Pandemi, Labuhan Merapi Peringatan 32 Tahun Tinggalan Jumenengan Dalem Dibatasi 30 Orang

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melaksanakan Labuhan Merapi untuk memperingati 32 tahun, Tinggalan Jumenengan Dalem atau kenaikan tahta

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Prosesi Labuhan Merapi di untuk memperingati 32 tahun, Tinggalan Jumenengan Dalem atau kenaikan tahta, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Cangkringan, Sleman 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melaksanakan Labuhan Merapi untuk memperingati 32 tahun, Tinggalan Jumenengan Dalem atau kenaikan tahta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Tradisi tahunan tersebut dilangsungkan secara terbatas. Sebab, gunung Merapi masih berstatus siaga (level III), sekaligus mempertimbangkan situasi pandemi corona. 

"Masa pandemi ini dibatasi. Kondisi Merapi juga siaga III. Jadi yang diwajibkan naik (ikut prosesi labuhan Merapi) hanya 30 orang. Selain itu tidak boleh naik," kata Juru Kunci Merapi Mas Wedana Suraksohargo Asihono atau biasa dipanggil Mas Asih, Senin (15/3/2021). 

Baca juga: DI Yogyakarta Dinilai Mampu Jadi Percontohan Penurunan Angka Stunting

Ia mengungkapkan, secara prinsip labuhan Merapi tahun ini hampir sama dengan tahun sebelumnya.

Tidak ada perbedaan. Hanya saja peserta yang ikut dibatasi.

Pada tahun-tahun sebelumnya, masyarakat diperbolehkan mengikuti tradisi tahunan itu sampai ke atas.

Namun, tahun ini hanya boleh mengikuti prosesi sampai Tugu Rudal. Yang boleh naik hanya abdi dalem dan tim pendamping. 

Prosesi Labuhan sendiri dimulai dari petilasan Mbah Maridjan, Pendopo Kinahrejo, Cangkringan, sekira pukul 06.40 WIB.

Mas Asih bersama rombongan abdi dalem berjalan kaki menuju alas bedengan atau Sri Manganti membawa uborampe yang sehari sebelumnya, Minggu (14/3/2021), diantar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kapanewon Depok menuju Cangkringan dan diinapkan sehari semalam di Pendopo Kinahrejo. 

Baca juga: Bank Indonesia DI Yogyakarta Tinjau Kebijakan DP 0 persen pada Perumahan dan Kendaraan Mobil

Uborampe tersebut berisi kain sinjang cangkring, sinjang kawung kemplang, semekan gadhung, semekan gadhung melati, semekan banguntulak, kampuh poleng ciut, dhestar daramuluk dan paningset udaraga masing-masing satu lembar. 

Banyak masyarakat yang ingin mengikuti prosesi labuhan Merapi hingga naik, namun Mas Asih mengharapkan semua pihak menyadari.

Sebab labuhan tahun ini pesertanya dibatasi. Kendati demikian, masyarakat yang ingin ngalap berkah tetap masih bisa dengan menunggu di pendopo Kinahrejo. 

"Kami mohon pengertiannya, apabila ada yang niat untuk naik, tidak diperbolehkan karena kondisi, kami mohon maaf semuanya. Mudah-mudahan ini ditaati dan juga untuk menjalankan protokol kesehatan," ungkap dia. (Rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved