Kisah Jungkir Balik Pemilik Sapporo Ramen, Diklaim sebagai Kedai Ramen Pertama di Yogyakarta

Pada tahun 1993 sampai 2000, Doni sempat bekerja di suatu hotel di Jakarta, selama itu ia juga sempat memasak seafood di kawasan Ancol.

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Taufiq Syarifudin
Kedai Sapporo Ramen di Kecamatan Ngemplak, Sleman. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Siapa yang tidak tahu masakan khas Jepang, Ramen.

Masakan yang dengan bahan dasar mi dengan kuah, dilengkapi beberapa topping daging dan sayuran.

Sapporo Ramen Shop, kedai yang berdiri sejak tahun 2007 ini, adalah kedai Ramen pertama di Yogyakarta.

Doni Hendarto, pemilik dari kedai itu sudah lama malang melintang menyajikan masakan Jepang, bahkan Korea.

Pada tahun 1993 sampai 2000, Doni sempat bekerja di suatu hotel di Jakarta, selama itu ia juga sempat memasak seafood di kawasan Ancol.

Baca juga: Berkunjung ke Science Technopark UGM, Pabrik GeNose C19 di Purwomartani Sleman

Baca juga: BP2MI Yogyakarta Masih Melacak Pekerja Migran Asal Gunungkidul Yang Diduga Meninggal

Dalam kurun waktu delapan tahun, karir Doni melejit mulai dari helper, sampai menjadi koki.

Kerja keras menjadi prinsip dalam hidupnya, hal itu kemudian membawa Doni pindah ke sebuah hotel ternama di Bali.

Doni merintis kembali karirnya mulai dari koki junior. Lagi-lagi kemampuan Doni diperhitungkan sebagi koki yang cekatan.

Hingga berselang beberapa waktu ia diminta sang pemilik untuk membuat Ramen.

Kebetulan, sang pemilik hotel berkewarganegaraan Jepang, yang memiliki kedai Ramen di kawasan Kuta, Bali.

Doni berpindah, ia dipercaya mengisi posisi koki utama di sana.

Resep yang diraciknya dipelajari dengan cermat.

Di pertengahan 2007, akhirnya Doni memilih untuk kembali ke Yogyakarta.

Alasannya sederhana, keluarga, bagi Doni adalah yang utama.

"Pengen deket sama orang tua," katanya tegas.

Kedai petamanya berdiri di daerah Jalan Kaliurang Km 10.

Selama empat tahun berdiri, kedai Doni ramai pengunjung, hingga Doni harus dibantu oleh tiga orang rekannya di dapur.

Penjualannya dapat menghabiskan 15-20 kg mi waktu itu.

"Padat banget, sampai parkir saja tidak muat," kenangnya.

Karena alasan itu, akhirnya Doni memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih luas, di kawasan Jalan Kaliurang Km 11.

Lagi-lagi penjualannya laris manis. Namun sayang, kejayaan itu perlahan pudar. Pandemi Covid-19 sampai ke Yogyakarta.

Baca juga: Jadwal Bima Perkasa di Pekan Pertama IBL 2021, David Singleton Targetkan Tembus Playoff

Baca juga: Sebanyak 508 Pengungsi Tinggal di Lima Lokasi Pengungsian di Magelang

Doni tak mampu lagi membayar sewa tempat di daerah Jalan Kaliurang Km 11, terlampau mahal.

Tiga orang koleganya terpaksa pulang kampung.

Pada Juli 2020, pria yang memiliki satu orang anak ini memutuskan pindah ke sudut Kebupaten Sleman, tepatnya di Kampung Tonggalan, Ngemplak.

Kedainya kecil, dari jauh hanya tampak seperti rumah biasa dengan spanduk bertuliskan "Sapporo Ramen (Mie Ala Jepang)".

Tempatnya persis di samping jalan utama. Tidak jauh dari sana, ada hamparan sawah yang luas.

Namun cita rasa yang disajikannya kuat.

Mi yang digunakan dibuat dengan tangannya sendiri, satu porsinya besar, bahkan dapat dinikmati oleh dua orang sekaligus.

Biasanya, orang-orang mulai ramai datang ke sana pada waktu makan siang dan makan malam. (tsf)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved