PSS Sleman
Dirut PT PSS Marco Gracia Paulo Buka Suara : Ini Memang Masa Sulit bagi PSS Sleman
Direktur utama (dirut) PT PSS, Marco Gracia Paulo, ikut buka suara terkait apa yang terjadi di tubuh skuat Super Elja, julukan PSS Sleman.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Polemik yang terjadi antara manajemen PT PSS dengan suporter PSS Sleman masih terus berlanjut.
Setelah suporter PSS Sleman mengadu ke Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, pihak manajemen PT PSS pun akhirnya ikut buka suara.
Terbaru, direktur utama (dirut) PT PSS, Marco Gracia Paulo, ikut buka suara terkait apa yang terjadi di tubuh skuat Super Elja, julukan PSS Sleman.
Menurut Marco, sejak awal dirinya mengaku sudah menyampaikan kepada seluruh Sleman fans bahwa PSS Sleman diperkirakan akan memulai musim kompetisi BRI Liga 1 2021 dengan langkah yang berat.
Dan hal itupun benar-benar terjadi setela PSS Sleman mengawali musim dengan cukup terseok-seok.
Baca juga: Blak-blakan Soal Tuntutan BCS, Komut PT PSS: Siapapun Pelatih Nggak Enak untuk Bersikap Objektif
Baca juga: PSS SLEMAN : Bupati Sleman Ultimatum Pemegang Saham Mayoritas PT PSS, Ini Isinya
Di saat bersamaan, para suporter PSS Sleman justru meradang dengan menuntut Dejan Antonic turun dari kursi pelatih PSS Sleman.
"Hal ini sesungguhnya sudah saya sampaikan kepada teman-teman suporter. Kami melakukan pertemuan sampai tiga kali, termasuk dengan Pak Sismantoro (mantan manajer PSS). Saya katakan langkah kami bakal berat di awal kompetisi karena persiapan kami terlambat," kata Marco, Kamis (14/10/2021).
Ia juga mengakui jika saat ini tim memasuki masa sulit karena PSS Sleman mengawali kompetisi BRI Liga 1 2021 dengan sejumlah rekor buruk.
Hingga menutup seri pertama Liga 1 tim berjuluk Super Elang Jawa ini hanya mampu memetik satu kemenangan, dari enam laga, sisanya tiga kali kalah dan dua kali hasil seri.
Sehingga PSS Sleman harus berkutat di papan bawah klasemen sementara BRI Liga 1 2021.
Kinerja dari pelatih PSS Sleman, Dejan Antonic, pun semakin dipertanyakan.

Kendati pada awal tahun Dejan Antonic berhasil membawa PSS Sleman menduduki peringkat tiga di turnamen pramusim Piala Menpora 2021, namun untuk hal itu dinilai oleh Sleman Fans sebagai suatu hal yang biasa saja.
Tidak hanya tekanan untuk memecat pelatih, tetapi Marco Gracia Paulo pun turut menjadi sasaran suporter untuk mundur dari jabatannya di PT PSS.
Selain itu salah satu pemain belakang PSS Sleman, Arthur Irawan, juga masuk ke daftar Sleman Fans untuk dituntut mundur dari tim kebanggan warga Sleman ini.
"Saya tetap percaya PSS. Namun harus diakui ini memang masa sulit bagi PSS. Meski demikian, saya optimistis PSS akan menyelesaikan ini dan maju lagi bersama," kata Marco.
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir polemik memang terjadi antara manajemen PSS Sleman dengan para suporter, di antaranya BCS.
Sejumlah tuntutan diserukan Sleman Fans yang dilengkapi dengan beberapa tagar, di antaranya #DejanOut, #MarcoOut dan #ArthurOut.
Lakukan Koordinasi
Marco menambahkan, seperti dalam unggahan video di akun instagramnya pada Selasa (12/10/2021) lalu, pembicaraan dengan suporter termasuk detil karena mengupas strategi dan peluang mendapat poin dari sejumlah pertandingan PSS Sleman.
Saat itu, suporter bisa memahami dan mendukung tim sehingga tidak ada permasalahan saat PSS Sleman mengarungi kompetisi.
PSS Sleman memang melakukan start kurang bagus.
Sempat menerbitkan harapan setelah menahan Persija Jakarta 1-1 di laga pertama, PSS Sleman dikalahkan Persiraja Banda Aceh 3-2.
PSS Sleman akhirya menang 2-1 atas Arema FC.

