Update Covid 19 Indonesia
Tanggapan Epidemiolog Angka Kematian COVID-19 Dihapus: Bukan Cuma Salah, Tapi Berbahaya
Ahli epidemiologi Dicky Budiman dalam akun Twitternya @drdickybudiman mengatakan bahwa data kematian adalah ukuran vital kesehatan suatu populasi,
"Ini harus dilihat kematiannya," ungkap dia.
Oleh karena itu, jika indikator angka kematian untuk Covid-19 dihapuskan akan berbahaya.
"Berbahaya karena bisa salah interpretasi, salah strategi, termasuk salah ekspektasi," imbuhnya.
Selain semua pengendalian penyakit memerlukan indikator angka kematian, Dicky berkata, dalam tataran nasional semua negara memerlukan statistik angka kematian yang akurat dan tepat waktu.
"Memang itu idealnya (akurat dan tepat waktu). Tapi bukan berarti kalau enggak akurat dan tepat waktu kemudian dihapuskan, bukan seperti itu," tegasnya.
Dicky yang juga menjadi penasehat bagi Pemerintah Indonesia dalam membuat strategi penanganan pandemi mengatakan bahwa dirinya mengusulkan bahwa manajemen data harus ditingkatkan.
Dia berkata, statistik angka kematian penting untuk menginformasikan bagaimana performa kebijakan kesehatan, strategi, dan dampak terhadap strategi yang juga meliputi sosial dan ekonomi.
Inilah yang menyebabkan seluruh dunia menggunakan angka kematian untuk memantau kemajuan suatu negara dalam membangun kesehatan nasional.
"Begitu pentingnya statistik kematian, jadi tidak boleh diabaikan," tegasnya.
Dalam twit yang lain, Dicky juga menuliskan bahwa respons pandemi ditujukan antara lin untuk mengurangi kematian.
Karena itulah, dia berkata, memahami berapa banyak kematian yang terjadi sangat penting sebagai tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan.
"Kapasitas pelaporan yang terbatas harus diperbaiki," tulisnya.(*)