PMI Gunungkidul Sebut Antusias Warga Untuk Jadi Donor Plasma Konvalesen Sangat Tinggi
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Gunungkidul, Iswandoyo mengungkapkan ada banyak warga yang mendonorkan plasma darahnya.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Plasma konvalesen merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menangani pasien COVID-19.
Konvalesen diambil dari plasma darah warga penyintas COVID-19, alias pernah terkonfirmasi positif dan dinyatakan sembuh.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Gunungkidul, Iswandoyo mengungkapkan ada banyak warga yang mendonorkan plasma darahnya.
"Ada banyak yang ingin mendaftar, setidaknya sudah 10 orang yang sudah mendonorkan," katanya pada wartawan, Minggu (14/03/2021).
Baca juga: Lima Pimpinan Satker Kementrian Perindustian di DI Yogyakarta Tandatangani Surat Zona Integritas
Menurut Iswandoyo, sosialisasi donor plasma konvalesen sudah dilakukan beberap waktu terakhir. Adapun prosesnya juga didukung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul dan RSUD Wonosari.
Meski banyak yang berminat, PMI Gunungkidul belum bisa melakukan mandiri pengambilan dan pengolahan plasma konvalesen.
Pasalnya, diperlukan alat khusus untuk itu.
"Kami belum memiliki alatnya, sebab harganya mencapai Rp 2 miliar," ungkap Iswandoyo.
Mereka yang ingin mendonorkan pun didata PMI Gunungkidul.
Lantas diarahkan ke PMI DIY atau rumah sakit yang tengah membutuhkan dan mampu menangani pengambilan plasma konvalesen.
PMI Gunungkidul hingga kini masih dilibatkan dalam penanganan COVID-19, termasuk pemakaman jenazah.
Iswandoyo mengungkapkan total sudah 393 jenazah yang mereka tangani.
"Penanganan jenazah kami lakukan jika warga memerlukan pendampingan," jelasnya.
Kendati demikian, warga di sejumlah kalurahan kini mulai berani melakukan pemakaman sendiri.
Sebab PMI Gunungkidul sudah memberikan edukasi dan pelatihan tata cara pemakaman dengan protokol kesehatan.
Danang Prabowo, salah satu relawan pemakaman PMI Gunungkidul mengaku kini sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut. Kondisi itu jauh berbeda saat awal pandemi.
Baca juga: Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Optimis Produksi Kedelai 2021 Bisa Sesuai Target
"Saat itu terasa berat karena belum terbiasa melakukan pemakaman dengan harus mengenakan APD lengkap," tuturnya.
Lantaran sudah terbiasa, Danang mengatakan saat ini ia bersama rekan-rekan sesama relawan sudah bisa mengelola dengan baik. Bahkan sudah bisa menyisihkan waktu bersama keluarga.
Meski begitu, ia memastikan tim relawan pemakaman tetap siap 24 jam. Sebagai antisipasi jika ada warga yang membutuhkan pendampingan untuk memakamkan.
"Pokoknya begitu ada tugas kami sudah harus siap menggunakan APD dan menuju lokasi," kata Danang. (alx)