Feature

Kisah Warga Ceper Klaten Budidayakan Maggot Untuk Atasi Persoalan Sampah Rumah Tangga

Sampah organik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi warga Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUN JOGJA / ALMURFI SYOFYAN
CARA KERJA - Pendiri Omah Maggot Ceper, Fitria (jilbab pink) menjelaskan cara kerja maggot mengurai sampah di Desa Ngwonggo, Ceper, Klaten, Selasa (7/12/2021). 

Sampah organik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi warga Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Untuk mengurai sampah organik di sekitar tempat tinggalnya, seorang warga bernama Fitria mengembangkan budi daya maggot dengan nama Omah Maggot Ceper. Diharapkan persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya bisa teratasi.

SEBAGAIMANA diketahui, Maggot merupakan larva dari serangga jenis Black Soldier Flies (BSF). Pendiri Omah Maggot Ceper, Fitria mengatakan awal mula dirinya tertarik untuk mengembangkan budi daya maggot karena ingin memanfaatkan sampah rumah tangga.

"Awalnya dari memanfaatkan lahan yang tidak terpakai, lalu saya dapat informasi soal maggot dan sudah satu tahun ini mulai menekuni budi daya maggot," ucap Fitria kepada Tribun Jogja, Selasa (7/12).

Ia menjelaskan, maggot memiliki banyak kelebihan dan sangat membantu dirinya dalam mengatasi pemilahan sampah dari rumah. "Maggot ini mampu mengurai sampah yang mana di tubuhnya maggot itu nanti berubah menjadi protein tinggi dan bagus untuk pakan ternak seperti ikan, ayam, hingga bebek," ucapnya.

Satu kilogram maggot dapat mengurai sekitar 3 kilogram sampah organik. Untuk saat ini, kata dia, dirinya memiliki sekitar 500 kilogram maggot yang terdiri dari berbagai umur, seperti bayi maggot hingga maggot dewasa.

"Terkadang saya juga kewalahan mencari sampah organik karena sudah banyak maggot sejak satu tahun ini," ucapnya.

Jemput bola

Menurutnya, untuk mendapatkan sampah organik, tidak jarang dia langsung mendatangi pedagang-pedagang buah yang ada di sekitar tempat tinggalnya untuk mendapatkan sampah buah-buahan.

"Kemarin maggot ini kan sudah banyak, terus saya keliling dan ternyata dapat sampah katering dan bisa diberikan untuk pakan maggot ini," ucapnya.

Menurutnya, maggot saat ini di pasaran dijual dengan harga Rp7 ribu per kilogram. "Tapi saya belum untuk dijual, masih untuk pakan ternak dan membantu mengurai sampah di sekitar sini saja," katanya.

Sementara itu, Camat Ceper, Seniwati mengapresiasi budi daya maggot yang dikembangkan oleh Omah Maggot Ceper tersebut. "Saya tentu mengapresiasi budi daya maggot ini karena bisa membantu mengatasi permasalahan sampah organik," ucapnya.

Menurutnya, budi daya maggot di Omah Maggot Ceper tersebut nantinya bisa menjadi percontohan di Kecamatan Ceper. "Di Kecamatan Ceper kan ada 18 desa, nanti Insyaallah desa-desa lain kita dorong untuk saling tukar informasi ke sini dan nanti bisa kita kembangkan jadi ikonnya Ceper," imbuh Seniwati. (Almurfi Syofyan)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 11 Desember 2021 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved