RS UII Resmi Luncurkan Klinik Berhenti Merokok, Begini Metode yang Akan Diterapkan

Masyarakat yang berkeinginan berhenti merokok namun tidak mengetahui caranya, dapat memanfaatkan layanan kesehatan ini.

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
Peresmian Klinik Berhenti Merokok di RS UII, Bantul, pada Selasa (22/3/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Rumah Sakit UII bekerjasama dengan Green Crescent Indonesia meluncurkan Klinik Berhenti Merokok pada Selasa (22/3/2022).

Masyarakat yang berkeinginan berhenti merokok namun tidak mengetahui caranya, dapat memanfaatkan layanan kesehatan ini.

Direktur Utama RS UII, dr Widodo Wirawan, memaparkan bahwa klinik adalah salah satu dari berbagai program unggulan yang memberikan layanan secara impactfull atau berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan maupun kesehatan masyarakat.

"Dan Kita tahu klinik berhenti merokok ini jarang ada di rumah sakit, dan di Bantul baru kita. Sementara 70 persen orang yang kecanduan merokok ingin berhenti tetapi tidak tahu caranya bagaimana, fasilitatornya siapa, kemana juga tidak tahu," ungkapnya.

Berangkat dari situ, RS UII yang memiliki misi utama memberikan pelayanan yang komprehensif, impactful kepada kesehatan masyarakat merasa terpanggil untuk menyelenggarakan klinik berhenti merokok.

Dalam klinik ini nantinya klien atau pasien akan menjalani 12 kali pertemuan.

Ada asesment awal untuk mengetahui niat dari klien, tingkat ketergantungannya.

Harapannya masyarakat mau mengikuti secara ikhlas program ini karena niat mereka berhenti merokok.

Adapun selain paket 12 kali pertemuan, tenaga medis dari klinik ini akan mengawal pasien selama 24 jam dengan metode komunikasi jarak jauh.

Lebih lanjut, dalam prosesnya juga dilakukan terapi obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
 
"Karena bagaimanapun ketika orang sudah ketergantungan merokok memang terkadang harus dibantu dengan obat," imbuhnya.

Widodo mengakui bahwa tidak ada garansi dari program ini, namun demikian pihaknya berharap dengan kerjasama antara klien yang berkeinginan kuat dengan tim klinik berhenti merokok, maka program ini bisa terlaksana dengan baik.

"Layanan kesehatan itu tidak ada paksaan, mereka datang secara sukarela memiliki keinginan untuk berhenti merokok. Harapannya, melalui klinik ini dapat berpengaruh dan klien benar-benar bisa berhenti merokok," tandasnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Bantul, dr Sri Wahyu Joko Santoso, yang hadir dalam peresmian hari itu menyatakan bahwa RS UII adalah rumah sakit pertama di Bantul yang membuka layanan kesehatan berhenti merokok.
 
Adapun disebutnya, dari 27 puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul juga telah memiliki fasilitas kesehatan berhenti merokok sejak tahun 2017 silam.

Maka dengan adanya Klinik Berhenti Merokok RS UII maka dapat membantu program Pemkab Bantul untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan terbebas dari rokok dan asap rokok.

"Kami mengharapkan sekali, klinik ini dapat menjadi tempat perokok berkonsultasi, bisa menjadi media membantu orang-orang yang memang sudah merokok lama, atau orang yang mulai merokok tapi berniat untuk menghentikan kebiasaan merokok apapun alasannya," ucapnya.  

Ia juga berharap dengan adanya klinik berhenti merokok RS UII dapat menjadi contoh bagi rumah sakit lain di Bantul agar dapat membangun klinik yang sama.  

Seorang pasien, Nur Iskandar (44) yang merupakan warga Pundong, Bantul mengaku ingin menghentikan kebiasaannya merokok.

Ia sendiri sudah merokok sejak duduk di bangku SMA atau sekitar umur 17 tahun.  

"Ingin berhenti merokok, karena berapa puluh tahun merokok, jadi pengen berhenti. Kalau dari segi kesehatan memang belum ada gangguan, tapi pengen berhenti saja," ucapnya.

Nur sendiri sudah berusaha berhenti merokok sejak satu bulan yang lalu namun gagal.

"Pernah berusaha berhenti merokok dengan mengganti pakai rokok elektrik, tapi karena lingkungan jadi susah juga, teman-teman kantor merokok, akhirnya kena juga," ucapnya.

Ia berharap klinik ini dapat membantunya sehingga ia benar-benar bisa berhenti merokok.

Selain untuk kesehatannya, alasan lain ia ingin berhenti merokok agar pengeluaran tiap hari bisa dikurangi.

"Ingin hemat, kalau kita hitung-hitung lumayan. Sekarang beli minyak goreng susah, tapi bisa beli rokok Rp25 ribu sehari," katanya. (*)  

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved