Dukung Usulan 1 Maret Jadi Hari Besar Nasional, Menkopolhukam: Peristiwa 6 Jam Manfaatnya 75 Tahun

Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY menggelar seminar nasional secara daring bertajuk "Serangan Umum Di Jogja: Indonesia Masih Ada". 

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
Tribunnews.com
Menkopolhukam Mahfud MD 

"Sebentar lagi akan memasuki tahap finalisasi salah satunya dengan diselesaikannya seminar kali ini," jelasnya.

Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pidatonya menyampaikan, refleksi historis penting dilakukan secara reguler untuk mengingat dan meneguhkan kembali tekad bangsa.

"Sejarah membimbing  umat manusia agar tidak mengulang kesalahan yang sama, sekaligus menjadi pemandu bagaimana sebuah peradaban harus dikembangkan tanpa mengesampingkan peran manusia dan kemanusiaan sebagai kuncinya," ujar Sultan.

Baca juga: Pemkab Bantul Upayakan Terwujudnya Tertib Adminduk di Lingkungan Sekolah

Sultan menambahkan, sejarah bukan hanya memori saja tetapi juga berperan sebagai pondasi wawasan kebangsaan, sebagian dari perjuangan, dan menjadi bagian esensial dalam proses nation building atau upaya pembangunan bangsa.

"Sejarah juga berperan penting dalam memelihara kedaulatan nasional. Kedaulatan memiliki nilai dan makna, baik ke dalam atau secara nasional,  maupun ke luar atau internasional," kata Raja Keraton Yogyakarta ini.

Dalam konteks nasional, kedaulatan dimaknai sebagai pengakuan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi dasar negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai motto bangsa, serta geografis NKRI sebagai wilayah teritorial Indonesia.

Adapun makna ke luar berupa pengakuan dunia internasional atas kedaulatan nasional Indonesia.

"Dari perspektif lain, kedaulatan memiliki makna historis dan sosiologis. Makna historisnya adalah Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional terhadap NKRI sebagai negara yang merdeka dan berdaulat," kata Salutan.

"Sedangkan secara sosiologis dan kontemporer, kedaulatan kita masih menghadapi berbagai tantangan dan ancaman. Beberapa tantangan seperti separatisme, upaya penggantian ideologi negara, kecaman atas penanganan permasalahan HAM, dan masuknya budaya asing dalam konteks globalisasi," sambungnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved