Pondok Pesantren Ainul Yakin Tepus Gunungkidul, Terima Santri ODGJ dan ABK
onpes yang berdiri sejak 2017 ini benar-benar menerima santri dari berbagai kalangan. Sebagian besar santrinya justru Orang Dengan Gangguan Jiwa
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan", demikian kutipan dari Pasal 31 ayat (1) UUD 1945. Konstitusi ini menyatakan jelas bahwa pendidikan tidak memandang kondisi apapun dari pesertanya.
Mungkin itu pula yang ada di benak Muhidin Isma Almatin, pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Ainul Yakin. Ponpes ini berada di Pedukuhan Karangtengah, Kalurahan Sumberwungu, Kapanewon Tepus, Gunungkidul.
Ponpes yang berdiri sejak 2017 ini benar-benar menerima santri dari berbagai kalangan. Sebagian besar santrinya justru Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) serta Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Baca juga: Sidak Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Darurat, Wabup Klaten: Stok Aman dan Harga Relatif Stabil
"Ada pula santri yang memiliki ketergantungan narkoba, hingga lulusan S2 luar negeri," ungkap Muhidin pada wartawan, Kamis (15/04/2021) lalu.
Pria yang disapa Abi Guru Isma ini menuturkan ia sebelumnya memiliki lembaga terapis di Kota Yogyakarta pada 2005. Beberapa tahun kemudian, berkembang jadi ponpes di 2012.
Sejak awal mendirikan ponpes, Abi memang berniat untuk menerima para santri dari kalangan terpinggirkan secara sosial. Namun upayanya tersebut sempat menjumpai berbagai rintangan.
Pasalnya, ponpes yang sebelumnya berada di Kampung Nitikan itu berada di tengah perkampungan warga. Konflik pun kerap terjadi lantaran ada santri yang masuk ke rumah mereka.
"Akhirnya diputuskan pindah ke Tepus ini. Namun sempat diragukan juga karena lokasinya jauh dan sulit air," jelas Abi.
Tak menyerah, ia lalu mendekati warga sekitar demi mendapatkan dukungan. Ponpes di lahan seluas 3.800 meter persegi pun lantas berdiri, dan warga setempat bersedia membantu pendirian.
Mereka pun juga bersedia menjadi pengajar dan pengasuh para santri. Total saat ini ada 53 warga setempat yang jadi pengasuh. Sedangkan jumlah santrinya saat ini mencapai 143 orang.
Santri itu terdiri atas 17 ODGJ, santri umum sekitar 30-an orang, dan sisanya ABK. Abi juga menyebut masih ada 200-an santri yang antri ingin bergabung ke ponpes miliknya itu.
"Banyak yang ingin menitipkan, namun karena kapasitas terbatas belum bisa kami terima," jelasnya.
Menurut Abi, calon santri baru bisa bergabung jika santri ABK dan ODGJ yang sudah ada mampu hidup mandiri. Ponpes pun turut mendampingi hingga mereka nantinya benar-benar siap membaur dengan masyarakat.
Sedangkan untuk biaya, Abi tidak mematok harga standar. Sebagian membayar, namun lainnya gratis karena menyesuaikan kondisi keluarganya.
Mengingat masih baru, saat ini santri dikelompokkan dalam 3 kelas menyesuaikan kondisi santri. Selebihnya tidak ada program pendidikan khusus bagi mereka.
Baca juga: DPRD Kota Yogya Menyapa, Para Lurah Keluhkan Pemberhentian Bantuan Permakanan Warga Isoman