PDAM Gunungkidul Jelaskan Soal Pipa Bocor di Saptosari
Belum lama ini beredar potongan video di media sosial terkait warga yang mengambil air dari pipa yang bocor.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Belum lama ini beredar potongan video di media sosial terkait warga yang mengambil air dari pipa yang bocor.
Menurut informasi yang beredar, pipa tersebut milik PDAM dan berada di wilayah Kapanewon Saptosari, Gunungkidul.
Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Toto Sugiharta membenarkan bahwa pipa tersebut dikelola pihaknya. Adapun pipa itu kini sudah diperbaiki.
Baca juga: Ribuan Pedagang Sleman Ditarget Rampung Jalani Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama Pada Akhir Juni
"Pipa yang dilaporkan bocor tersebut sudah kami perbaiki kemarin," kata Toto dihubungi pada Kamis (03/06/2021).
Menurutnya, pipa yang berada jalan penghubung Kalurahan Kanigoro dan Krambil Sawit tersebut kerap mengalami kerusakan. Proses perbaikan pun sudah dilakukan beberapa kali.
Toto menjelaskan kerusakan disebabkan oleh material antar pipa yang berbeda, yaitu pipa berbahan galvanis (baja) dan HDPE (plastik bertekanan). Keduanya dihubungkan oleh coupler (cincin penghubung).
"Coupler-nya mudah lepas sehingga menyebabkan kebocoran tersebut," jelasnya.
Adapun perbaikan dilakukan dengan mengganti pipa baja dengan jenis PVC. Toto pun memastikan perbaikan yang dilakukan tidak akan memunculkan kebocoran lagi.
Bocornya pipa tersebut beberapa waktu lalu langsung dimanfaatkan warga sekitar untuk mengambil airnya. Mereka pun bersama-sama menampung air tersebut dengan ember hingga jeriken.
Rabiyati (56), warga asal Pedukuhan Klumprit mengungkapkan kebocoran tersebut baru terjadi kali ini. Bocornya pipa seakan bertepatan dengan masalah sulit air yang mulai menimpa warga.
"Lumayan bisa dapat air bersih tanpa harus beli," katanya pada wartawan.
Baca juga: DW, Korban Pengeroyokan yang Tewas Dini Hari Tadi Dikenal Punya Solidaritas Pertemanan yang Tinggi
Klumpit sendiri menjadi salah satu wilayah yang mulai kesulitan air pada musim kemarau ini. Biasanya, warga membeli air seharga Rp 150 ribu sampai Rp 160 ribu untuk 5 ribu liter.
Air ini pun dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari mandi, minum, mencuci, hingga memandikan ternak.
"Terkadang bantuan dari pemerintah kurang mencukupi sehingga kami harus beli," ungkap Rabiyati. (alx)