Berita Bantul Hari Ini
Harga Lelang Cabai Rawit Tingkat Petani di Bantul Tembus Rp 60 Ribu Per Kilogram
Pasokan cabai rawit saat musim hujan terbatas, dan ini menyebabkan harga komoditas tersebut merangkak naik. Namun bagi petani, naiknya harga cabai
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pasokan cabai rawit saat musim hujan terbatas, dan ini menyebabkan harga komoditas tersebut merangkak naik.
Namun bagi petani , naiknya harga cabai dapat memberikan keuntungan bagi mereka.
Apalagi bagi petani cabai rawit yang tergabung dalam Forum Komunikasi Petani "Ngrembaka Nir Sambikala" Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul.
Dari beberapa kali petik, harga cabai terus naik, hingga petik ke empat harga lelang cabai rawit jenis original tembus Rp 60 ribu.
Baca juga: Pelaksanaan PTM di Kota Magelang Ditunda Lagi, Disdikbud Sebut Tunggu Status PPKM Terbaru
Bendahara Forum Komunikasi Petani "Ngrembaka Nir Sambikala", Abdul Mukid mengatakan dari petik cabai pertama harga cabai masih dalam kisaran Rp 30 ribuan per kilogram, menyusul petik kedua dikisaran Rp 40 ribuan per kilogram, disusul petik ketiga dengan harga lelang sekitar Rp 50 ribuan per kilogram dan pada petik ke empat pada akhir pekan kemarin harga lelang cabai rawit jenis ori ditingkat petani mencapai Rp 60 ribu per kilogram.
Menurutnya ketika harga cabai lelang Rp 60 ribu ditingkat petani maka harga cabai di pasar bisa menyentuh di atas Rp 70 ribu per kilogramnya.
Ketika konsumen membeli eceran atau satu ons maka harga bisa tembus Rp 7.500 hingga Rp 8.000.
Harga cabai rawit tengah merangkak naik lantaran saat ini pasokan juga terbatas.
"Pasokan cabai rawit saat ini terbatas akibat musim hujan sehingga mendongkrak harga. Nah kebetulan di kelompak kami sedang uji coba tanam cabai rawit off season dan saat mulai panen parsial harganya sedang merangkak naik," ujarnya, Senin (7/3/2022).
Abdul Mukid memperkirakan harga cabai rawit akan terus naik dalam satu bulan ke depan.
Terlebih adanya bulan Ramadan juga akan berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok, termasuk komoditas cabai.
Sementara dari dua hektaer lahan cabai off season, para petani bisa mendapatan ratusan kilogram dalam sekali panen.
Dari hasil panen tersebut, Mukid mengatakan saat ini sudah ada pesanan para pedagang dari luar Jawa khususnya dari Sumatera Barat (Padang).
Meski pesanan tersebut hanya berjumlah satu hingga dua kwintal, ini menandakan harga cabai rawit di luar Jawa jauh lebih tinggi dari Jawa.
Baca juga: Bank Indonesia Bidik 206 Ribu Pengguna QRIS Baru di DI Yogyakarta Pada Tahun 2022
"Biasanya kalau di luar Jawa itu menggunakan cabai yang sudah dikeringkan untuk membuat sambal atau masakan. Sedangkan cabai segar biasanya dikirim dari pulau Jawa," ungkapnya.
Sementara itu seorang petani lain, Yuni mengatakan meski ada kenaikan harga cabai, petani juga direpotkan dengan tenaga dan besarnya biaya perawatan.
Pasalnya, dengan musim penghujan seperti saat ini banyak hama yang menyerang tanaman cabai yang sedang berbuah.
"Serangan hama patek paling dominan ketika musim seperti saat ini. Buah cabai yang diserang patek harus diambil dan dipisahkan dengan buah cabai lainnya yang sehat agar tidak tertular," ucapnya.
Dengan demikian, meski harga cabai rawit saat ini sangat menjanjikan bagi petani, namun biaya perawatannya juga tinggi. (nto)