Penderita Demam Berdarah Terus Bertambah, Dinkes Gunungkidul Sebut Belum Puncak Siklus

Memasuki bulan Desember, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gunungkidul terus bertambah. Peningkatan ini pun dikaitkan

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Nyamuk aedes aegypti 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Memasuki bulan Desember, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gunungkidul terus bertambah.

Peningkatan ini pun dikaitkan dengan siklus tahunan dari penularan DBD.

Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Diah Prasetyorini menampik jika saat ini merupakan puncak siklus DBD.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Minta Komitmen Toko Oleh-oleh, Jangan Beri Akses Pelanggar One Gate System 

"Meski ada peningkatan, Gunungkidul belum terindikasi adanya puncak siklus," kata Diah pada wartawan, Kamis (02/12/2021).

Umumnya, siklus DBD dihitung setiap periode 5 tahun sekali.

Namun, ia menyebut pola di Gunungkidul berbeda, yaitu antara 3 sampai 4 tahun sekali untuk puncak siklus DBD.

Meski belum terindikasi puncak siklus, Diah mengatakan pihaknya tetap mengedepankan upaya antisipasi.

Antara lain mengimbau masyarakat lebih aktif dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

"Seperti lewat program Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik)," jelasnya.

Diah juga meminta masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan dengan prinsip 3M Plus (Menutup, Menguras, Mengubur, Daur Ulang).

Termasuk penggunaan bubuk Abate di tempat penampungan air.

Hingga Rabu (01/12/2021) lalu, Dinkes Gunungkidul mencatat sebanyak 104 kasus DBD. Angka ini merupakan akumulasi sejak pendataan dilakukan pada Januari 2021.

"DBD ini rentan menyerang warga kelompok umur 12 hingga 25 tahun," ungkap Diah.

Baca juga: Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi di Bantul jadi Prioritas APBD Tahun 2022

Terpisah Kasi Pelayanan Medis RSUD Wonosari, drg. Wahyu mengungkapkan pihaknya sudah menangani 25 pasien DBD. Angka ini terakumulasi hingga bulan November lalu.

Menurutnya, beberapa pasien mengalami gejala berat. Seperti jumlah trombosit (keping darah) turun, hematokrit (sel darah merah) naik, perut kembung, hingga sedikitnya cairan urin.

"Gejala ini disebut sebagai syok akibat DBD atau Dengue Shock Syndrome," kata Wahyu. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved