Berita Sleman Hari Ini

Mengunjungi Sentra Jamu Gendong Gesikan, Surga Pecinta Jamu Tradisional 

Tiap hari, dusun yang berada di sebelah utara Kabupaten Sleman ini puluhan warganya mengolah rempah-rempah menjadi jamu tradisional.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Ketua Paguyuban Jamu Gendong Gesikan, Bima Sejahtera, Sarjana menunjukkan produk jamu miliknya, Jumat (18/2/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dusun Gesikan, Merdikorejo, Tempel, Sleman sejak lama dikenal sebagai sentra jamu gendong.

Tiap hari, dusun yang berada di sebelah utara Kabupaten Sleman ini puluhan warganya mengolah rempah-rempah menjadi jamu tradisional.

Produk jamu tradisional tersebut kemudian dipasarkan keliling seputar Kapanewon Tempel, Sleman, Turi hingga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Ketua Paguyuban Jamu Gendong Bima Sejahtera , Sarjana menceritakan, jamu gendong di Dusun Gesikan merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang terdahulu.

Baca juga: Kunjungi Sentra Jamu Gendong Sleman, Menparekraf Diajak Emak-emak Numbuk Jamu

Kebiasaan mengolah jamu tradisional menurutnya sudah ada di Gesikan sejak tahun 1985.

Awalnya, kata dia, hanya ada satu orang. Namun, lambat laun mulai diikuti warga disekitarnya.

Pada tahun 2000 mulai dibuat paguyuban Jamu Gendong "Ngudi Makmur".

Kemudian, di tahun 2004 anggota semakin bertambah dan berganti menjadi paguyuban "Bima Sejahtera". 

"Sekarang ada sekitar 30 anggota, dalan satu RT, satu Padukuhan," kata Sarjana, ditemui Jumat (18/2/2022). 

Dusun Gesikan ini sudah menjadi sentra jamu gendong.

Sarjana mengungkapkan, tanaman herbal yang diolah menjadi produk jamu beraneka macam.

Mulai dari beras kencur; kunyit asam; gula asem; temulawak; pahitan, uyup-uyup; jamu kewanitaan; kelelakian hingga aneka wedang. Seperti wedang uwuh maupun wedang Kayu putih. 

Produk jamu tersebut kemudian dipasarkan keliling di seputar Kapanewon Tempel, Sleman, Turi hingga Magelang, Jawa Tengah. 

"Pemasaran online juga ada, namun belum begitu menonjol," kata dia. 

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Sentra Jamu Gendong Gesikan Sleman 

Jamu yang dibuat dari bahan-bahan alami ini dipercaya bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Misalnya, beras kencur dipercaya berkhasiat mengurangi pegal linu dan meringankan masuk angin, demam serta batuk.

Sementara, kunyit asam membantu mengurangi bau badan maupun membantu memperlancar pencernaan. 

Selanjutnya Temulawak dipercaya berkhasiat melindungi fungsi hati dan membantu mengeluarkan racun dalam tubuh.

Jamu pahitan mengurangi gatal dan alergi maupun diyakini membantu membersihkan darah. 

"Jamu memang tidak menyembuhkan penyakit, namun dapat membantu meningkatkan imun atau daya tahan tubuh," katanya. 

Salah satu Pengrajin Jamu di Gesikan, Apriyanti berharap jamu tradisional sebagai warisan leluhur di Indonesia tetap eksis.

Semakin banyak peminatnya di masyarakat, terutama anak-anak muda, sehingga berdampak pada kesejahteraan para pengrajin jamu.

Ia sendiri sudah menggeluti usaha jamu tradisional sejak 8 tahun silam. 

Baca juga: Berkhasiat Meningkatkan Kekebalan Tubuh, Jamu Ginggang jadi Buruan Warga Selama Pandemi COVID-19

"Awalnya memang sulit ya. Karena istilahnya harus babat langganan, rajin menawarkan jamu. Tapi, sekarang alhamdulillah sudah banyak langganan," kata dia. 

Apriyanti mengungkapkan, jamu tradisional olahannya biasanya dijajakan keliling di seputar Kapanewon Tempel hingga Sleman.

Setiap keliling, dirinya membawa sekira 15-16 liter jamu.

Jumlah sebanyak itu biasanya habis dalam waktu tiga jam. 

Satu gelas jamu dihargai Rp 2500- 3.000.

Ada juga yang dijual dalam bentuk botol dengan harga Rp 6.000-7.000.

Omzet yang didapat cukup lumayan. 

"Omzetnya sekali keliling di atas Rp 100.000 di bawah Rp 200.000," kata dia.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved