikombinasikan dengan obyek kebudayaan.
Bagian terpenting dari metode ini adalah elemen lagu yang menjadi kekuatan dalam mendidik hati.
Lagu menjadi perantara yang efektif agar materi pembelajaran tidak hanya menempel di ingatan intelektual, tapi juga di hati.
“Hal ini diambil oleh Ki Hadjar Dewantara dari teori Anthroposophienya Dr Rudolf Steiner dan Sastra Gendhing Sultan Agung,” tuturnya.
Ia melanjutkan, seluruh peserta merupakan pamong di Perguruan Tamansiswa yang ada di lingkungan kerja DI Yogyakarta.
Diantaranya meliputi cabang Kota Yogyakarta, Jetis, Tasih, Imogiri, Kumendaman dan Nanggulan serta juga dari guru-guru di luar sekolah Tamansiswa dan mahasiswa PGSD-UST.
Baca juga: BPBD Gunungkidul Laporkan Pohon Tumbang di Sejumlah Wilayah Akibat Hujan Angin
“Total peserta ada 80 orang yang terbagi menjadi 2 kelas yang berbeda. Pilihan ini diambil sebagai pembuka jalan atas perubahan yang ada lingkung Perguruan Tamansiswa yang semakin menegaskan ciri khas utamanya,” bebernya.
