Feature
Jangan Khawatir Kangen Daerah Jogja, Ada Menu Khas Angkringan di Jayapura
Anda sedang di Kota Jayapura, Provinsi Papua? Kangen tongkrongan jajan ala Yogya/Solo? Tenang, warung Angkringan Meniko bisa jadi obatnya.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Agus Wahyu
Anda sedang di Kota Jayapura, Provinsi Papua? Kangen tongkrongan jajan ala Yogya/Solo? Warung angkringan ini bisa jadi obat pelipur lara. Anda bisa mampir di Angkringan Meniko yang dikelola pasangan suami istri asal Lamongan-Bantul.
LETAKNYA di seberang markas Detasemen Peralatan Kodam (Paldam) Kodam XVII/Cenderawasih. Posisinya ada di sebelah Hotel Fox Jayapura, dan hanya sekitar 100 meter saja dari kantor Kanwil Bank Mandiri Papua.
Warga kota ini lebih mengenal kawasan ini Pasar Paldam atau Pasar Ampera. Dari Mapolresta Jayapura juga tidak terlalu jauh.
Bayu Satria, pemilik angkringan ini tiga tahun terakhir meminjam area di seberang markas Paldam. Sebelumnya, ia mencoba usaha angkringan jalur menuju Makodam XVII/Cenderawasih. Ia merintis usaha dari nol.
Bayu Satria berdarah Jawa-Sunda. Ayahnya Lamongan Jawa Timur, ibunya dari Jawa Barat. Bayu bekerja sebagai prajurit TNI di Paldam. Istrinya berasal dari Kretek, Bantul.
"Istri saya yang menyiapkan semua masakan," kata Bayu Satria kepada Tribun Jogja, Sabtu (12/6/2021) malam.
Menurut Bayu, ide membuka usaha angkringan ala Yogya di Jayapura datang dari pakdenya yang sukses di Denpasar, Bali. Pakdenya itu membuka usaha yang sama, angkringan khas Yogya. "Saya disarankan coba saja di Jayapura," kata Bayu yang lahir dan besar di Papua.
Istrinya juga sama-sama lahir dan besar di Papua. Mertuanya yang asal Bantul, bertahun lalu dikirim ke Wamena, sebagai guru. Sedangkan ayah Bayu bertugas sebagai anggota TNI, berpindah-pindah penugasan, termasuk di Sorong. Bayu lahir di kota itu.
Menuruti saran pakdenya, Bayu dan istri memulai peruntungan. Mereka berjualan di gerobak kecil, menyajikan menu-menu khas angkringan atau warung hik.
Saat itu belum ada satupun warung angkringan seperti yang mereka buat di ibu kota Papua itu. "Boleh dibilang memang pionir, tapi sekarang yang sudah mulai banyak yang pakai konsep angkringan," jelas bapak dua anak ini.
Secara penampilan fisik, Angkringan Meniko berusaha semirip mungkin dengan lapak hik di Yogya atau Solo. Menggunakan gerobak dorong, wadah menu lauk pauk ada di tengah meja. Sekelilingnya ada papan kayu tempat pengunjung bisa menikmati hidangan nasi kucing atau nasi bungkus.
Pembedanya, jika di gerobak-gerobak dorong angkringan dilengkapi tungku penjerang air untuk minuman, di Angkringan Meniko tidak ada. Jadi di meja gerobak khusus untuk menyajikan hidangan. Lauk lauk di angkringan
ini sudah mirip seperti yang disajikan di angkringan khas Yogya/Solo. Ada satai usus, satai ati ampela, satai telur puyuh, bacem ceker dan kepala, satai bakso, tahu-tempe bacem, tempe mendoan, bakwan jagung, dan bakwan sayur taoge wortel kubis.
Menu nasi bungkusnya ada nasi lauk sambal teri, nasi sambal ikan, nasi rica ayam, dan nasi bakar. Di angkringan ini juga disediakan botok lamtoro/manding dan pepes telur. Untuk nasi bungkus atau nasi kucing, porsi nasi dan lauk sedikit lebih banyak daripada nasi kucing ala Yogya/Solo.
Sedangkan cita rasa lauk pauknya rata-rata dibuat manis pedas. "Kita sesuaikan lidah orang sini yang tidak begitu suka manis saja. Mereka senang sambal," kata Bayu yang tinggal di Distrik Abepura.