Kecelakaan Truk di Breksi

Update Laka Truk Maut di Breksi: Masalah Krusial, Inilah Temuan dan Hasil Investigasi KNKT

KNKT memaparkan fakta-fakta di lapangan mulai dari kondisi medan atau lokasi jalan hingga temuannya terkait kondisi kendaraan truk pengangkut batu

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Yoseph Hary W
dok.istimewa/ Giyanto
Truk yang mengalami kecelakaan di Jalan Breksi Prambanan, Jumat (3/8/2021) malam 

Truk tersebut bermuatan batu taman yang diambil dari Dusun Groyikan, Sambirejo, Prambanan. Truk yang membawa batu taman itu rencananya akan menuju ke Dusun Draman, Piyungan, Bantul.

Namun nahas sesampainya di Jalan Breksi, tepatnya di sebuah gapura Dusun Gunungsari, Sambirejo, Prambanan truk tersebut mengalami rem blong dan supir tidak dapat mengendalikan laju truk.

Dikatakan Galang, saat truk tersebut lepas kendali dan menabrak sebuah pagar, selanjutnya truk berwarna kuning itu terseret hingga sejauh kurang lebih 30 meter karena kontur jalan yang menurun.

Dari keterangan Iptu Galang, ada sembilan orang yang saat itu berada di bak truk tersebut dan satu orang lainnya menemani supir truk yang nahas itu.

Hasil investigasi KNKT

Setelah peristiwa tragis tersebut, KNKT turun tangan. Berdasarkan investigasinya, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan menjelaskan sejumlah temuan di lapangan.

Pertama, ia menyebutkan bahwa Jalan Breksi dengan panjang 1,83 kilometer dan perbedaan ketinggian hingga 191 meter membentuk jalur turunan curam dengan gradien hingga 35 persen. Bentuk jalur semacam ini akan sangat berbahaya bagi sebagian jenis kendaraan.

"Contoh kendaraan yang sangat berisiko pada daerah dengan topografi seperti itu adalah truk, bus, dan sepeda motor jenis skuter matik (skutik)," ungkap Wildan.

Wildan pun menjelaskan bahwa truk di Indonesia yang bukan ditujukan sebagai angkutan tambang berspesifikasi khusus, hanya didesain dengan kemampuan torsi untuk melalui jalan dengan gradien di bawah 30 persen.

"Jika truk biasa mendaki jalan di atas grade yang tertera dalam spesifikasi teknis, maka kendaraan tersebut berisiko mengalami malfungsi seperti overheat, vanbelt putus, hingga blok mesin pecah," katanya melanjutkan.

Dari hasil tanya jawab kepada pengemudi truk yang mengalami kecelakaan, Wildan mendapatkan keterangan bahwa vanbelt truk tersebut putus saat mencapai di atas bukit sekitar kawasan Candi Ijo.

Kesalahan yang dilakukan pemilik kendaraan dan pengemudi adalah tidak segera melakukan penggantian vanbelt.

Padahal, truk yang dikemudikan menggunakan mesin non-commonrail dengan sistem rem Full Hydraulic Brake. Untuk mendorong minyak rem menekan kampas ke tromol, menggunakan sistem vacuum booster.

Guna menyedot udara untuk menciptakan kevakuman agar rem dapat bekerja, dibutuhkan alternator yang terhubung dengan vanbelt. Putusnya vanbelt tersebut menyebabkan alternator tidak dapat bekerja. Akhirnya pedal rem akan sulit diinjak.

Ketidaktahuan pemilik kendaraan dan pengemudinya terhadap sistem rem semacam ini jadi sebuah kesalahan fatal yang berujung pada kecelakaan maut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved