Kisah Inspiratif

Sejarah Kampung Girpasang, Surga Tersembunyi di Lereng Gunung Merapi Klaten

Kampung Girpasang yang berada radius 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi semakin terkenal karena memiliki gondola wisata.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Almurfi Syofyan
Gondola Wisata yang jadi unggulan Kampung Girpasang, Klaten 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Nama Kampung Girpasang yang berada di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mulai dikenal oleh para wisatawan sejak beberapa tahun terakhir.

Kampung Girpasang yang berada radius 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi semakin terkenal karena memiliki gondola wisata yang menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke sana.

Dibuatnya gondola wisata yang menghubungan Kampung Girpasang dengan Kampung Ngringin di Desa Tegalmulyo itu untuk mempermudah akses warga menuju kampung itu.

Sebab, letak geografis Girpasang dengan kampung Ngringin dipisahkan oleh jurang sedalam sekitar 150 meter dan memiliki lebar sekitar 120 meter.

Baca juga: Kisah Warga Ceper Klaten Budidayakan Maggot Untuk Atasi Persoalan Sampah Rumah Tangga

Namun, tak banyak yang tahu asal mula terbentuknya Kampung yang berpenduduk 34 jiwa yang tersebar dari 12 kepala keluarga (KK) itu.

Tokoh Pemuda Girpasang Agusno menuturkan jika orang pertama yang tinggal di Girpasang (sesepuh) yaitu bernama Ki Trunosono.

"Awalnya Ki Trunosono tinggal di wilayah kampuan (hutan) di kawasan merapi yang tak jauh dari gunung bibi atau lebih dikenal dengan gunung ijo," ucapnya saat berbincang dengan Tribunjogja.com di Kampung Girpasang, Kamis (16/12/2021).

Kemudian, berdasarkan cerita yang Agusno terima dari leluhurnya, Ki Trunosono lantas mendapatkan titah dari Raja Keraton Surakarta Hadiningrat untuk tinggal dan membuka lahan baru di daerah lereng merapi.

"Akhirnya Ki Trunosono memilih punggung bukit yang menjadi cikal bakal Girpasang. Namun saya tidak tahu persis itu tahun berapa," jelasnya.

Ia menjelaskan, Girpasang secara geografis merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur.

Baca juga: Kisah Warga Desa Pasung Klaten Bangkit dari Keterpurukan Dampak Pandemi

Kata Girpasang diambil dari kata gligir sepasang.

Gligir itu sendiri merupakan sebutan untuk sebuah bukit yang dihimpit oleh dua jurang.

Dan kata sepasang itu melambangkan adanya sepasang jurang yang menghimpit bukit tersebut.

"Girpasang ini sudah ditempati sangat lama sekali, bahkan sebelum penjajahan Belanda. Saat ini ada 34 jiwa penduduk di sini dari 12 kepala keluarga," ungkapnya.

Menurut Agusno, adat istiadat di Kampung Girpasang masih sangat dijaga.

Warga Girpasang percaya bahwa warisan leluhur perlu diwariskan dan dilestarikan agar tidak hilang tergerus zaman yang semakin modern.

Ada beberapa adat Jawa yang masih dilestarikan hingga kini antara lain, apeman yang dilakukan setiap hari Jumat legi.

Kenduri Golongan dilakukan pada hari Selasa kliwon dan lain sebagainya.

Baca juga: Kisah Desa Di Klaten Tanam Ribuan Pohon Nangka Agar Warga Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kemudian, kata dia, Girpasang selain menawarkan pemandangan alam yang sangat cantik, juga memiliki tempat wisata sejarah.

Beberapa diantaranya yakni, Goa Dowo, konon sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat bertapa dan memohon kepada yang Maha Kuasa oleh Joko Tingkir.

Kemudian, Goa Jepang yang berjarak 1,5 kilometer dari pemukiman warga.

Goa Jepang sendiri merupakan goa yang dijadikan tempat persembunyian bala tentara Jepang.

Sementara itu, Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno mengatakan sejumlah infrastruktur penunjang sedang dibangun di Kampung Girpasang.

"Selain kita sudah punya gondola, saat ini sedang dibangun juga jembatan gantung agar wisata di ke kampung itu semakin banyak," ucapnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved