PKL Malioboro Mengaku Pusing Terhantam Pandemi dan Ditambah Isu Relokasi, Ini Kata Sekda DIY
Para Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro, Kota Yogyakarta, sampai saat ini masih menentukan sikap keberatan atas rencana relokasi lapak ke gedung eks
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Para Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro, Kota Yogyakarta, sampai saat ini masih menentukan sikap keberatan atas rencana relokasi lapak ke gedung eks Bioskop Indra yang letaknya masih di kawasan Malioboro.
Menurut Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro, Yati Dimanto, belum ada musyawarah relokasi ini sebelumnya.
Kalau sosialisasi memang, sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta.
Akan tetapi, itu pun diakui para pedagang kaki lima terlalu mendadak dan terkesan terburu-buru.
Baca juga: Jelang Kick Off Babak 8 Besar, PSIM Yogyakarta Lakukan Ziarah ke Makam Raja-raja Mataram
“Kami belum menerima dan kami keberatan. Pada saat pertemuan dengan Pemerintah Kota Yogya itu, kami tahunya hanya sosialisasi dulu, tapi tahu-tahu jebret (sudah ada keputusan untuk relokasi),” kata Yati, Jumat (10/12/2021).
Meski isu relokasi sudah bergulir sejak tiga sampai empat tahun lalu, Yati mengatakan belum ada upaya musyawarah antara pemerintah dengan paguyuban PKL.
Musyawarah dianggap perlu sebagai upaya mendengarkan masukan dan saran untuk kebaikan kedua belah pihak.
Selain itu, dikatakan olehnya, tempat relokasi di eks Bioskop Indra dan eks Kantor Dinas Periwisata (Dispar) DIY juga dianggap kurang layak.
Salah satu yang dipermasalahkan yakni terkait luas lapak yang menurutnya kurang ideal jika untuk berdagang.
“Tidak mumpuni, di Dispar DIY itu, katanya hanya sementara nempatin di sana, antara satu sampai tiga tahun sembari nunggu tempat relokasi jadi. Tiga tahun kok dijadikan kelinci percobaan, kan buang-buang biaya. Kalau punya program kami diajak rundingan, jadi tidak saling merugikan,” katanya.
Saat ini, penjual angkringan di kawasan Malioboro sekitar 40 orang, sementara total PKL jenis kuliner sekitar 200 penjual.
Yati berharap penataan tidak memindah tempat berjualan. Dia menganggap keberadaan lapak tidak mengganggu pejalan kaki.
Baca juga: Wakil Wali Kota Yogyakarta Berharap Polsek Ramah Anak Tetap Penuhi Hak ABH
“Yang jelas untuk angkringan, khususnya kuliner, keberatan (dengan relokasi). Kami siap ditata di tempat kami jualan. Malioboro dibuat indah tanpa memindah,” jelasnya.
“Para anggota PKL trauma. Setelah ekonomi terpuruk karena pandemi Covid-19, ditambah lagi rencana relokasi, tambah pusing,” imbuhnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji menanggapi, pemindahan para PKL di Jalan Malioboro dilakukan agar para pedagang memiliki tempat yang legal.
Sejauh ini Pemda DIY terus melakukan sosialisasi untuk mempersiapkan proses relokasi tersebut.
Dari keterangannya, proses sosialisasi relokasi PKL berjalan lancar sampai hari ini.
"Kami terus lakukam sosialisasi, semua berjalan lancar. Tujuannya kan supaya lebih legal, lebih permanen, serta mempermudah pedagang dan pengunjung," pungkasnya. (hda)