Berita Sleman Hari Ini
Mengunjungi Sentra Jamu Gendong Gesikan, Surga Pecinta Jamu Tradisional
Tiap hari, dusun yang berada di sebelah utara Kabupaten Sleman ini puluhan warganya mengolah rempah-rempah menjadi jamu tradisional.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Misalnya, beras kencur dipercaya berkhasiat mengurangi pegal linu dan meringankan masuk angin, demam serta batuk.
Sementara, kunyit asam membantu mengurangi bau badan maupun membantu memperlancar pencernaan.
Selanjutnya Temulawak dipercaya berkhasiat melindungi fungsi hati dan membantu mengeluarkan racun dalam tubuh.
Jamu pahitan mengurangi gatal dan alergi maupun diyakini membantu membersihkan darah.
"Jamu memang tidak menyembuhkan penyakit, namun dapat membantu meningkatkan imun atau daya tahan tubuh," katanya.
Salah satu Pengrajin Jamu di Gesikan, Apriyanti berharap jamu tradisional sebagai warisan leluhur di Indonesia tetap eksis.
Semakin banyak peminatnya di masyarakat, terutama anak-anak muda, sehingga berdampak pada kesejahteraan para pengrajin jamu.
Ia sendiri sudah menggeluti usaha jamu tradisional sejak 8 tahun silam.
Baca juga: Berkhasiat Meningkatkan Kekebalan Tubuh, Jamu Ginggang jadi Buruan Warga Selama Pandemi COVID-19
"Awalnya memang sulit ya. Karena istilahnya harus babat langganan, rajin menawarkan jamu. Tapi, sekarang alhamdulillah sudah banyak langganan," kata dia.
Apriyanti mengungkapkan, jamu tradisional olahannya biasanya dijajakan keliling di seputar Kapanewon Tempel hingga Sleman.
Setiap keliling, dirinya membawa sekira 15-16 liter jamu.
Jumlah sebanyak itu biasanya habis dalam waktu tiga jam.
Satu gelas jamu dihargai Rp 2500- 3.000.
Ada juga yang dijual dalam bentuk botol dengan harga Rp 6.000-7.000.
Omzet yang didapat cukup lumayan.
"Omzetnya sekali keliling di atas Rp 100.000 di bawah Rp 200.000," kata dia.( Tribunjogja.com )