Berita Kota Yogya Hari Ini
Gelar Workshop Penulisan Dongeng, Disbud Kota Yogyakarta Ingin Tradisi Sastra Lokal Lestari
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta atau Kundha Kabudayan menggelar workshop penulisan dongeng. Tujuannya agar sastra lokal tetap lestari
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta atau Kundha Kabudayan menggelar workshop penulisan dongeng. Tujuannya agar sastra lokal tetap lestari.
Kepala Dinas Kebudayaan ( Kundha Kabudayan ) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan masifnya penggunaan gawai semakin meminggirkan tradisi sastra lisan di kalangan masyarakat. Akibatnya budaya sastra lisan seperti mendongeng mengalami degradasi.
"Kami terus berupaya agar sastra lokal terus lestari di kalangan masyarakat, salah satunya dengan kegiatan workshop ini. Kegiatan ini adalah fasilitas untuk masyarakat Kota Yogyakarta dan generasi muda khususunya, agar semakin mendekatkan pada nilai budaya lokal yang dimiliki," katanya, Rabu (16/03/2022).
Baca juga: Tour de Ambarrukmo Kembali Digelar, Bawa Misi Kenalkan Wisata Yogyakarta
Yetti menerangkan, workshop penulisan Dongeng merupakan bagian dari workshop Bahasa dan Sastra. Rangkaian workshop Bahasa Sastra sendiri sudah dimulai sejak Februari lalu, diawali dengan workshop Aksara Jawa Digital.
"Ini rangkaian agenda Workshop Bahasa Sastra, sudah mulai Februari lalu. Menyambung kegiatan di bulan Maret, pada hari ini akan kita mulai lagi dengan workshop penulisan dongeng dan pranatacara; serta di minggu depan kita gelar workshop sesorah, geguritan, macapat, dan maca cerkak," terangnya.
Sedikitnya ada 25 peserta yang mengikuti workshop penulisan dongeng. Peserta workshop adalah warga Kota Yogyakarta yang memiliki ketertarikan dalam dunia menulis, serta berkomitmen dalam pelestarian tradisi lisan Kota Yogyakarta.
Baca juga: Moto GP Indonesia: Komentar Fabio Quartararo Jelang MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika
Sastrawan yang turut menjadi narasumber, Dr Ikun Sri Kuncoro berharap praktik menulis Dongeng ini bisa membantu mengisi salah satu ruang kosong untuk mentransfer nilai-nilai moral dari orang tua kepada anak.
"Bahan bacaan yang berkarakter nilai budaya tradisional inilah yang hendak diisi oleh workshop penulisan ini. Dengan demikian akan terjaga pesan verbal antar generasi untuk menjaga eksistensi budayanya," ujarnya.
Sementara itu, peserta workshop, Sintha Sigit Agustina (23) mengaku senang dapat mengikuti workshop. Selain dikemas interaktif, ia juga mendapat banyak ilmu penulisan dongeng. (maw)
