Siaga Merapi

Kisah Ranto Kresek Abadikan Momen Lava Pijar Gunung Merapi

Lurah Desa Pakembinangun, Suranto atau lebih dikenal dengan Ranto Kresek cukup dikenal dengan hobinya memotret momen-momen spesial  Gunung Merapi.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi Suranto / Ranto Kresek
Hasil jepretan Ranto Kresek dalam mengabadikan peristiwa lava pijar Gunung Merapi pada Senin (4/1/2021) pukul 19.51 WIB. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lurah Desa Pakembinangun, Suranto atau lebih dikenal dengan Ranto Kresek cukup dikenal dengan hobinya memotret momen-momen spesial  Gunung Merapi

Foto-foto itu diabadikan dalam akun Instagram pribadinya, @ranto_kresek yang telah memiliki 1.000 lebih pengikut dan juga akun Facebook miliknya. 

Momen runtuhan lava pijar Gunung Merapi yang terjadi beberapa hari terakhir sejak 31 Desember 2020, tak ketinggalan terekam dalam lensanya. 

Bahkan, foto Ranto pada 4 Januari 2021 yang menunjukkan api diam dan lava pijar di puncak Gunung Merapi digunakan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) sebagai satu di antara sumber informasi. 

Baca juga: Update Gunung Merapi : Guguran Lava Pijar Diperkirakan 500 M ke Arah Barat Daya

Ranto mengaku, menjalani semua itu sebagai sebuah hobi.

Ia melakoninya sejak beberapa tahun lalu.

Akun Instagram miliknya pun mendokumentasikan foto-foto momen Gunung Merapi sejak 2018.

"Memang karena senang, hobi. Hampir setiap sore, malam, atau dini hari saya menunggu di spot tertentu, yang tempatnya luas, dan memandang ke utara bisa jelas. Sendirian saja. Terus kita tentukan mau ambil jarak berapa, misal 7 km, 8 km, 15 km," ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com.

Ranto mengatakan dirinya peduli pada foto Merapi.

Hal itu dilakukannya untuk menangkal informasi hoaks.

"Tujuannya biar tahu yang sebenarnya, bukan hoaks. Kalau foto kan ada yang tanggung jawab. Sering juga dipakai media-media. Sayangnya watermark saya banyak yang motong, jadi saya besarkan sekarang," tutur Ranto. 

Ia mengisahkan, saat Senin (4/1/2021) yang mana ia berhasil mengambil foto lava pijar yang digunakan BPPTKG sebagai rilis informasi, saat itu Ranto harus berkejar-kejaran dengan kabut. 

Kamera tele 200 mm 550D Canon yang ia gunakan harus selalu standby.

Ranto mulai menunggu sejak 19.40 WIB di jarak 8 km dari puncak Gunung Merapi, tepatnya di lapangan sebelah barat Museum Gunung Merapi

Tak lama berselang, pukul 19.51 WIB terjadi guguran pada titik yang disorotnya.

Baca juga: BERITA FOTO : Penampakan Guguran Lava Pijar Gunung Merapi Malam Ini

Namun, beberapa menit kemudian kabut kembali muncul.

"Nah gitu, itu nasib," imbuhnya. 

Tentu banyak kejadian di mana Ranto harus pulang dengan tangan hampa.

Tanpa mendapatkan momen yang bagus untuk diabadikan.

Namun, ia menjalaninya dengan rasa senang. 

"Tapi kita enggak tahu itu titik api atau tekanan gas. Dengan kasat mata enggak kelihatan. Ternyata kemudian dipakai BPPTKG untuk rilis," bebernya.

"Kalau ada titik merah biasanya terjadi runtuhan, ditambah dengan gerakan seismogram. Kalau dapat momen, ya rasanya senang nyanggong itu," tandasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved