Siaga Merapi
BPPTKG : Volume Kubah Lava Merapi Saat Ini Masih Kecil, Kewaspadaan Harus Terus Kita Lakukan
Sejak 4 Januari 2021, Gunung Merapi mengalami fase erupsi baru, yakni fase erupsi 2021.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Bersamaan dengan itu, kejadian kegempaan guguran yang tinggi memang merupakan cerminan aktivitas erupsi.
Walau demikian, intensitas erupsi ini, kata Hanik, terhitung masih rendah.
"Selama erupsi data guguran merupakan data pemantauan yang penting yang mencerminkan perkembangan erupsi. Saat ini jumlah guguran terus dalam kecenderungan meningkat. Dominasi ke arah barat daya setelah erupsi 4 Januari 2021," bebernya.
Ia menambahkan, pengamatan perubahan morfologi Gunung Merapi paling signifikan berada di arah barat daya.
Sedangkan, morfologi kubah dan puncak dari sektor tenggara tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Baca juga: Pemkab Klaten Perpanjang Status Tanggap Darurat Gunung Merapi hingga Akhir Januari 2021
"Kubah lava baru pada kawah belum teramati dari Deles. Namun demikian, kita harus tetap concern pada pemantauan di dalam kawah," imbuh Hanik.
Ia menuturkan, kondisi data pemantauan saat ini mengarahkan pada 4 kemungkinan kelanjutan aktivitas Gunung Merapi.
Probabilitas aktivitas lanjutan Gunung Merapi per 22 Januari 2021 pukul 00.00 WIB di antaranya intrusi 17,9 persen, crypto-eks 18,8 persen, eksplosif 20 persen, dan efusif 43,2 persen.
"Berdasarkan total distribusi probabilitas dari 17 indikator, probabilitas kelanjutan aktivitas saat ini dominan ke arah erupsi efusif, yakni sebesar 43,2 persen. Namun, masih ada kemungkinan ke arah lain," tandas Hanik.
"Ini Merapi-nya kalem. Dalam arti terus terjadi proses, namun pelan-pelan tapi pasti. Untuk kewaspadaan harus terus kita lakukan," sambungnya. ( Tribunjogja.com )