Kota Yogya

Penjual Sate di Malioboro yang Merasa Lega PSTKM Longgar hingga Pukul 21.00 WIB

Perempuan yang sudah 6 tahun berjualan sate Madura itu tidak menampik, program PSTKM merugikan dirinya.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ardhike Indah
Junati, pedagang sate di Malioboro yang merasa lega peraturan PSTKM cukup longgar hingga pukul 21.00 WIB 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tangan kanan Junati dengan cepat mengibaskan kipas ke sate-sate yang dibakar di panggangan arang.

Tangan kirinya sibuk membalikkan sate agar daging ayam yang dibakar merata.

Sesekali, ia terdengar berbicara dengan seseorang di HP monofoniknya yang ia sisipkan di antara telinga dan pundak.

Junati menyapa semua orang yang lewat, berharap ada satu orang yang mau membeli Sate Madura racikannya.

Namun, ia cukup rileks karena waktu berjualan masih cukup panjang.

Baca juga: Libur Imlek, Kawasan Malioboro Mulai Dipadati Kendaraan dan Wisatawan Lokal

“Tapi kalau sekarang saya sih lega karena kebijakannya (PSTKM) longgar sampai jam 21.00,” kata Junati kepada Tribunjogja.com, Jumat (12/2/2021) malam.

Junati adalah satu dari sekian banyak penjual sate yang berdagang di sepanjang Jalan Malioboro.

Setiap hari, ia membawa kurang lebih 75-100 tusuk.

Satu porsi harga satenya berkisar Rp 12 ribu - Rp 15 ribu, berisi 10 tusuk sate.

Selama beberapa bulan ini, Junati memang terdampak program Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM).

Dua minggu di awal Januari 2021, ia harus mematuhi aturan dan tidak berdagang lebih dari pukul 19.00 WIB.

“Pas itu, ya kami harus ikut peraturan. Tutup jam 19.00, jam 18.30 harus sudah kukut,” kenangnya.

Perempuan yang sudah 6 tahun berjualan sate Madura itu tidak menampik, program PSTKM merugikan dirinya.

Ia terbiasa buka lapak di sisi pedestrian Malioboro mulai pukul 16.00 WIB.

Apabila diminta tutup pukul 19.00, maka ia belum bisa menjual apapun.

“Ya, itu pernah, belum sempat kejual sudah suruh tutup,” ujarnya sembari tersenyum.

Baca juga: Sebelum Masuk Kawasan Malioboro, 100 Pengunjung Luar Kota Akan Dites Rapid Antigen Acak Gratis

Semakin ke sini, kebijakan PSTKM yang cukup longgar membuatnya bisa bernafas lega.

Setidaknya, Junati dapat membawa pulang Rupiah ke rumah.

Dengan uang itu, ia bisa menambah pendapatan keluarga untuk hidup anak-anaknya.

“Kalau sekarang lumayanlah sudah kejual beberapa porsi. Libur panjang juga jadi ramai,” tuturnya lagi.

Sate yang ia bawa semuanya adalah sate ayam.

Ada juga campuran daging ayam dan telur puyuh yang juga dibakar dan diberi bumbu kacang.

Rasa satenya enak. Junati tidak membakar terlalu gosong.

Bumbu kacang yang ia taruh diatas sate cukup manis.

Apabila ditambah sambal, rasanya juga lebih nendang dan membuat pembeli ingin terus memakannya.

“Saya senang bisa boleh berjualan lebih lama lagi. Pinginnya ya corona hilang juga,” ucap Junati.

TIDAK JUALAN SAAT HUJAN DERAS

Selain kebijakan PSTKM yang mempengaruhinya, Junati juga terdampak cuaca ekstrem yang sedang melanda DI Yogyakarta.

Ketika hujan deras melanda, ia memilih untuk tidak berjualan.

Baca juga: Libur Imlek, Wisatawan di Malioboro Dibatasi 700 Orang per Hari

“Saya kalau hujan deras, kabur saja ke mal,” katanya sambil tertawa.

Area berjualan Junati berada tepat di depan Gedung DPRD DIY sehingga, ia tidak perlu berjalan jauh menuju Mal Malioboro.

“Kalau mau menunggu di sini, juga tidak ada yang beli. Mending kabur saja dulu ke mal, sampai hujan reda,” tutur Junati lagi.

Ia tidak mengindahkan dagangannya.

Sate dan perlengkapan ditinggal begitu saja di tengah hujan.

Lebih baik pergi sebentar daripada harus was was dengan pohon besar yang tertanam di sekitar situ jatuh.

“Ditutupi plastik, biar enggak kehujanan. Enggak hilang lah, enggak ada yang lewat juga,” tandasnya tertawa. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved