Penyebaran Kasus Covid-19 di Wirobrajan Kian Meluas, Berikut Langkah yang Ditempuh Pemkot Yogyakarta

Setidaknya hingga Selasa (11/5/2021) hari ini, sudah ada 29 kasus positif virus corona yang ditemukan di wilayah tersebut.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
news.un.org
ilustrasi Virus Corona (Covid-19) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Puluhan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terjadi di wilayah Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

Setidaknya hingga Selasa (11/5/2021) hari ini, sudah ada 29 kasus positif virus corona yang ditemukan di wilayah tersebut.

Temuan inipun menunjukkan bahwa kasus kian meluas, bila dibandingkan dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang terjadi di hari sebelumnya. 

Sebaran virus corona di sebuah RT di kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta ini memang disebut kian meluas dengan adanya laporan tambahan 19 warga yang dinyatakan positif terpapar Covid-19.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan dari hasil pemeriksaan Senin (10/5/21), dari 20 orang yang sebelumnya positif test antigen, 19 di antaranya mendapati hasil serupa saat menjalani test PCR.

Baca juga: Pemkot Yogya Instruksikan Pengetatan Akses Objek Wisata dan Kunjungan dari Luar Daerah

Baca juga: Epidemiolog UGM : Kebijakan Larangan Mudik Efektif Tekan Penularan Covid-19 jika Masyarakat Patuh

Sejauh ini, proses tracing pun masih terus dilangsungkan oleh Pemkot Yogyakarta.

"Kemudian, 39 orang yang kemarin test antigen, hasilnya sembilan orang positif. Kemudian, hari ini test PCR, tinggal tunggu hasil," terangnya, Selasa (11/5/2021).

80 Orang Kontak Erat

Dari rentetan kasus tersebut, secara keseluruhan, ada 80 orang yang dikategorikan sebagai kontak erat.

Namun, karena kasus positif terus bertambah, maka tracing pun dipastikan bakal diperluas. Hal tersebut, guna mengantisipasi adanya kontak erat baru dari 19 kasus teranyar.

"Tracing akan kita kembangkan, yang 19 orang itu kontak erat dengan siapa saja, agar kita dapat melakukan blocking secara maksimal. Nah, tim dari Satgas sedang ke sana ini, untuk melihat sebarannya," terangnya.

Heroe pun memastikan, pembatasan aktivitas warga masih tetap diberlakukan, sampai proses pelacakan benar-benar rampung.

Oleh sebab itu, ia meminta kesadaran seluruh warga, yang merasa pernah kontak erat dengan pasien positif, agar bersedia menjalani skrining.

"Semakin lama menemukan orang yang harus dites, itu jelas mengakibatkan lamanya blokade, atau pembatasan akses di wilayah tersebut. Kalau bisa selesai cepat, maka kita bisa menentukan barapa lama itu," cetusnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi saat memberikan keterangan pers, di ruang kerjanya, komplek Balai Kota Yogyakarta, Selasa (11/5/2021).
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi saat memberikan keterangan pers, di ruang kerjanya, komplek Balai Kota Yogyakarta, Selasa (11/5/2021). (TRIBUNJOGJA.COM / Azka Ramadhan)

"Maka, harus ada kesadaran. Kalau masuk kontak erat, ya sukarela saja untuk dites, demi mencegah sebaran virusnya, dan mempercepat pembatasan akses," lanjut Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 tersebut.

Ia tak menampik, kontak erat yang muncul memang cukup banyak dan kasus merebak dengan sangat cepat di kawasan RT 56 tersebut.

Pasalnya, protokol kesehatan disinyalir tidak diterapkan secara disiplin oleh warga.

Padahal, satgas dari posko PPKM Mikro berulang kali menegur.

"Rumah-rumahnya kan sangat berdekatan. Terus masih ada aktivitas buka bersama juga, tidak pakai masker dan prokes kurang dijalankan. Itu kan satu trah ya, kelurga besar. Jadi, memang susah," kata Heroe. 

Dugaan Pemicu Kasus

Sebelumnya, Heroe Poerwadi juga mengatakan sejauh ini proses tracing masih dilanjutkan, sekaligus untuk mencari tahu awal mula kasus merebak.

Ia mengakui, ada beberapa hal yang diduga jadi pemicu Covid-19 menyebar begitu cepat.

"Ya, sempat ada acara buka bersama di keluarga besar itu. Bahkan, ada juga yang sempat pijat, atau kerokan satu sama lain, karena mereka itu satu trah. Kemudian, pemukimannya pun padat," ungkapnya, Senin (10/5/2021).

"Penghuninya sebagian besar keluarga besar atau trah. Jarak antar rumah juga sangat dekat. Jadi, bisa dibayangkan, ya, di kawasan itu, sangat rawan terjadi sebaran kasus, seperti yang terjadi sekarang ini," imbuh Heroe.

Menurutnya, seorang lansia yang memiliki riwayat komorbid tercatat sebagai kasus pertama yang dijumpai, sebelum akhirnya merebak.

"Si ibu sakit sejak 13 April, seperti flu, pilek dan lain-lain. Tapi, ibu ini memang sakit-sakitan dan ada komorbid. Terus, beberapa hari kemudian dibawa ke RS dinyatakan Covid-19 dan meninggal 28 April lalu," cetusnya.

Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19
Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19 (Shutterstock/Kobkit Chamchod via kompas.com)

Kemudian, tetangga yang juga saudara dari ibu itu, muncul keluarga yang terinfeksi virus corona.

Hanya saja, kasusnya ditengarai oleh anaknya yang merupakan perawat di salah satu RS di luar kota.

Alhasil, akhirnya, beberapa anggota keluarganya juga dinyatakan terpapar.

"Begitu juga beberapa anggota keluarga di depan rumah ibu yang meninggal itu, kedapatan kena Covid-19. Bahkan, oleh keluarga besar, rumahnya sempat digunakan untuk ajang buka bersama di trahnya," urai Heroe.

Wakil Wali Kota Yogyakarta itu pun mengakui, tidak mudah meneluri rentetan kasus yang terjadi di pemukiman padat, di mana penduduknya sebagian besar satu saudara, serta diduga abai terkait protokol kesehatan.

Padahal, Satgas PPKM Mikro berulang kali menegur.

Baca juga: Pemeriksaan Acak Surat Bebas COVID-19 Kembali Diterapkan di Kota Yogyakarta Selama Libur Lebaran

Baca juga: Ini Alasan Sri Sultan HB X untuk Kembali Tiadakan Garebeg Syawal

Kemudian, penyebab lain adalah kurang tanggapnya pihak keluarga, saat sanak saudaranya sakit dan bergejala ke arah Covid-19.

Misalnya, ada anggota keluarga yang tidak enak badan, seperti flu, pilek, atau batuk, dan tidak dibawa ke faskes terdekat, namun malah dipijat.

"Akhirnya tukang pijat yang juga saudaranya itu positif, lalu ada juga yang saling kerokan. Semuanya itu baru ketahuan Covid-19 setelah berhari-hari sakitnya tidak sembuh, dan dibawa menuju rumah sakit," katanya.

"Padahal, sebelum dinyatakan positif, interaksinya tanpa prokes, antara keluarga dan tetangganya. Hal itu, ya karena tidak memahami gejala-gejala yang muncul mengarah ke paparan corona," imbuh Wawali. 

( tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved