DI Yogyakarta Mulai PTM 100 Persen, Sekolah Kesulitan Terapkan Pengaturan Jarak di Kelas
Kepala SMAN 6 Yogyakarta, Siti Hajarwati, menuturkan sejumlah kendala masih ditemui dalam penyelenggaraan sekolah tatap muka.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah sekolah jenjang SMA/SMK di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memulai pembelajaran tatap muka (PTM) secara penuh mulai hari ini, Senin (10/1/2022).
Hal itu menyusul terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yang mewajibkan sekolah menggelar PTM penuh.
Kepala SMAN 6 Yogyakarta, Siti Hajarwati, menuturkan sejumlah kendala masih ditemui dalam penyelenggaraan sekolah tatap muka.
Salah satunya, sekolah masih kesulitan melakukan pengaturan jarak duduk antarsiswa di dalam kelas.
Baca juga: Hasil Survei Banyak Perguruan Tinggi di Yogyakarta Siap Gelar Kuliah Tatap Muka
Baca juga: Mulai 10 Januari 2022 PTM di Bantul Sudah 100 Persen, Siswa Diatur Agar Tidak Pulang Bersamaan
Dengan total pelajar mencapai 860 orang dan luasan ruang kelas yang terbatas, pengaturan jarak antar siswa sejauh 1 meter menjadi tidak memungkinkan.
"Memang itu keterbatasan kita dan itu sudah disampaikan ke satuan pengawas sekolah. Panjang meja kita kan 120 cm dan itu dipakai berdua. Kalau dipakai berdua otomatis siswa tidak bisa jaga jarak. Dengan luas kelas seperti itu tidak bisa (jaga jarak)," terang Siti saat ditemui di kantornya.
Karenanya, Siti mengimbau kepada peserta didik untuk mengutamakan protokol kesehatan saat berada di lingkungan sekolah termasuk saat mengikuti pembelajaran di kelas.
Tempat duduk siswa juga diatur berdasarkan nomor urut absen.
Langkah ini dilakukan untuk mempermudah proses tracing, seandainya ditemui penularan Covid-19.
"Untuk mempermudah proses tracing, sehingga nanti tinggal ditelusuri depannya siapa, belakangnya siapa, dan seterusnya.
Dia melanjutkan, soal penerapan protokol kesehatan telah diberlakukan sejak siswa tiba di pintu gerbang.
Para pelajar diminta untuk mengisi kuisioner atau skrining mandiri untuk mengetahui risiko keterpaparan Covid-19 pada tiap individu.
Jika ditemui siswa dengan skor tinggi maka akan dilakukan penanganan lebih lanjut.
"Di kelas juga mengisi form. Tim satgas akan tahu berapa skor dari masing-masing siswa keseluruhannya. Kalau skornya sedang atau tinggi kita konfirmasi," bebernya.
Selain itu, siswa yang sempat bepergian ke luar daerah maupun menerima tamu dari luar daerah saat libur Natal dan Tahun Baru diimbau untuk melaksanakan pemeriksaan rapid test antigen untuk mendeteksi paparan Covid-19.
"Itu kami minta melalui masing-masing wali kelas," tambahnya.
Lebih jauh, pembelajaran di SMAN 6 dimulai dari pukul 07.00 hingga 12.30 WIB pada hari Senin hingga Kamis.
Sedangkan di hari Jumat, pembelajaran berakhir pada pukul 11.30 WIB.
Siti mengatakan, dalam satu hari rata-rata ada empat hingga lima mata pelajaran yang disampaikan.
Adapun durasi satu jam mata pelajaran kini dipangkas dari 45 menit menjadi 30 menit.
Kemudian siswa diberi waktu istirahat selama 15 menit.
Selama istirahat, siswa tak diperkenankan pergi keluar kelas.
Mereka juga diimbau untuk membawa bekal dari rumah karena kantin masih dilarang untuk buka.
"Kami juga kerja sama dengan Satgas Kecamatan Gondoksuman karena kantin dan warung di sekitar sekolah diminta tutup. Kita minta Satpol PP untuk tidak mengizinkan pedagang yang mau jualan di depan sekolah," jelasnya.
Sementara itu, di SMPN 8 Yogyakarta PTM baru berlaku sebesar 70 persen dari keseluruhan siswa.
PTM diprioritaskan bagi siswa kelas 9 karena mereka bakal menghadapi ujian akhir.
"Kita maksimal baru 70 persen. Kita ambil paralel misalnya hari ini kelas 9 semua sama kelas 8. Hari berikutnya kelas 9 dan kelas 7," jelas Wakil Kepala Sekolah SMPN 8 Yogyakarta Bidang Kurikulum, Sutarto.
Baca juga: Uji Coba Berjalan Lancar, Pemkot Yogyakarta Optimis PTM 100 Persen Bisa Dimulai Pertengahan Januari
Baca juga: PTM 100 Persen, Penjualan Seragam di Yogyakarta Meningkat 100 Persen
Dalam waktu dekat, sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta dikatakan bakal menggelar rapat koordinasi terkait kebijakan PTM 100 persen.
Menurutnya, jika kebijakan itu diberlakukan, pihaknya akan kesulitan untuk memberlakukan pengaturan jarak di kelas.
Mengingat siswa di SMPN 8 tergolong banyak yakni mencapai 950 orang. Kendala ruang kelas masih menjadi kendala utama.
"Jaga jarak di kelas ya kita apa adanya karena kelasnya hanya segitu kita tidak mungkin melebarkan kelas. Yang kita maksimalkan ya prokesnya seperti menggunakan masker, menyemprot disinfketan, suhu juga dicek terus," jelasnya. (*)