Namun mereka kemudian menelan kekalahan dari Madura United dan Persebaya Surabaya.
Hasil buruk saat melawan Persebaya membuat Sleman Fans kecewa.
Kinerja Dejan Antonic dinilai tak memuaskan sehingga mereka mendesak pelatih asal Serbia itu diberhentikan.
Apalagi tren buruk tim belum berakhir setelah ditahan Persik Kediri 0-0 sehingga PSS gagal keluar dari zona bawah.
Meski sudah memprediksi tim terlambat start, namun Marco tetap kecewa dengan hasil buruk itu.
Lebih dari itu, dia tak memperkirakan bila suporter tidak menerima hasil tersebut.
"Setelah kekalahan dari Persebaya, saya sudah berkomunikasi dengan perwakilan Sleman Fans dan beberapa teman yang dituakan di Sleman. Kami bersama-sama menyusun statemen yang nantinya dikeluarkan manajemen. Setelah berkali-kali direvisi, kami dan perwakilan suporter akhirnya sepakat yang kemudian diunggah. Saya sampaikan manajemen akan melakukan evaluasi ketat di seri kedua. Tidak ada kata-kata mengenai pemberhentian pelatih atau apa pun," kata Marco.
Tak heran bila Marco terkejut karena tak lama kemudian suporter menolak pernyataan yang sudah dirilis itu.
Padahal kedua belah pihak sudah sepakat dengan pernyataan tersebut.
Puncaknya saat PSS Sleman bermain imbang saat melawan Persik Kediri.
Baca juga: PSS SLEMAN: Pemegang Saham Mayoritas Belum Bisa Jawab Tuntutan BCS, Ini Alasannya
Baca juga: Belum Penuhi Tuntutan Suporter, Manajemen PSS Sleman Pilih Evaluasi Menyeluruh Bertahap
Suporter tak terima dengan hasil itu dan tetap pada tuntutannya, yaitu tiga sosok yang harus out.
Marco sendiri harus menerima kenyataan dirinya mendapat cercaan. Bahkan keluarganya mendapat teror.
Saat diadakan pertemuan dengan suporter di Bandung, Marco yang sesungguhnya dalam kondisi tak sehat mendengar dengan telinga sendiri ada yang berkata, "Kami datang hanya untuk memaki-maki Anda."
Pertemuan belum berakhir, Marco mengalami serangan jantung sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Dalam situasi itu, Marco masih diteriaki, "Mati aja lu!"
"Saya bingung mengapa bisa terjadi? Bagaimana ketika keluarga Anda jatuh terus diteriaki seperti itu oleh keluarga sendiri. Saya tidak mengerti dan saya berharap suatu hari bisa memperbaiki itu," tutur dia.

"Meski begitu, di media saya masih juga dibilang berakting dan lain-lain. Itu saya bingung, saya tidak mengerti bagaimana perasaan istri saya melihat suaminya dikatakan seperti itu. Sementara, ada perwakilan suporter yang tahu bagaimana keadaan saya saat menjalani perawatan," ujarnya lagi.
Marco juga menanggapi pertemuan perwakilan Sleman Fans dengan stake holder atau pemegang saham di Jakarta.
Pertemuan itu diadakan karena suporter menilai pertemuan dengan Direktur Utama PT PSS tak membuahkan hasil.
"Maaf, saya ingin meluruskan. Pertemuan itu sudah dirancang jauh-jauh hari. Saya sudah tahu rencana itu sebelum pertandingan melawan Persik. Saya sudah tahu semuanya, sampai soal logistik yang disiapkan. Pertemuan itu bukan karena kecewa dengan hasil pertemuan dengan saya tetapi memang sudah disiapkan jauh-jauh hari," ucap Marco.
( tribunjogja.com )