Kisah Tuna Netra asal Klaten Terjemahkan Modul Pengurangan Risiko Bencana ke Huruf Braille
Di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, seorang tuna netra berhasil menerjemahkan modul pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam huruf Braille
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
"Ini sudah kita sebar di komunitas tuna netra di Klaten. Masing-masing komunitas dapat satu modul. Di sekolah luar biasa juga ada di kirim," jelasnya.
Sebelum adanya modul PRB dengan huruf Braille itu, lanjut Eko, selama ini wawasan terkait PRB bagi para tuna netra hanya dari ceramah atau praktek.
"Ini sebagai pelengkap atau pegangannya. Istilahnya ini untuk kelengkapan. Ini modul PRB perdana ya," jelas pria kelahiran 18 Agustus 1958 itu.
Menurut Eko, untuk menyusun modul PRB itu, dirinya tidak bekerja sendiri, ada beberapa penyandang disabilitas lainnya yang juga ikut membantu.
Namun untuk menerjemahkan Braille adalah dirinya.
"Kendalanya tidak ada, ini kita kerjasama dan lancar dan lancar saja," ucapnya.
Kemudian kata Eko, untuk jumlah penyandang tuna netra di Kabupaten Klaten berjumlah sekitar 900 orang yag tersebar di berbagai wilayah.
"Tapi yang saat ini aktif di organisasi itu hanya sekitar 200 orang," imbuh Eko.
Dari jumlah itu, 4 orang termasuk dirinya termasuk aktif di relawan kebencanaan.
Sementara itu, Wakil Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Klaten (PPDK), Qoriek Asmarawati menambahkan yang dilakukan saat ini adalah edukasi dan simulasi terkait dengan kesiapan kebencanaan bagi penyandang disabilitas.
"Penyandang disabilitasi di Kecamatan Kemalang ada sekitar 600 orang. Itu data 2014 atau 2015 ya. Untuk ring satu atau KRB 1 atau KRB 2 kita belum punya data lengkap. Nanti akan didata kembali," jelasnya.
( tribunjogja.com/ almurfi syofyan )